OJK Ajak Masyarakat Paham Perencanaan Keuangan
A
A
A
JAKARTA - Deputi Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sarjito yang juga hadir dalam acara Sun Life Edufair 2017 menjelaskan, pentingnya perencanaan keuangan untuk pendidikan anak.
(Baca Juga: Lewat Edufair, Sun Life Bantu Rencanakan Pendidikan untuk Anak)
Hal ini mengingat tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia belum menunjukkan angka positif. Data OJK menunjukkan, tingkat pemahaman masyarakat pas sistem keuangan baru 29,7%, namun mereka masuk dalam industri keuangan.
"Meskipun begitu, eksekusinya itu 68%, lebih tinggi dibandingkan pemahamannya. Akibatnya apa? Akhirnya mereka ketipu, biasanya disebut investasi bodong," kata Sarjito dalam acara Sun Life Edufair yang bekerja sama dengan KORAN SINDO dan SINDOnews di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (20/10/2017). (Baca Juga: Sun Life Luncurkan Portal Informasi Bright Education)
Dia menggarisbawahi bahwa untuk kaum perempuan, literasi keuangannya baru mencapai 25% sedangkan inklusinya 66%. Kemudian, ternyata hanya 12,6% dari masyarakat Indonesia yang berpikir untuk financial planning.
"Nah rata-rata ini ngawur, sisanya itu. Mereka bingung mau jadi apa dan sebagainya. karenanya, kami OJK berinisiatif, di 2013 kita sudah ada MoU dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan untuk kita kemudian menyusun buku, dan 2016 sudah diberikan buku ini di sekolah yakni buku tentang mengenal jasa keuangan, ini yang penting sampai dulu ke masyarakat," terang Sarjito.
Karena, apabila masyarakat tidak sejak dini memahami tentang jasa keuangan, maka risikonya besar. Terutama ibu-ibu rumah tangga harus paham betul tentang kondisi keuangan rumah tangga.
"Mereka harus paham, untuk alokasikan pendapatan rumah tangga agar betul-betul produktif, kalau tidak nanti akan kepleset, kemudian tergoda investasi bodong yang menjanjikan keuntungan besar dan keliru," imbuh dia.
(Baca Juga: Lewat Edufair, Sun Life Bantu Rencanakan Pendidikan untuk Anak)
Hal ini mengingat tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia belum menunjukkan angka positif. Data OJK menunjukkan, tingkat pemahaman masyarakat pas sistem keuangan baru 29,7%, namun mereka masuk dalam industri keuangan.
"Meskipun begitu, eksekusinya itu 68%, lebih tinggi dibandingkan pemahamannya. Akibatnya apa? Akhirnya mereka ketipu, biasanya disebut investasi bodong," kata Sarjito dalam acara Sun Life Edufair yang bekerja sama dengan KORAN SINDO dan SINDOnews di Mall Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat (20/10/2017). (Baca Juga: Sun Life Luncurkan Portal Informasi Bright Education)
Dia menggarisbawahi bahwa untuk kaum perempuan, literasi keuangannya baru mencapai 25% sedangkan inklusinya 66%. Kemudian, ternyata hanya 12,6% dari masyarakat Indonesia yang berpikir untuk financial planning.
"Nah rata-rata ini ngawur, sisanya itu. Mereka bingung mau jadi apa dan sebagainya. karenanya, kami OJK berinisiatif, di 2013 kita sudah ada MoU dengan Kementerian Pendidikan Kebudayaan untuk kita kemudian menyusun buku, dan 2016 sudah diberikan buku ini di sekolah yakni buku tentang mengenal jasa keuangan, ini yang penting sampai dulu ke masyarakat," terang Sarjito.
Karena, apabila masyarakat tidak sejak dini memahami tentang jasa keuangan, maka risikonya besar. Terutama ibu-ibu rumah tangga harus paham betul tentang kondisi keuangan rumah tangga.
"Mereka harus paham, untuk alokasikan pendapatan rumah tangga agar betul-betul produktif, kalau tidak nanti akan kepleset, kemudian tergoda investasi bodong yang menjanjikan keuntungan besar dan keliru," imbuh dia.
(izz)