Harga Minyak Dunia Naik Usai Tiga Hari Alami Tekanan
![Harga Minyak Dunia Naik...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2017/11/17/35/1258177/harga-minyak-dunia-naik-usai-tiga-hari-alami-tekanan-B7m-thumb.jpg)
Harga Minyak Dunia Naik Usai Tiga Hari Alami Tekanan
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak dunia pada hari ini menguat setelah mengalami penurunan baru-baru ini, namun berada di jalur untuk penurunan mingguan pertama mereka dalam enam pekan lantaran adanya kekhawatiran tentang lonjakan pasokan minyak AS.
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (17/11/2017), harga minyak brent sebagai patokan harga minyak internasional berada pada level USD61,31 per barel pada pukul 01.36 GMT, turun 5 sen dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD55,32 per barel, naik 18 sen atau 0,3% dari posisi sebelumnya.
Namun, brent tetap berada di jalur penurunan sekitar 3,4% untuk pekan ini dan WTI melemah 2,5% dengan adanya kekhawatiran tentang pertumbuhan produksi dan persediaan AS, setelah kedua tolok ukur minyak tersebt menyentuh tingkat tertinggi dalam 2,5 tahun pekan lalu.
Pasar minyak mentah telah mendapat dukungan umum dalam beberapa bulan terakhir oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang bersama dengan beberapa produsen non-OPEC termasuk Rusia telah menahan produksi sejak Januari untuk memperketat pasar dan menaikkan harga.
Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga minyak brent hampir 40% sejak Juni. "Perjanjian pemotongan produksi antara beberapa produsen minyak OPEC dan non-OPEC menyebabkan persediaan barang turun dan pemulihan harga minyak," kata ABN Amro.
"Pada 2018 kami mengharapkan kelanjutan dari kenaikan harga minyak hingga USD75 per barel," imbuh ABN.
Kesepakatan untuk menahan produksi akan berakhir pada Maret 2018, namun OPEC akan bertemu pada 30 November untuk membahas kebijakan tersebut. Diharapkan untuk menyetujui perpanjangan pemotongan karena tingkat penyimpanan tetap tinggi meski ada penarikan baru-baru ini.
"Masalahnya masih bahwa stok minyak berada di atas rata-rata lima tahun," kata William O'Loughlin, analis investasi di Rivkin Securities Australia.
"Kita perlu menyadari bahwa pada akhir Maret kita tidak akan berada pada tingkat yang kita inginkan, rata-rata lima tahun, itu berarti perpanjangan dari semacamnya," kata Khalid al-Falih, menteri energi Arab Saudi kemarin.
Kendala utama OPEC dalam menaikkan pasar adalah Amerika Serikat, di mana produksi minyak mentah AS mencapai rekor 9,65 juta barel per hari (bpd) bulan ini, yang berarti produksi telah meningkat hampir 15% sejak berada di posisi terendah terakhir di pertengahan 2016.
Pelaku pasar mengatakan bawha mereka mencari laporan pengeboran mingguan AS yang diterbitkan oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes untuk panduan pasar. "Jumlah rig minyak Baker Hughes malam ini akan memberikan update lain atas gambaran jangan pendek pasokan AS," kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik di pialang berjangka OANDA.
Seperti dikutip dari Reuters, Jumat (17/11/2017), harga minyak brent sebagai patokan harga minyak internasional berada pada level USD61,31 per barel pada pukul 01.36 GMT, turun 5 sen dari penutupan terakhir mereka. Sementara, harga minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) berada di level USD55,32 per barel, naik 18 sen atau 0,3% dari posisi sebelumnya.
Namun, brent tetap berada di jalur penurunan sekitar 3,4% untuk pekan ini dan WTI melemah 2,5% dengan adanya kekhawatiran tentang pertumbuhan produksi dan persediaan AS, setelah kedua tolok ukur minyak tersebt menyentuh tingkat tertinggi dalam 2,5 tahun pekan lalu.
Pasar minyak mentah telah mendapat dukungan umum dalam beberapa bulan terakhir oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), yang bersama dengan beberapa produsen non-OPEC termasuk Rusia telah menahan produksi sejak Januari untuk memperketat pasar dan menaikkan harga.
Hal tersebut menyebabkan kenaikan harga minyak brent hampir 40% sejak Juni. "Perjanjian pemotongan produksi antara beberapa produsen minyak OPEC dan non-OPEC menyebabkan persediaan barang turun dan pemulihan harga minyak," kata ABN Amro.
"Pada 2018 kami mengharapkan kelanjutan dari kenaikan harga minyak hingga USD75 per barel," imbuh ABN.
Kesepakatan untuk menahan produksi akan berakhir pada Maret 2018, namun OPEC akan bertemu pada 30 November untuk membahas kebijakan tersebut. Diharapkan untuk menyetujui perpanjangan pemotongan karena tingkat penyimpanan tetap tinggi meski ada penarikan baru-baru ini.
"Masalahnya masih bahwa stok minyak berada di atas rata-rata lima tahun," kata William O'Loughlin, analis investasi di Rivkin Securities Australia.
"Kita perlu menyadari bahwa pada akhir Maret kita tidak akan berada pada tingkat yang kita inginkan, rata-rata lima tahun, itu berarti perpanjangan dari semacamnya," kata Khalid al-Falih, menteri energi Arab Saudi kemarin.
Kendala utama OPEC dalam menaikkan pasar adalah Amerika Serikat, di mana produksi minyak mentah AS mencapai rekor 9,65 juta barel per hari (bpd) bulan ini, yang berarti produksi telah meningkat hampir 15% sejak berada di posisi terendah terakhir di pertengahan 2016.
Pelaku pasar mengatakan bawha mereka mencari laporan pengeboran mingguan AS yang diterbitkan oleh perusahaan jasa minyak Baker Hughes untuk panduan pasar. "Jumlah rig minyak Baker Hughes malam ini akan memberikan update lain atas gambaran jangan pendek pasokan AS," kata Stephen Innes, kepala perdagangan Asia Pasifik di pialang berjangka OANDA.
(izz)