Ganjar Ajak Perbankan Ikut Turunkan Angka Kemiskinan di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengajak dunia perbankan ikut lebih berkontribusi dalam menurunkan angka kemiskinan di Jawa Tengah. Untuk itu, ia meminta Bank Jateng lebih berperan lagi dalam membantu pelaku ekonomi menengah agar bisa menurunkan tingkat kemiskinan.
Dalam rangka menurunkan angka kemiskinan, pihaknya bersama perbankan menggelar seminar internasional bertajuk The 1st Indonesia International Microfinance Forum (IIMF) 2017 atau IIMF 2017 di Gedung Akmil Magelang beberapa waktu lalu.
"IIMF 2017 bertujuan agar semua bisa memahami bahwa kemiskinan di Jawa Tengah bisa turun. Meskipun masih belum signifikan, anggaran yang digunakan untuk mengentaskan kemiskinan sudah cukup besar," ungkap Ganjar dalam acara Mas Ganjar Menyapa (MGM) yang digelar MNC Trijaya FM Semarang bertemakan "Kredit Murah Usaha Mudah" di Puri Gedeh Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/11/2017).
Menurutnya, dalam upaya pemberdayaan orang miskin harus dilakukan pendampingan dengan baik. Dengan begitu mereka bisa menjalani kehidupan ekonomi yang berdikari. "Dari hasil seminar IIMF kemarin, karena baru kali pertama, maka akan kita lihat perkembangannya cukup baik atau tidak," ujarnya.
Dia menambahkan, Bank Jateng pada intinya sebagai pembina dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Yakni bisa dilakukan melalui sinergi dengan BPR/BKK dalam memberikan modal bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Sementara terkait kemiskinan di Jateng, orang nomor satu di Provinsi Jateng tersebut mengklasifikasinya dalam dua hal. Pertama, miskin yang sudah tidak bisa apa-apa lagi seperti orang lanjut usia. Kemudian orang miskin yang masih mampu diajak berusaha. Termasuk UMKM juga didorong agar bisa naik kelas.
"Melalui ini, bisa diketahui UMKM yang minim dan yang hanya eksis akan kita dorong. Untuk masyarakat miskin yang masih bisa bekerja, kita bantu pasarkan produknya misalnya melalui Sadewa Market," paparnya.
Direktur Bank Jateng, Supriyatno mengatakan bahwa gagasan utama IIMF adalah keprihatinan terhadap keberadaan kredit, seperti kredit Bimas, KMKP, dan lain-lain. Karena pendekatannya adalah kebijakan yaitu subsidi pemerintah.
"Sehingga Jateng harus mulai tanpa subsidi pemerintah. Saat ini sedang disiapkan kredit bagi pedagang pasar, maksimal Rp1 juta dan bunganya tiga persen. Untuk hal ini, BPR/BKK yang mendampingi," ungkap Supriyatno.
Ketua Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta, Bambang Kiswono merespons positif hasil-hasil yang telah dicapai IIMF 2017, karena fokusnya ke ekonomi mikro. OJK sendiri juga membina Lembaga Keuangan Masyarakat (LKM) Syariah.
Di Jawa Tengah, LKM Syariah terdapat di Purwokerto dan Solo. "Tugasnya memberi pembiayaan sebesar maksimal Rp3 Juta, dan bunganya tiga persen. Nanti usai pembiayaan akan ada pembinaan," kata Bambang.
Dalam rangka menurunkan angka kemiskinan, pihaknya bersama perbankan menggelar seminar internasional bertajuk The 1st Indonesia International Microfinance Forum (IIMF) 2017 atau IIMF 2017 di Gedung Akmil Magelang beberapa waktu lalu.
"IIMF 2017 bertujuan agar semua bisa memahami bahwa kemiskinan di Jawa Tengah bisa turun. Meskipun masih belum signifikan, anggaran yang digunakan untuk mengentaskan kemiskinan sudah cukup besar," ungkap Ganjar dalam acara Mas Ganjar Menyapa (MGM) yang digelar MNC Trijaya FM Semarang bertemakan "Kredit Murah Usaha Mudah" di Puri Gedeh Semarang, Jawa Tengah, Selasa (21/11/2017).
Menurutnya, dalam upaya pemberdayaan orang miskin harus dilakukan pendampingan dengan baik. Dengan begitu mereka bisa menjalani kehidupan ekonomi yang berdikari. "Dari hasil seminar IIMF kemarin, karena baru kali pertama, maka akan kita lihat perkembangannya cukup baik atau tidak," ujarnya.
Dia menambahkan, Bank Jateng pada intinya sebagai pembina dalam pemberdayaan masyarakat miskin. Yakni bisa dilakukan melalui sinergi dengan BPR/BKK dalam memberikan modal bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).
Sementara terkait kemiskinan di Jateng, orang nomor satu di Provinsi Jateng tersebut mengklasifikasinya dalam dua hal. Pertama, miskin yang sudah tidak bisa apa-apa lagi seperti orang lanjut usia. Kemudian orang miskin yang masih mampu diajak berusaha. Termasuk UMKM juga didorong agar bisa naik kelas.
"Melalui ini, bisa diketahui UMKM yang minim dan yang hanya eksis akan kita dorong. Untuk masyarakat miskin yang masih bisa bekerja, kita bantu pasarkan produknya misalnya melalui Sadewa Market," paparnya.
Direktur Bank Jateng, Supriyatno mengatakan bahwa gagasan utama IIMF adalah keprihatinan terhadap keberadaan kredit, seperti kredit Bimas, KMKP, dan lain-lain. Karena pendekatannya adalah kebijakan yaitu subsidi pemerintah.
"Sehingga Jateng harus mulai tanpa subsidi pemerintah. Saat ini sedang disiapkan kredit bagi pedagang pasar, maksimal Rp1 juta dan bunganya tiga persen. Untuk hal ini, BPR/BKK yang mendampingi," ungkap Supriyatno.
Ketua Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jateng-Daerah Istimewa Yogyakarta, Bambang Kiswono merespons positif hasil-hasil yang telah dicapai IIMF 2017, karena fokusnya ke ekonomi mikro. OJK sendiri juga membina Lembaga Keuangan Masyarakat (LKM) Syariah.
Di Jawa Tengah, LKM Syariah terdapat di Purwokerto dan Solo. "Tugasnya memberi pembiayaan sebesar maksimal Rp3 Juta, dan bunganya tiga persen. Nanti usai pembiayaan akan ada pembinaan," kata Bambang.
(ven)