Kelistrikan Interkoneksi Gorontalo-Sulut Surplus Hingga 50 MW
A
A
A
GORONTALO - Pembangunan pembangkit listrik serta jaringan transmisi dan distribusi yang terus dilakukan PT PLN (Persero) di wilayah Sulawesi telah membuahkan hasil. Saat ini, sistem kelistrikan interkoneksi Gorontalo-Sulut telah surplus hingga 50 megawatt (MW).
Kondisi ini berbeda dengan beberapa tahun lalu di mana ketersediaan daya menjadi permasalahan utama PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk masyarakat.
"Saat ini fokus PLN sudah beralih ke bagaimana menyalurkan listrik ke masyarakat," Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi Syamsul Huda, Rabu (1/11/2017).
Huda menambahkan, pembangunan pembangkit serta jaringan transmisi dan distribusi akan terus dilakukan PLN untuk menambah pasokan listrik guna mencukupi kebutuhan listrik di Gorontalo yang terus meningkat. Untuk pembangkit, PLN memiliki enam proyek dengan total kapasitas sebesar 139,4 MW.
Sementara, untuk transmisi, terdapat tiga proyek tambahan jaringan transmisi sepanjang 280 kilometersirkit (kms). PLN juga akan membangun 11 Gardu Induk (GI) dengan kapasitas 130 MVA di Gorontalo.
Dari segi pelayanan listrik ke pelanggan, sambung dia, saat ini rasio elektrifikasi di Gorontalo telah mencapai 84,90%, di mana dari total 735 desa, kini hanya tinggal 22 desa yang belum teraliri listrik.
“Kendala yang dihadapi untuk menerangi desa-desa tersebut adalah akses penyambungan jaringan yang harus melewati areal konservasi hutan lindung, sehingga tidak mudah bagi PLN untuk mendapatkan izin menarik jaringan menuju beberapa desa tersebut,” jelasnya.
Terlepas dari itu, di sisa waktu tahun ini PLN akan melistriki empat desa lagi, dan 19 desa lainnya di tahun 2018. Huda menambahkan, PLN menargetkan tidak hanya Gorontalo, namun seluruh desa di Sulawesi sudah teraliri listrik pada akhir tahun 2018.
Di sisi lain, lanjut Huda, PLN juga terus melakukan efisiensi di segala lini guna menekan harga listrik. Salah satunya dengan mengurangi pengoperasian pembangkit listrik berbahan bakar minyak (BBM) dengan pembangkit berbahan bakar lebih murah seperti batu bara, air, dan panas bumi.
Saat ini, rata-rata biaya pokok produksi (BPP) PLN Wilayah Suluttenggo tercatat sebesar Rp2.195 per kWh. Sedangkan harga jual listrik rata-rata sebesar Rp995 per kWh.
Kondisi ini berbeda dengan beberapa tahun lalu di mana ketersediaan daya menjadi permasalahan utama PLN dalam memenuhi kebutuhan listrik untuk masyarakat.
"Saat ini fokus PLN sudah beralih ke bagaimana menyalurkan listrik ke masyarakat," Direktur Bisnis PLN Regional Sulawesi Syamsul Huda, Rabu (1/11/2017).
Huda menambahkan, pembangunan pembangkit serta jaringan transmisi dan distribusi akan terus dilakukan PLN untuk menambah pasokan listrik guna mencukupi kebutuhan listrik di Gorontalo yang terus meningkat. Untuk pembangkit, PLN memiliki enam proyek dengan total kapasitas sebesar 139,4 MW.
Sementara, untuk transmisi, terdapat tiga proyek tambahan jaringan transmisi sepanjang 280 kilometersirkit (kms). PLN juga akan membangun 11 Gardu Induk (GI) dengan kapasitas 130 MVA di Gorontalo.
Dari segi pelayanan listrik ke pelanggan, sambung dia, saat ini rasio elektrifikasi di Gorontalo telah mencapai 84,90%, di mana dari total 735 desa, kini hanya tinggal 22 desa yang belum teraliri listrik.
“Kendala yang dihadapi untuk menerangi desa-desa tersebut adalah akses penyambungan jaringan yang harus melewati areal konservasi hutan lindung, sehingga tidak mudah bagi PLN untuk mendapatkan izin menarik jaringan menuju beberapa desa tersebut,” jelasnya.
Terlepas dari itu, di sisa waktu tahun ini PLN akan melistriki empat desa lagi, dan 19 desa lainnya di tahun 2018. Huda menambahkan, PLN menargetkan tidak hanya Gorontalo, namun seluruh desa di Sulawesi sudah teraliri listrik pada akhir tahun 2018.
Di sisi lain, lanjut Huda, PLN juga terus melakukan efisiensi di segala lini guna menekan harga listrik. Salah satunya dengan mengurangi pengoperasian pembangkit listrik berbahan bakar minyak (BBM) dengan pembangkit berbahan bakar lebih murah seperti batu bara, air, dan panas bumi.
Saat ini, rata-rata biaya pokok produksi (BPP) PLN Wilayah Suluttenggo tercatat sebesar Rp2.195 per kWh. Sedangkan harga jual listrik rata-rata sebesar Rp995 per kWh.
(fjo)