Kalau Bisa, Harga BBM Disesuaikan dengan Keppres
A
A
A
SEBAGAI pelaksana tugas program BBM satu harga, Pertamina terus berupaya mewujudkan target-target program itu sampai 2019. Tahun ini, Pertamina menargetkan bisa menyelesaikan pembangunan di 54 titik. "Insyaallah tercapai," kata Adiatma Sardjito, Vice President Corporate Communication PT Pertamina, kepada Fikri Kurniawan dari SINDO Weekly di ruang kerjanya, Rabu (8/11/2017) pekan lalu.
Lebih jauh Adiatma memaparkan soal pelaksanaan program BBM satu harga ini. Berikut petikannya.
Bagaimana perkembangan pembangunan BBM satu harga saat ini?
Sampai dengan 13 Oktober 2017, ada 26 titik. Sisa target tahun ini 28 titik. Dari 28 titik itu, statusnya saat ini: satu titik siap operasi, tiga titik selesai pembangunan fisik 100 persen, dan perbaikan safety dan tera. Tiga titik selesai pembangunan fisik 100 persen dan pemeriksaan health, safety, security, and environment (HSSE). Lima titik pembangunan fisik lebih dari 75 persen. Enam titik pembangunan fisik kurang dari 75 persen. Enam titik perizinan lancar. Empat titik sedang proses perizinan.
Bagaimana cara Pertamina agar target tahun ini tercapai?
Tahapannya kan sudah jelas. Mulai dari perizinan, kemudian pembangunan fisik, pengentasan peralatan safety, tera, dan seterusnya. Itu semua harus diselesaikan. Targetnya ada 150 titik hingga 2019. Tahun ini targetnya 54 titik, tahun depan 50 titik, tahun berikutnya 46 titik. Insyaallah tercapai.
Kendala dan tantangannya?
Kendala memang ada yang di perizinan. Kemudian ada juga kendala dalam mencari agen. Agen penyalur harus dicari dulu. Karena volumenya kecil, otomatis belum begitu menarik bagi pengusaha untuk membuka. Pertamina juga harus mencari titik supply dan lokasi yang mau dibangun. Itu kan perlu waktu. Apa lagi lokasinya terpencil.
Berapa investasi yang dikeluarkan secara keseluruhan dan per titik?
Per titik bervariasi. Perkiraan awal secara keseluruhan Rp5,1 triliun untuk tiga tahun.
Lalu berapa pengeluaran Pertamina untuk kebijakan ini? Simak wawancara selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 37/VI/2017 yang terbit Senin (13/11/2017).
Lebih jauh Adiatma memaparkan soal pelaksanaan program BBM satu harga ini. Berikut petikannya.
Bagaimana perkembangan pembangunan BBM satu harga saat ini?
Sampai dengan 13 Oktober 2017, ada 26 titik. Sisa target tahun ini 28 titik. Dari 28 titik itu, statusnya saat ini: satu titik siap operasi, tiga titik selesai pembangunan fisik 100 persen, dan perbaikan safety dan tera. Tiga titik selesai pembangunan fisik 100 persen dan pemeriksaan health, safety, security, and environment (HSSE). Lima titik pembangunan fisik lebih dari 75 persen. Enam titik pembangunan fisik kurang dari 75 persen. Enam titik perizinan lancar. Empat titik sedang proses perizinan.
Bagaimana cara Pertamina agar target tahun ini tercapai?
Tahapannya kan sudah jelas. Mulai dari perizinan, kemudian pembangunan fisik, pengentasan peralatan safety, tera, dan seterusnya. Itu semua harus diselesaikan. Targetnya ada 150 titik hingga 2019. Tahun ini targetnya 54 titik, tahun depan 50 titik, tahun berikutnya 46 titik. Insyaallah tercapai.
Kendala dan tantangannya?
Kendala memang ada yang di perizinan. Kemudian ada juga kendala dalam mencari agen. Agen penyalur harus dicari dulu. Karena volumenya kecil, otomatis belum begitu menarik bagi pengusaha untuk membuka. Pertamina juga harus mencari titik supply dan lokasi yang mau dibangun. Itu kan perlu waktu. Apa lagi lokasinya terpencil.
Berapa investasi yang dikeluarkan secara keseluruhan dan per titik?
Per titik bervariasi. Perkiraan awal secara keseluruhan Rp5,1 triliun untuk tiga tahun.
Lalu berapa pengeluaran Pertamina untuk kebijakan ini? Simak wawancara selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 37/VI/2017 yang terbit Senin (13/11/2017).
(amm)