Perdagangan Alumunium China Jadi Target Investigasi AS

Rabu, 29 November 2017 - 13:58 WIB
Perdagangan Alumunium China Jadi Target Investigasi AS
Perdagangan Alumunium China Jadi Target Investigasi AS
A A A
NEW YORK - Amerika Serikat (AS) kembali mengumumkan bakal melakukan penyelidikan perdagangan yang kali ini menargetkan industri aluminium China. Penyelidikan bakal meliputi pemeriksaan terhadap lembaran alumunium yang dijual di bawah harga pasaran atau dengan bantuan subsidi untuk dapat menekan harga.

Seperti dilansir BBC, Rabu (29/11/2017) AS menyebutnya sebagai hal bersejarah untuk memajukan agenda perdagangan di bawah pimpinan Presiden Donald Trump. Pemerintah mengaku memulai penyelidikan atas inisiatif sendiri, bukan menanggapi keluhan dari sebuah perusahaan sepertiu biasanya.

"Presiden Trump membuat semuanya sangat jelas di hari pertama, bahwa praktek-praktek perdagangan yang tidak adil tidak akan ditoleransi di bawah pemerintahan ini. Hari ini kita mengambil satu langkah kedepan dalam memenuhi janji tersebut," ujar Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross.

Kebijakan ini dilakukan setelah Presiden Trump dan Ross mengunjungi China saat melakukan Tur Asia. Sebagai informasi AS sendiri telah mengimpor lebih dari USD600 juta lembar aluminium dari China, berdasarkan data Departemen Perdagangan AS.

Disebutkan telah ditemukan bukti bahwa impor menimbulkan ancaman bagi industri AS. Kasus ini sekarang akan diselidiki oleh Komisi Perdagangan Internasional dengan keputusan akhir yang diharapkan tercapai pada tahun 2018, mendatang.

Strategi Trump

Di bawah pemerintahan Obama, AS mengeluh kepada organisasi perdagangan dunia tentang subsidi aluminium di China. Tetapi pemerintahan Trump telah melakukan pendekatan sendiri. Musim panas ini, pemerintahan Trump juga menyebutkan bahwa bakal melakukan penyelidikan terkait pencurian kekayaan intelektual oleh China.

Pada bulan April, Departemen Perdagangan meluncurkan penyelidikan baja dan aluminium impor dengan badan keamanan nasional. Namun belum ada keputusan final terkait hal tersebut. Secara terpisah, awal tahun ini China ini mengambil langkah-langkah untuk mengurangi produksi aluminium, dalam menanggapi keprihatinan polusi dan berlebihan, menurut anggota industri.

Biro Statistik Nasional setempat menyebutkan produksi aluminium pada Agustus 2017 turun 3,7% year on year (yoy) menjadi 2,64 juta ton. Namun demikian, pada Januari-Agustus 2017, produksi aluminium Negeri Tirai Bambu tersebut naik 6,1% yoy menjadi 22,17 juta ton.

Berdasarkan data Bank Dunia, China merupakan produsen utama aluminium yang menghasilkan 31,87 juta ton pada 2016, atau sekitar 55,37% dari total global sebesar 57,56 juta ton. Negeri Panda juga menjadi konsumen teratas yang menyerap 31,61 juta ton, atau 54,4% dari total global sejumlah 58,11 juta ton.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.4307 seconds (0.1#10.140)