Pacu Kontribusi Industri Kriya dan Fesyen ke Perekonomian
A
A
A
BALI - Pengembangan Industri kecil dan menengah (IKM) khususnya di bidang ekonomi kreatif, dilakukan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melalui BaliCreative Industri Center (BCIC). Di bawah naungan Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (IKM), BCIC sejak tahun 2015 telah berkembang menjadi tempat berkumpulnya wirausaha dan incubatorkreatif khususnya di bidang fesyen, kriya dan animasi.
“Pertumbuhan industri kriya dan fesyen sebagai subsektor industri kreatif memiliki kontribusi yang besar dan terus meningkat terhadap perekonomian nasional,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Bali seperti dikutip dari situs resmi Kemenperin.
Tercatat, pada tahun 2016, nilai ekspor kriya mencapai USD243 juta, sementara nilai ekspor fesyen sebesar USD11,7 miliar. Sementara itu, berdasarkan laporan Global Competitiveness Report tahun 2017-2018 dari World Economic Forum, Indonesia terus mengalami peningkatan daya saing produk kriya dan fesyen dari posisi ke-41 menjadi peringkat ke36 dari 138 negara.
Guna memperkuat kontribusi industri kriya dan fesyen nasional, menurut Gati, pemerintah bertekad mendorong terciptanya wirausaha baru dan juga meningkatkan nilai tambah produk lokal agar mampu menembus pasar mancanegara. “Perlu peran generasi muda dalam berinovasi, penguasaan teknologi terkini, serta memahami tentang isu global terkini terkait teknologi proses industri yang lebih efektif, efisien, dan eco friendly product,” paparnya.
Untuk itu, Kemenperin memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA), sebagai ajang pencarian bakat di bidang kriya dan fesyen serta sebagai aktualisasi karya, pendorong daya saing dan apresiasi untuk talenta muda Indonesia. “IFCA merupakan kegiatan rutin tahunan BCIC yang melibatkan banyak insan muda kreatif kriya dan fesyen Indonesia,” jelas Gati.
IFCA 2017 mengangkat tema “National Treasure” untuk memberikan inspirasi kekayaan seni budaya Nusantara masa lalu menjadi desain kontemporer Indonesia masa depan yang inovatif, kebaruan dan komersial. Tahun ini, jumlah karya yang masuk sebanyak 635 karya dan telah telah dipilih 6 karya sebagai nominator atau finalis dan 19 karya yang layak diberi predikat honorable mentions.
Keenam finalis tersebut, yaitu Alyssa Namira Bachtiar (produk fesyen Archaic Peafowl) , Amelinda Alyssa Anette (produk fesyen Senyawa), Farhannurmaris Karel (produk Kriya Namo Rattan Amplifier), Firman Mutaqin (produk fesyen Renzo), Muchammad Chanif Syamsuddin (produk kriya MeKids), dan Rizky Mohamad Faesal (poduk kriya Tung Bluetooth Speaker).
“Pertumbuhan industri kriya dan fesyen sebagai subsektor industri kreatif memiliki kontribusi yang besar dan terus meningkat terhadap perekonomian nasional,” kata Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih di Bali seperti dikutip dari situs resmi Kemenperin.
Tercatat, pada tahun 2016, nilai ekspor kriya mencapai USD243 juta, sementara nilai ekspor fesyen sebesar USD11,7 miliar. Sementara itu, berdasarkan laporan Global Competitiveness Report tahun 2017-2018 dari World Economic Forum, Indonesia terus mengalami peningkatan daya saing produk kriya dan fesyen dari posisi ke-41 menjadi peringkat ke36 dari 138 negara.
Guna memperkuat kontribusi industri kriya dan fesyen nasional, menurut Gati, pemerintah bertekad mendorong terciptanya wirausaha baru dan juga meningkatkan nilai tambah produk lokal agar mampu menembus pasar mancanegara. “Perlu peran generasi muda dalam berinovasi, penguasaan teknologi terkini, serta memahami tentang isu global terkini terkait teknologi proses industri yang lebih efektif, efisien, dan eco friendly product,” paparnya.
Untuk itu, Kemenperin memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Indonesian Fashion and Craft Award (IFCA), sebagai ajang pencarian bakat di bidang kriya dan fesyen serta sebagai aktualisasi karya, pendorong daya saing dan apresiasi untuk talenta muda Indonesia. “IFCA merupakan kegiatan rutin tahunan BCIC yang melibatkan banyak insan muda kreatif kriya dan fesyen Indonesia,” jelas Gati.
IFCA 2017 mengangkat tema “National Treasure” untuk memberikan inspirasi kekayaan seni budaya Nusantara masa lalu menjadi desain kontemporer Indonesia masa depan yang inovatif, kebaruan dan komersial. Tahun ini, jumlah karya yang masuk sebanyak 635 karya dan telah telah dipilih 6 karya sebagai nominator atau finalis dan 19 karya yang layak diberi predikat honorable mentions.
Keenam finalis tersebut, yaitu Alyssa Namira Bachtiar (produk fesyen Archaic Peafowl) , Amelinda Alyssa Anette (produk fesyen Senyawa), Farhannurmaris Karel (produk Kriya Namo Rattan Amplifier), Firman Mutaqin (produk fesyen Renzo), Muchammad Chanif Syamsuddin (produk kriya MeKids), dan Rizky Mohamad Faesal (poduk kriya Tung Bluetooth Speaker).
(akr)