Ini Perbandingan Capaian Pangan saat El Nino 2015 vs 1997

Senin, 23 Oktober 2017 - 18:33 WIB
Ini Perbandingan Capaian...
Ini Perbandingan Capaian Pangan saat El Nino 2015 vs 1997
A A A
JAKARTA - Kebijakan dan program strategis Kementerian Pertanian(Kementan) dalam tiga tahun terakhir, dinilai mampu meningkatkan produksi, terlebih melewati musibah El Nino tahun 2015 kemudian diikuti La Nina 2016 dengan berbagai program antisipasi dini dan mitigasi. Perlu dicatat, El Nino 2015 lebih kuat dibanding tahun 1997.

Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) Prima Gandhi mengatakan, dilihat dari hasil kajian bahwa El Nino 1997 dengan kekuatan SST Anom 2,67 oC merupakan El Nino terbesar sebelum 2015. Sementara El Nino 2015 yang kekuatannya SST Anom 2,95 oC merupakan tertinggi selama ini.

"Walau demikian, dari data BPS, di tahun 2015 produksi padi mencapai 75,4 juta ton, naik dibanding tahun 2014 yang hanya 70,9 juta ton," demikian diungkapkan Gandhi di Jakarta, Senin (23/10/2017).

Lebih lanjut Gandhi membeberkan, dampak El Nino 1997 mengakibatkan sawah mengalami kekeringan 517 ribu hektare dengan puso 87 ribu hektare dari luas padi 11 juta hektare. Akibatnya, Indonesia impor beras tahun 1998 sebesar 7,1 juta ton dan 1999 sebesar 5,0 juta ton untuk memenuhi kebutuhan konsumsi 202 juta penduduk.

"Nah menariknya jika tidak ada kebijakan dan program spektakuler meredam dampak El-Nino 2015, maka musibah 1997 terulang sehingga Indonesia impor berasnya lebih tinggi. Jika dihitung linear dengan ekstrapolasi maka jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 252 juta jiwa dipastikan Indonesia akan terpaksa impor 16,6 juta ton beras," beber dia.

Menurut dosen Program Studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan IPB ini, pencapaian melewati dampak El Nino 2015 tersebut, karena Menteri Pertanian Amran Sulaiman berani membuat terobosan menghadapi El Nino 2015. Pertama, pompanisasi besar-besaran pada wilayah sungai-sungai tersedia air.

"Bantuan 23 ribu unit pompa air sangat membantu petani dengan cepat memperoleh air untuk padinya, sehingga tidak ada cerita kekeringan. Makanya produksi padi tahun 2015 terjamin," ungkapnya.

Kedua, membangun sumur dangkal 1.000 unit di Nusa Tenggara Timur, juga di Grobogan, Jawa Tengah dan daerah lainnya. Ketiga, mendistribusikan benih unggul tahan kekeringan. Keempat, menggenjot tanam padi di sebelah utara Garis Khatulistiwa yang tidak terkena El Nino dan di wilayah Rawa Lebak dan pasang surut potensial saat kering kena El Nino di Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Selanjutnya kelima, Kementan menjalin kerja sama intensif dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, hujan buatan dengan BNPB, TNI, dan berbagai pihak.

"Keberhasilan menghadapi musibah El Nino 2015 dimantapkan lagi pada program Upsus sehingga produksi padi 2016 naik menjadi 79,3 juta ton dan mengantarkan Indonesia swasembada beras. Bahkan pada 2017, melihat berita di media, itu sudah ekspor beras dari Merauke ke Papua Nugini pada Februari 2017 dan dari Entikong ke Malaysia tiga hari yang lalu," ujarnya

Kinerja produksi cabai dan bawang merah juga meningkat dan meraih swasembada pada 2016. Jagung swasembada dan tidak impor pada 2017. "Iya kalau dihitung deltanya, nilai tambah dari peningkatan produksi pada 43 komoditas sejak 2014-2016 sangat tinggi, Rp288 triliun dan dicerminkan dari pertumbuhan PDB pertanian," pungkas Gandhi.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6945 seconds (0.1#10.140)