Kreativitas dan Teknologi, Kunci Arsitektur Masa Depan
A
A
A
JAKARTA - Dengan pesatnya perkembangan teknologi, dunia arsitektur juga turut mengalami kemajuan. Selain proses pembangunan yang lebih efisien, konsep rancangan yang diterapkan juga kian beragam dan unik.
Sebagai negara yang besar dan kaya akan budaya, Indonesia juga memiliki potensi untuk menjadi aktor global dalam dunia seni arsitektur. Ahli arsitektur Cosmas D Gozali yang mengatakan kekayaan material di Indonesia juga angat melimpah. Para ahli di Tanah Air hanya perlu memadukannya dengan teknologi.
"Kita tinggal berpikir bagaimana caranya kita bisa membuat sesuatu yang tradisional menjadi global. Itu merupakan gagasan yang harus kita kembangkan," ujar Cosmas pada seminar Future Art-chitecture pagelaran Institut Kebudayaan Italia di Jakarta, kemarin.
Garis batas antar negara pada zaman sekarang sudah menjadi transparan. Semua orang di seluruh dunia dapat melihat kemajuan negara lain. Salah satu perhatian utama yang dapat mengunci ketertarikan mereka ialah gedung-gedung unik.
Hal itu juga berlaku di Indonesia. Sebenarnya, Indonesia memiliki sejumlah ahli arsitektur kreatif yang mampu membangun berbagai bangunan dengan konsep unik. Namun, sebagian besar masih kurang berani berpikir berbeda dari kebanyakan orang.
Indonesia, kata Cosmas, dapat memamerkan kekayaan budaya kepada dunia. "Kita harus gigih dan tetap semangat. Saya ingin mengajak orang Indonesia untuk berpikir ke depan dan menggunakan produk lokal dalam merancang bangunan," tandasnya. Sebagian arsitek di Indonesia memang memilih konsep yang mudah dan murah sehingga tingkat kegagalannya kecil. Namun, menurut Cosmas, kegagalan merupakan bagian dari kesuksesan. Dia yakin kemampuan para ahli arsitek di Indonesia mampu menyetarai para arsitek di luar negeri.
"Jika bicara manufaktur, kita mungkin tidak bisa mengalahkan China. Jika bicara teknologi tinggi manufaktur, kita mungkin tidak bisa mengalahkan Jerman. Tapi kita punya kelebihan lainnya, yakmi rancangan dan kreativitas," terang Cosmas.
Dalam beberapa proyeknya, Cosmas menerapkan konsep-konsep yang unik. Selain membangun rumah dengan atap susunan bambu, dia juga membuat berbagai rancangan rumah yang terinspirasi konsep lokal seperti daun pisang atau telawang, perisai khas suku Dayak.
Arsitek harus berpikir ke depan dalam menanamkan gagasan mereka. Saat ini, banyak arsitek yang menginginkan kebebasan sehingga mereka dapat membuat apa saja dari material apa saja. Perubahan ini juga terjadi di seluruh dunia.
Ahli arsitek dari Italia Antonio Pio Saracino juga mengaku arsitek telah menjadi bagian dari seni sehingga banyak yang tidak ingin terkekang. Antonio sendiri banyak mengambil inspirasi dari alam dalam merancang sebuah bangunan.
"Karena sejak kecil saya memang berada di kota kecil," kata Antonio. Dalam satu karyanya, dia membuat rumah dengan konsep "hutan artifisial". Artinya, bentuk bayangan dari cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah mirip dengan bayangan daun-daun.
Menurut Antonio, semua arsitektur memiliki kelebihannya masing-masing. "Hidup itu penuh dengan ide yang inspirasional. Ide itu bisa datang dari berbagai sumber. Kita hanya perlu melihat konteks, siapa yang akan menggunakan bangunan yang akan kita rancang," katanya. (M.Shamil)
Sebagai negara yang besar dan kaya akan budaya, Indonesia juga memiliki potensi untuk menjadi aktor global dalam dunia seni arsitektur. Ahli arsitektur Cosmas D Gozali yang mengatakan kekayaan material di Indonesia juga angat melimpah. Para ahli di Tanah Air hanya perlu memadukannya dengan teknologi.
"Kita tinggal berpikir bagaimana caranya kita bisa membuat sesuatu yang tradisional menjadi global. Itu merupakan gagasan yang harus kita kembangkan," ujar Cosmas pada seminar Future Art-chitecture pagelaran Institut Kebudayaan Italia di Jakarta, kemarin.
Garis batas antar negara pada zaman sekarang sudah menjadi transparan. Semua orang di seluruh dunia dapat melihat kemajuan negara lain. Salah satu perhatian utama yang dapat mengunci ketertarikan mereka ialah gedung-gedung unik.
Hal itu juga berlaku di Indonesia. Sebenarnya, Indonesia memiliki sejumlah ahli arsitektur kreatif yang mampu membangun berbagai bangunan dengan konsep unik. Namun, sebagian besar masih kurang berani berpikir berbeda dari kebanyakan orang.
Indonesia, kata Cosmas, dapat memamerkan kekayaan budaya kepada dunia. "Kita harus gigih dan tetap semangat. Saya ingin mengajak orang Indonesia untuk berpikir ke depan dan menggunakan produk lokal dalam merancang bangunan," tandasnya. Sebagian arsitek di Indonesia memang memilih konsep yang mudah dan murah sehingga tingkat kegagalannya kecil. Namun, menurut Cosmas, kegagalan merupakan bagian dari kesuksesan. Dia yakin kemampuan para ahli arsitek di Indonesia mampu menyetarai para arsitek di luar negeri.
"Jika bicara manufaktur, kita mungkin tidak bisa mengalahkan China. Jika bicara teknologi tinggi manufaktur, kita mungkin tidak bisa mengalahkan Jerman. Tapi kita punya kelebihan lainnya, yakmi rancangan dan kreativitas," terang Cosmas.
Dalam beberapa proyeknya, Cosmas menerapkan konsep-konsep yang unik. Selain membangun rumah dengan atap susunan bambu, dia juga membuat berbagai rancangan rumah yang terinspirasi konsep lokal seperti daun pisang atau telawang, perisai khas suku Dayak.
Arsitek harus berpikir ke depan dalam menanamkan gagasan mereka. Saat ini, banyak arsitek yang menginginkan kebebasan sehingga mereka dapat membuat apa saja dari material apa saja. Perubahan ini juga terjadi di seluruh dunia.
Ahli arsitek dari Italia Antonio Pio Saracino juga mengaku arsitek telah menjadi bagian dari seni sehingga banyak yang tidak ingin terkekang. Antonio sendiri banyak mengambil inspirasi dari alam dalam merancang sebuah bangunan.
"Karena sejak kecil saya memang berada di kota kecil," kata Antonio. Dalam satu karyanya, dia membuat rumah dengan konsep "hutan artifisial". Artinya, bentuk bayangan dari cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah mirip dengan bayangan daun-daun.
Menurut Antonio, semua arsitektur memiliki kelebihannya masing-masing. "Hidup itu penuh dengan ide yang inspirasional. Ide itu bisa datang dari berbagai sumber. Kita hanya perlu melihat konteks, siapa yang akan menggunakan bangunan yang akan kita rancang," katanya. (M.Shamil)
(nfl)