Ekonomi Sulawesi Utara Kuartal III Tumbuh 6,49%
A
A
A
MANADO - Perekonomian Sulawesi Utara (Sulut) berdasarkan besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku triwulan III/2017 mencapai Rp28,25 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp20,33 triliun.
"Terhadap triwulan III/2016 atau secara year on year, ekonomi Sulut tumbuh 6,49%," kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Norma O F Regar, Manado, Senin (6/11/2017).
Menurutnya, pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang yang mengalami penurunan 1,41%.
"Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pertambangan dan penggalian sebesar 10,71% diikuti administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,71%, dan jasa perusahaan sebesar 9,68%," jelasnya.
Tingginya pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian, menurut Norma, didorong oleh kembali normalnya operasional PLTP Lahendong serta penambahan dua unit pengusahaan uap panas di Minahasa yang mulai beroperasi pada akhir 2016.
Struktur PDRB Sulut menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III/2017, kata diaa, tidak menunjukan perubahan berarti. "Pertanian, kehutanan, dan perikanan, perdagangan besar eceran, reparasi mobil sepeda motor, konstruksi dan transportasi pergudangan masih mendominasi PDRB Sulawesi Utara," katanya.
BPS Sulut mencatat, jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III/2017 atau yoy, konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,17%, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,87% dan industri pengolahan 0,79%.
Sebelumnya, dalam beberapa kesempatan, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengklaim pertumbuhan ekonomi Sulut melaju dengan cepat. Pada triwulan I/2017 tumbuh 6,43%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%.
Inflasi dapat dipertahankan pada level satu digit yaitu pada angka 3,59%. Di samping itu, untuk sektor investasi, total realisasi investasi periode Januari hingga Juni 2017 mencapai Rp2,86 triliun (PMA Rp2,5 triliun dan PMDN Rp319 miliar).
Pencapaian ini 114,4% lebih besar dari target RPJMD Sulut yang sebesar Rp2,5 triliun melalui investasi pada sektor pariwisata, energi dan pertambangan. "Di 2017, total realisasi investasi telah melampaui target yang ditetapkan," kata Olly.
Dia menerangkan, tren pertumbuhan ekonomi Sulut yang positif pada 2017 juga telah mampu menurunkan angka pengangguran. Hal ini terlihat dari angka pengangguran yang pada 2017 sebesar 6,12% turun dibanding 2016 sebesar 7,82%.
Sementara, tingkat kemiskinan di Sulut pada 2017 sebesar 8,1% turun dibanding keadaan pada tahun 2016 sebesar 8,98%. Sejauh ini, angka kemiskinan di Sulut lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 10,64%.
"Terhadap triwulan III/2016 atau secara year on year, ekonomi Sulut tumbuh 6,49%," kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Norma O F Regar, Manado, Senin (6/11/2017).
Menurutnya, pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali lapangan usaha pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang yang mengalami penurunan 1,41%.
"Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pertambangan dan penggalian sebesar 10,71% diikuti administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 9,71%, dan jasa perusahaan sebesar 9,68%," jelasnya.
Tingginya pertumbuhan lapangan usaha pertambangan dan penggalian, menurut Norma, didorong oleh kembali normalnya operasional PLTP Lahendong serta penambahan dua unit pengusahaan uap panas di Minahasa yang mulai beroperasi pada akhir 2016.
Struktur PDRB Sulut menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III/2017, kata diaa, tidak menunjukan perubahan berarti. "Pertanian, kehutanan, dan perikanan, perdagangan besar eceran, reparasi mobil sepeda motor, konstruksi dan transportasi pergudangan masih mendominasi PDRB Sulawesi Utara," katanya.
BPS Sulut mencatat, jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III/2017 atau yoy, konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 1,17%, diikuti pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,87% dan industri pengolahan 0,79%.
Sebelumnya, dalam beberapa kesempatan, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengklaim pertumbuhan ekonomi Sulut melaju dengan cepat. Pada triwulan I/2017 tumbuh 6,43%, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,01%.
Inflasi dapat dipertahankan pada level satu digit yaitu pada angka 3,59%. Di samping itu, untuk sektor investasi, total realisasi investasi periode Januari hingga Juni 2017 mencapai Rp2,86 triliun (PMA Rp2,5 triliun dan PMDN Rp319 miliar).
Pencapaian ini 114,4% lebih besar dari target RPJMD Sulut yang sebesar Rp2,5 triliun melalui investasi pada sektor pariwisata, energi dan pertambangan. "Di 2017, total realisasi investasi telah melampaui target yang ditetapkan," kata Olly.
Dia menerangkan, tren pertumbuhan ekonomi Sulut yang positif pada 2017 juga telah mampu menurunkan angka pengangguran. Hal ini terlihat dari angka pengangguran yang pada 2017 sebesar 6,12% turun dibanding 2016 sebesar 7,82%.
Sementara, tingkat kemiskinan di Sulut pada 2017 sebesar 8,1% turun dibanding keadaan pada tahun 2016 sebesar 8,98%. Sejauh ini, angka kemiskinan di Sulut lebih rendah dibanding nasional yang mencapai 10,64%.
(izz)