Kota Bandung Targetkan Bebas Rentenir
A
A
A
BANDUNG - Kota Bandung berharap bisa terbebas dari rentenir. Berbagai program pembiayaan diluncurkan untuk meng-cover berbagai kebutuhan masyarakat akan pinjaman dana tunai.
Direktur PD BPR Kota Bandung Rio Zakaria mengatakan, secara umum berbagai program kredit mikro BPR Kota Bandung untuk menahan laju rentenir. Masyarakat dan pedagang di pinggiran, selama ini masih menjadi objek utama rentenir menanamkan pinjaman.
"Memang sulit untuk memangkas rentenir. Tetapi melalui berbagai program Pemkot Bandung, kami berharap bisa menguranginya," kata Rio pada Bandung Menjawab di Rumah Makan BMC, Kota Bandung, Selasa (14/11/2017).
Saat ini, Pemkot Bandung telah menyiapkan tiga skema pembiayaan untuk memangkas laju rentenir di kota ini. Ketiganya ialah program Kredit Melati, Bagja, dan Mawar. Masing-masing program tersebut memiliki target segmentasi yang berbeda. Kredit Melati misalnya diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro dengan pinjaman rendah. Kemudian Kredit Bagja yang bidikannya ibu-ibu.
"Ketiga program itu tidak ada perbedaan signifikan pada sisi persyaratan. Yang membedakan adalah adanya surat rekomendasi. Program Bagja misalnya mesti ada rekomendasi dari Ketua PKK setempat," jelas dia.
Melalui skema itu, dia berharap program pembiayaan itu tidak lagi high risk. Karena berbagai perangkat di unsur kemasyarakatan ikut terlibat mengawasi. Setidaknya, melalui surat rekomendasi, debitur yang menerima pembiayaan adalah mereka yang membutuhkan modal dan memiliki kepatuhan tinggi.
"Karena uang itu pinjaman, bukan hibah. Jadi harus dikembalikan. Walaupun, saat ini kami mengakui kredit macet Melati mencapai 4,7%. Tetapi itu bukan karena mereka enggan membayar, tetapi karena persoalan jaringan," jelas Rio.
Keterbatasan sumber daya menusia (SDM) di BPR Kota Bandung menjadi kendala dalam menarik uang debitur. Namun, kendala itu mulai terpecahkan, dengan mengerahkan 30 orang tim pelayanan keliling (TPK). Mereka adalah pegawai BPR Kota Bandung yang jemput bola ke masyarakat.
Diakui dia, BPR-nya memiliki kecukupan modal untuk berbagai program pembiayaan itu. Di mana, dari modal pembiayaan Rp125 miliar, sebesar 20% atau sekitar Rp25 miliar diperuntukkan bagi tiga program pembiayaan itu.
Saat ini, outstanding kredit Melati telah mencapai Rp12 miliar dengan debitur yang dibina mencapai 15.000 orang. Jumlah itu diharapkan akan terus meningkat, seiring ekspansifnya pemberian pinjaman.
"Korban rentenir biasanya enggan ke bank. Makanya dengan adanya kredit Mesra, kami upayakan agar mereka membentuk koperasi syariah. Ini diharapkan bisa menjadi solusi buat mereka," imbuh Rio.
Direktur PD BPR Kota Bandung Rio Zakaria mengatakan, secara umum berbagai program kredit mikro BPR Kota Bandung untuk menahan laju rentenir. Masyarakat dan pedagang di pinggiran, selama ini masih menjadi objek utama rentenir menanamkan pinjaman.
"Memang sulit untuk memangkas rentenir. Tetapi melalui berbagai program Pemkot Bandung, kami berharap bisa menguranginya," kata Rio pada Bandung Menjawab di Rumah Makan BMC, Kota Bandung, Selasa (14/11/2017).
Saat ini, Pemkot Bandung telah menyiapkan tiga skema pembiayaan untuk memangkas laju rentenir di kota ini. Ketiganya ialah program Kredit Melati, Bagja, dan Mawar. Masing-masing program tersebut memiliki target segmentasi yang berbeda. Kredit Melati misalnya diperuntukkan bagi pelaku usaha mikro dengan pinjaman rendah. Kemudian Kredit Bagja yang bidikannya ibu-ibu.
"Ketiga program itu tidak ada perbedaan signifikan pada sisi persyaratan. Yang membedakan adalah adanya surat rekomendasi. Program Bagja misalnya mesti ada rekomendasi dari Ketua PKK setempat," jelas dia.
Melalui skema itu, dia berharap program pembiayaan itu tidak lagi high risk. Karena berbagai perangkat di unsur kemasyarakatan ikut terlibat mengawasi. Setidaknya, melalui surat rekomendasi, debitur yang menerima pembiayaan adalah mereka yang membutuhkan modal dan memiliki kepatuhan tinggi.
"Karena uang itu pinjaman, bukan hibah. Jadi harus dikembalikan. Walaupun, saat ini kami mengakui kredit macet Melati mencapai 4,7%. Tetapi itu bukan karena mereka enggan membayar, tetapi karena persoalan jaringan," jelas Rio.
Keterbatasan sumber daya menusia (SDM) di BPR Kota Bandung menjadi kendala dalam menarik uang debitur. Namun, kendala itu mulai terpecahkan, dengan mengerahkan 30 orang tim pelayanan keliling (TPK). Mereka adalah pegawai BPR Kota Bandung yang jemput bola ke masyarakat.
Diakui dia, BPR-nya memiliki kecukupan modal untuk berbagai program pembiayaan itu. Di mana, dari modal pembiayaan Rp125 miliar, sebesar 20% atau sekitar Rp25 miliar diperuntukkan bagi tiga program pembiayaan itu.
Saat ini, outstanding kredit Melati telah mencapai Rp12 miliar dengan debitur yang dibina mencapai 15.000 orang. Jumlah itu diharapkan akan terus meningkat, seiring ekspansifnya pemberian pinjaman.
"Korban rentenir biasanya enggan ke bank. Makanya dengan adanya kredit Mesra, kami upayakan agar mereka membentuk koperasi syariah. Ini diharapkan bisa menjadi solusi buat mereka," imbuh Rio.
(ven)