Buyback Saham, Bank Jatim Alokasikan Rp1,01 Miliar
A
A
A
SURABAYA - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim berencana membeli kembali (buyback) sahamnya di pasar regular. Buyback saham ini dilakukan dalam rangka program long term insentif manajemen dan karyawan perseroan. Dalam aksi korporasi itu, bank pelat merah itu mengalokasikan dana Rp1,01 miliar yang akan dilakukan besok, Kamis (7/12/2017).
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Bank Jatim Tbk, Soeroso usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) di kantor pusat Bank Jatim Jalan Basuki Rahmat, Rabu (6/12/2017). Dana untuk buyback ini, kata Soeroso, berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya per Oktober 2017 sebesar Rp1,13 triliun.
"Buyback ini kami lakukan secara berkesimbangunan. Akhir tahun lalu kami juga buyback senilai Rp1,2 miliar," katanya. Emiten berkode BJTM itu telah menunjuk PT Bahana Securities untuk melakukan pembelian kembali saham perseroan dalam periode yang sudah ditentukan itu.
Nantinya, saham yang dibeli kembali akan masuk sebagai treasury stock perseroan. Sebelumnya BJTM juga pernah melakukan buyback saham di tahun 2015. Buyback saham di tahun ini sudah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai POJK Nomor 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Renumerasi Bagi Bank Umum. "Nilai saham Bank Jatim dari tahun ke tahun menunjukkan tren positif," ujar Soeroso.
Alumnus jurusan ekonomi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut mengungkapkan, hingga akhir periode Oktober 2017, harga saham Bank Jatim sebesar Rp695 per lembar. Artinya, harga saham Bank Jatim naik 61,87% sejak penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di 2012, di harga Rp430 per lembar saham.
Dari segi keuangan periode Oktober 2017, laba tercatat Rp1,13 triliun, naik 26,07% dibanding periode yang sama tahun lalu. "Untuk DPK (dana pihak ketiga) sebesar Rp48,01 triliun, tumbuh 16,72%," tandasnya.
Sedangkan dari sisi pengucuran kredit, lanjut dia, hingga Oktober sudah mencapai Rp31,10 triliun, tumbuh 4,67% dibanding periode yang sama tahun lalu. Soeroso optimistis, hingga akhir tahun ini kucuran kredit bisa tembus ke angka Rp32 triliun lebih atau tumbuh sebesar 8%.
"Angka pertumbuhan kredit 8% ini sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI). Awalnya, menargetkan kredit perbankan tumbuh di atas 10%, tapi karena situasi ekonomi agak kurang bagus akhir dikoreksi menjadi 7,5% hingga 8%," pungkas Soeroso.
Di sisi lain, sebagai bagian dari peningkatan kinerja, Bank Jatim siap menjadi bank penerima setoran dana haji seiring pengalihan pengelolaan dana haji ke Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bulan depan. Salah satu yang disiapkan adalah virtual account seperti yang disyaratkan BPKH.
Viirtual account adalah rekening virtual yang bisa digunakan untuk mengecek saldo simpanan dana haji para calon jamaah haji yang sudah menyetor dana awal pemberangkatan haji. "Sistem ini memberikan transparasi pada jamaah haji akan hasil investasi dari dana setoran awal yang dikelola oleh BPKH," kata Direktur Retail Konsumer dan Usaha Syariah PT Bank Jatim Tbk, Tony Sudjiaryanto.
Hal itu disampaikan Direktur Utama PT Bank Jatim Tbk, Soeroso usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) di kantor pusat Bank Jatim Jalan Basuki Rahmat, Rabu (6/12/2017). Dana untuk buyback ini, kata Soeroso, berasal dari saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya per Oktober 2017 sebesar Rp1,13 triliun.
"Buyback ini kami lakukan secara berkesimbangunan. Akhir tahun lalu kami juga buyback senilai Rp1,2 miliar," katanya. Emiten berkode BJTM itu telah menunjuk PT Bahana Securities untuk melakukan pembelian kembali saham perseroan dalam periode yang sudah ditentukan itu.
Nantinya, saham yang dibeli kembali akan masuk sebagai treasury stock perseroan. Sebelumnya BJTM juga pernah melakukan buyback saham di tahun 2015. Buyback saham di tahun ini sudah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sesuai POJK Nomor 45/POJK.03/2015 tentang Penerapan Tata Kelola Dalam Pemberian Renumerasi Bagi Bank Umum. "Nilai saham Bank Jatim dari tahun ke tahun menunjukkan tren positif," ujar Soeroso.
Alumnus jurusan ekonomi dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) tersebut mengungkapkan, hingga akhir periode Oktober 2017, harga saham Bank Jatim sebesar Rp695 per lembar. Artinya, harga saham Bank Jatim naik 61,87% sejak penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO) di 2012, di harga Rp430 per lembar saham.
Dari segi keuangan periode Oktober 2017, laba tercatat Rp1,13 triliun, naik 26,07% dibanding periode yang sama tahun lalu. "Untuk DPK (dana pihak ketiga) sebesar Rp48,01 triliun, tumbuh 16,72%," tandasnya.
Sedangkan dari sisi pengucuran kredit, lanjut dia, hingga Oktober sudah mencapai Rp31,10 triliun, tumbuh 4,67% dibanding periode yang sama tahun lalu. Soeroso optimistis, hingga akhir tahun ini kucuran kredit bisa tembus ke angka Rp32 triliun lebih atau tumbuh sebesar 8%.
"Angka pertumbuhan kredit 8% ini sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia (BI). Awalnya, menargetkan kredit perbankan tumbuh di atas 10%, tapi karena situasi ekonomi agak kurang bagus akhir dikoreksi menjadi 7,5% hingga 8%," pungkas Soeroso.
Di sisi lain, sebagai bagian dari peningkatan kinerja, Bank Jatim siap menjadi bank penerima setoran dana haji seiring pengalihan pengelolaan dana haji ke Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) bulan depan. Salah satu yang disiapkan adalah virtual account seperti yang disyaratkan BPKH.
Viirtual account adalah rekening virtual yang bisa digunakan untuk mengecek saldo simpanan dana haji para calon jamaah haji yang sudah menyetor dana awal pemberangkatan haji. "Sistem ini memberikan transparasi pada jamaah haji akan hasil investasi dari dana setoran awal yang dikelola oleh BPKH," kata Direktur Retail Konsumer dan Usaha Syariah PT Bank Jatim Tbk, Tony Sudjiaryanto.
(ven)