Eximbank Komitmen Tumbuhkan Ekspor Kelas Rumah Tangga
A
A
A
BATAM - Indonesia Eximbank tetap berkomitmen pada misinya untuk mendorong kesinambungan bagi kebutuhan ekspor nasional yang berkelanjutan. Hal itu dibuktikan dengan mengakomodir kegiatan ekspor yang tumbuh dari kelas rumah tangga.
Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank Arif Setiawan menyebut Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) itu seperti lokomotif. Kecil tapi bisa menarik gerbong yang panjang.
"Produk pembiayaan ekspor, salah satunya untuk perusahaan domestik termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM)," ujarnya dalam media coaching peran pembiayaan ekspor dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, di Batam, Kamis (7/12/2017).
Salah satu peran Indonesia Eximbank terkait itu bisa dilihat dari pembiayaan yang dilakukan pada industri pembuatan barcore di Wonosobo. Awalnya, perusahaan yang ingin mendirikan pabrik di daerah itu mengajukan kredit ke bank umum.
Namun, penolakan demi penolakan yang dia terima. Ketika mengajukan kredit ke Indonesia Eximbank, Arif tak langsung menolak. "Saya turun langsung ke daerah itu, melihat seperti apa pohon sengon yang akan dikembangkan menjadi industri barcore itu," kata Arif.
Begitu sampai di Wonosobo, dia menyaksikan pohon sengon tumbuh secara natural. Jumlahnya sangat mencukupi untuk kebutuhan bahan baku pembuatan barcore yang akan diekspor. Jika pun harus ditanam, sengon tak perlu waktu lama untuk bisa dipanen.
Biasanya sengon di tempat itu di jual keluar daerah tersebut dengan harga yang murah. "Pabrik sengon itu akhirnya dibiayai, tapi dengan syarat penanaman diserahkan pada masyarakat," katanya.
Indonesia Eximbank bukan hanya mengejar profit semata. Indonesia Eximbank melihat dengan menyerahkan penanaman sengon kepada masyarakat hal itu bisa menyerap tenaga kerja dan membantu masyarakat Wonogiri untuk memiliki kegiatan.
"Tenaga kerja Indonesia didominasi lulusan SD-SMP jika tak diberi ruang maka apa yang bisa mereka kerjakan?" kata Arif.
Hingga saat ini, tiga tahun setelah pendiriannya, pabrik sengon itu omzetnya telah mencapai Rp1 triliun. Kebijakan Indonesia Eximbank membuat semua diuntungkan, pengusaha pemilik pabrik diuntungkan, masyarakat tempatan pun mendapat pekerjaan.
Ditanya soal berapa omzet yang harus dimiliki UKM untuk bisa mengajukan pembiayaan ekspor, Arif menegaskan, tak ada batas minimal. Justru Indonesia Eximbank membentuk dan mendorong masyarakat untuk melakukan usaha yang bertujuan eskpor. "Syaratnya harus untuk ekspor, meskipun untuk supply chain," ucapnya.
Jenis usahanya pun tidak dibatasi, mayoritas UKM terkendala dalam hal pemasaran dan pembangunan brand. Namun, tak perlu khawatir, Indonesia Eximbank juga menyediakan jasa konsultasi untuk menemukan pemecahan dari persoalan para pelaku UKM tersebut.
Saat ini, Indonesia Eximbank memiliki aset sebesar Rp100 triliun. Sebanyak 80% modalnya berasal dari investor, sisanya 20% dari pemerintah. Tak hanya membiayai ekspor direct, ke depannya Indonesia Eximbank juga akan memberikan pembiayaan untuk ekspor indirect.
Direktur Pelaksana Indonesia Eximbank Arif Setiawan menyebut Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) itu seperti lokomotif. Kecil tapi bisa menarik gerbong yang panjang.
"Produk pembiayaan ekspor, salah satunya untuk perusahaan domestik termasuk Usaha Kecil Menengah (UKM)," ujarnya dalam media coaching peran pembiayaan ekspor dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, di Batam, Kamis (7/12/2017).
Salah satu peran Indonesia Eximbank terkait itu bisa dilihat dari pembiayaan yang dilakukan pada industri pembuatan barcore di Wonosobo. Awalnya, perusahaan yang ingin mendirikan pabrik di daerah itu mengajukan kredit ke bank umum.
Namun, penolakan demi penolakan yang dia terima. Ketika mengajukan kredit ke Indonesia Eximbank, Arif tak langsung menolak. "Saya turun langsung ke daerah itu, melihat seperti apa pohon sengon yang akan dikembangkan menjadi industri barcore itu," kata Arif.
Begitu sampai di Wonosobo, dia menyaksikan pohon sengon tumbuh secara natural. Jumlahnya sangat mencukupi untuk kebutuhan bahan baku pembuatan barcore yang akan diekspor. Jika pun harus ditanam, sengon tak perlu waktu lama untuk bisa dipanen.
Biasanya sengon di tempat itu di jual keluar daerah tersebut dengan harga yang murah. "Pabrik sengon itu akhirnya dibiayai, tapi dengan syarat penanaman diserahkan pada masyarakat," katanya.
Indonesia Eximbank bukan hanya mengejar profit semata. Indonesia Eximbank melihat dengan menyerahkan penanaman sengon kepada masyarakat hal itu bisa menyerap tenaga kerja dan membantu masyarakat Wonogiri untuk memiliki kegiatan.
"Tenaga kerja Indonesia didominasi lulusan SD-SMP jika tak diberi ruang maka apa yang bisa mereka kerjakan?" kata Arif.
Hingga saat ini, tiga tahun setelah pendiriannya, pabrik sengon itu omzetnya telah mencapai Rp1 triliun. Kebijakan Indonesia Eximbank membuat semua diuntungkan, pengusaha pemilik pabrik diuntungkan, masyarakat tempatan pun mendapat pekerjaan.
Ditanya soal berapa omzet yang harus dimiliki UKM untuk bisa mengajukan pembiayaan ekspor, Arif menegaskan, tak ada batas minimal. Justru Indonesia Eximbank membentuk dan mendorong masyarakat untuk melakukan usaha yang bertujuan eskpor. "Syaratnya harus untuk ekspor, meskipun untuk supply chain," ucapnya.
Jenis usahanya pun tidak dibatasi, mayoritas UKM terkendala dalam hal pemasaran dan pembangunan brand. Namun, tak perlu khawatir, Indonesia Eximbank juga menyediakan jasa konsultasi untuk menemukan pemecahan dari persoalan para pelaku UKM tersebut.
Saat ini, Indonesia Eximbank memiliki aset sebesar Rp100 triliun. Sebanyak 80% modalnya berasal dari investor, sisanya 20% dari pemerintah. Tak hanya membiayai ekspor direct, ke depannya Indonesia Eximbank juga akan memberikan pembiayaan untuk ekspor indirect.
(izz)