Kepentingan Nasional Tidak Harus Meniadakan Investasi Asing

Senin, 30 Oktober 2017 - 23:00 WIB
Kepentingan Nasional...
Kepentingan Nasional Tidak Harus Meniadakan Investasi Asing
A A A
JAKARTA - Persoalan divestasi 51% saham Freeport membuat banyak kalangan menekankan agar pemerintah mengedepankan kepentingan nasional dan kedaulatan negara. Di sisi lain, investasi asing dianggap perlu untuk pembangunan.

Terkait hal ini, pengamat kebijakan mineral, Rachman Wiriosudarmo mengatakan kepentingan nasional harus dijadikan tujuan utama. Namun lanjut dia, sejatinya kepentingan nasional tidak berarti meniadakan investasi asing.

"Kepentingan nasional memang harus dijadikan tujuan utama dalam kebijakan investasi asing. Namun kepentingan nasional harus diperoleh tanpa meniadakan kemanfaatan investasi asing kalau memang masih diperlukan," ujarnya, Senin (30/10/2017).

Menurut dia, Indonesia menerapkan prinsip Resource Nationalism, yaitu kebijakan negara dengan tujuan mempersempit ruang gerak investasi asing di sektor pertambangan mineral, minyak, dan gas bumi. Resource Nationalism pada umumnya dilakukan karena tekanan politik atau karena berkembangnya ideologi tertentu yang berpengaruh kuat terhadap perkembangan politik dalam negeri.

Namun demikian inti dari Resource Nationalism adalah adanya anggapan bahwa investor asing mendapatkan 'terlalu banyak kenikmatan' dari investasi, terutama pada waktu harga komoditas mengalami peningkatan yang tinggi.

Meskipun telah diterapkan di berbagai negara, namun menurut mantan Direktur Pembinaan Pengusahaan Pertambangan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini, masih menjadi perdebatan apakah Resource Nationalism benar-benar diperlukan dan menguntungkan bagi negara dan bangsa.

"Indonesia tidak perlu dengan serta merta menerapkan Resource Nationalism hanya karena kebijakan tersebut marak diterapkan di banyak negara," katanya.

Dan menurutnya, kegiatan eksplorasi pertambangan merupakan kegiatan risiko tinggi dengan tingkat kesuksesan rendah. Kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan tidak selalu berhasil. Kalaupun ditemukan cadangan, belum tentu cadangan tersebut menguntungkan untuk ditambang. Cadangan terlalu kecil yang terdapat dilokasi yang sulit atau terpencil cenderung tidak menguntungkan atau tidak feasible untuk ditambang. Di lain kejadian, kegiatan eksplorasi bahkan tidak menemukan cadangan sama sekali.

Rachman mengatakan, hanya perusahaan pertambangan yang kuat yang mampu mengatasi tiga tantangan tersebut. Perusahaan pertambangan besar harus bermodal kuat, memiliki dan menguasai teknologi dan akses pasar. Karena hal itu, maka hanya perusahaan pertambangan besar internasional yang mendominasi investasi pertambangan di negara berkembang, termasuk di Indonesia.

Lantas mengapa perusahaan nasional tidak dapat dominan di sektor pertambangan? Rachman memaparkan, masalahnya adalah apakah perusahaan nasional bersedia melakukan investasi dengan melakukan kegiatan eksplorasi yang berisiko tinggi dengan rasio keberhasilan rendah?

Menurutnya, pada umumnya investor nasional tidak bersedia. Penyebabnya antara lain karena tidak cukup kuat modal dan juga masih banyak peluang investasi lain dengan risiko yang lebih ringan.
(ven)
Berita Terkait
Tepis Anggapan Investasi...
Tepis Anggapan Investasi Migas Tak Lagi Menarik, SKK Migas Tunjukkan Bukti
Investasi Hulu Migas...
Investasi Hulu Migas Sepanjang 2021 Merayap Capai Rp152 Triliun
Investasi Hulu Migas...
Investasi Hulu Migas Seret, Baru Capai Rp85 Triliun di Semester I 2023
Pemerintah Dengerin...
Pemerintah Dengerin Nih, Insentif Migas Belum Cukup Menarik Bagi Investor
7 Penyebab Raksasa Migas...
7 Penyebab Raksasa Migas Asing Hengkang dari Indonesia
Indonesia Butuh Rp2.800...
Indonesia Butuh Rp2.800 Triliun untuk Genjot Produksi Migas di 2030
Berita Terkini
Menuju Industri Sawit...
Menuju Industri Sawit Berkelanjutan lewat Empat Pilar Utama
19 menit yang lalu
PGN-Krakatau Steel Kembangkan...
PGN-Krakatau Steel Kembangkan Infrastruktur LNG di Kawasan Pelabuhan
23 menit yang lalu
Daftar 7 Perusahaan...
Daftar 7 Perusahaan Nakal yang Sunat Takaran MinyaKita Berikut Asal Daerahnya
46 menit yang lalu
CEO Danantara Rosan...
CEO Danantara Rosan Roeslani Mendorong Sektor Swasta Lebih Aktif Berinvestasi di RI
1 jam yang lalu
Rapor Merah Bursa Saham...
Rapor Merah Bursa Saham Sepekan: IHSG Ambles 1,81%, Kapitalisasi Pasar Turun Rp215 T
1 jam yang lalu
Puncak Arus Mudik Bakal...
Puncak Arus Mudik Bakal Terjadi 28 Maret 2025, Jumlah Pergerakan Capai 12,1 Juta Orang
1 jam yang lalu
Infografis
5 Manfaat Salat Tarawih...
5 Manfaat Salat Tarawih bagi Kesehatan yang Harus Diketahui
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved