Memimpin dengan Integritas dan Komunikasi Terbuka
A
A
A
PESATNYA perubahan di industri teknologi informasi atau Information Technology (IT) menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan berbasis IT. Kecepatan beradaptasi dan bertransformasi menjadi kunci bagi perusahaan untuk menjadi yang terdepan.
Country Manager VMware Indonesia (VMW) Cin Cin Go menyadari peluang IT dan digital dalam menciptakan ekosistem bisnis yang lebih baik. Sebagai pimpinan di perusahaan infrastruktur cloud dan mobilitas bisnis, dia juga dituntut untuk bisa menyatukan visi dan misi VMW kepada seluruh karyawan.
Bagaimana strategi bisnis dan tantangannya menjadi pemimpin di industri yang didominasi kaum pria tersebut? Berikut petikan wawancara dengan KORAN SINDO di Jakarta belum lama ini.
Bisa diceritakan bagaimana awal karier Anda hingga bisa menjabat sebagai Country Manager?
Pertama kali meniti karier pada tahun 1997 di PT Metrodata Electronics Tbk. Di sana saya masuk ke bidang sales dan diberi kepercayaan berjualan ke end user. Setelah satu tahun, mereka membuat e-commerce dan saya turut merintisnya. Lalu, pada tahun 2000 saya pindah ke Compaq yang diakuisisi Hewlett Packard (HP) sebagai product manager. Selama 10 tahun, saya menggeluti bagian sales, marketing, dan channel, hingga sampai ke level direktur. Sebelum di VMW, saya juga sempat bekerja untuk Microsoft.
Bagaimana kiat Anda dalam menapaki jenjang yang lebih tinggi?
Setelah bekerja di Microsoft selama tiga tahun sejak 2010, saya memutuskan pindah ke industri kelistrikan. Lalu, saya masuk ke Schneider Electric Indonesia. Saya keluar dari bisnis IT dan menantang diri ke perusahaan bidang elektrik. Pada saat itu terjadi kejenuhan. Jika saya pindah ke sektor berbeda, transformasi apa yang saya lakukan.
Di sana saya belajar me-manage seseorang dari industri yang berbeda. Karena mereka latar belakangnya dari listrik dan IT. Saya juga belajar bagaimana Schneider bisa melakukan transformasi yang besar di dunia kelistrikan. Setelah belajar banyak, saya kembali ke IT, yaitu ke Lenovo selama dua tahun. Saya diberi kepercayaan dari IBM ke Lenovo.
Pengalaman paling berharga apa yang Anda dapat selama menggeluti industri IT?
Saya pernah mendapat pelajaran dari mantan CEO Hewlett Packard Elisa Lumbantoruan yang saat ini menjabat CEO PT ISS Indonesia. Beliau mengajarkan, sebagai seorang pemimpin kita harus mempunyai prinsip coaching to our team member. Jadi di mana kita bisa menunjukkan contoh dan integritas yang penting. Kita mengajarkan kepada tim, contoh yang sudah kita terapkan dan laksanakan.
Apa tantangan atau hambatan yang Anda rasakan dengan bekerja di industri IT?
Bukan sebagai hambatan, tapi kita melihat sebagai peluang yang bisa dimanfaatkan sehingga dapat menciptakan ekosistem bisnis lebih bagus dari sisi eksternal maupun internal. Contohnya, dari sisi leadership, saya mendorong tim supaya mereka bisa melakukan akselerasi. Ini poin utama, karena baik dari sisi customer maupun VMW, perlu kecepatan belajar transformasi digital sehingga mereka menjadi aware.
Menurut Anda, apa yang paling menarik bekerja di industri IT?
Saya baru masuk ke VMW selama dua bulan terakhir ini. Bidang ini lebih menantang, management-nya lebih cepat dan dari sisi perputarannya kita dituntut untuk bisa cepat beradaptasi dengan perubahan dan transformasi yang juga cepat. Hal tersebut kunci utama kita masuk ke industri IT. Ini sekaligus tantangan untuk terus berkembang. Misalnya, dulu 3-4 tahun lalu, perusahaan membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk menyiapkan testing.Sekarang tinggal one click. Bagaimana mengintegrasi untuk memodernisasi data center dengan cara yang mudah. Ini yang kita terapkan ke tim kami.
Seberapa besar potensi di bisnis infrastruktur cloud ini?
Saat ini VMW telah memiliki 4.000 cloud solution provider dan kita terus melakukan edukasi ke cloud provider yang ada. Kita memang tidak memiliki target, yang pasti kita mengedukasi partner, baik dari sisi teknologi cloud dan transformasi digital. Data berbicara, lebih dari 70% organisasi IT akan mengadopsi multicloud, 65% di antaranya akan mempertimbangkan external solution provider. Yang ada di Indonesia itu seperti Telkom, Indonesian Cloud, dan lain-lain.
Seberapa penting pemanfaatan aplikasi dan multicloud untuk perusahaan?
Dari sisi VMW, kita membagi menjadi empat pilar. Pertama, memodernisasi data center. Kedua, digital transformasi, jadi pelanggan bukan hanya bisa mengakses dari end point device, tapi juga bisa mengakses dari mana saja. Ketiga, network security, di situ kita bisa melihat traffic flow organisasi, tapi tidak mengesampingkan faktor keamanan. Keempat, integrated public cloud.
Sebagai pemimpin, prinsip-prinsip kepemimpinan seperti apa yang Anda terapkan?
Prinsip kepemimpinan saya, yaitu keterbukaan komunikasi dan integritas. Komunikasi penting, apalagi di industri IT ini kita harus bisa mengakselerasi kecepatan yang ada. Hal ini harus diterapkan dalam satu organisasi, baik itu perusahaan asing maupun lokal. Ini juga menjadi tugas utama pemimpin. Bagaimana dia bisa melakukan komunikasi dua arah secara terbuka, dan kita juga harus punya integritas sehingga kita bisa bekerja sama dengan tim yang ada.
Bagaimana cara Anda menyatukan visi dan misi kepada karyawan?
Menyatukan visi dan misi kepada karyawan karena adanya komunikasi dan durasi perencanaan yang baik dengan tim kita. Untuk mengarahkan pada visi dan misi yang ingin dicapai, sebelum kuartal berjalan harus tahu apa yang ingin dituju. Dengan begitu, kita sudah tahu target yang mau dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kita harus mengarah pada strategi global dari VMW, di mana kami sudah mempunyai empat pilar seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Selanjutnya tinggal bagaimana kita mengimplementasi kannya dalam kerja tim.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap industri IT yang didominasi pria?
VMW menerapkan budaya diversity and inclusion. Jadi, ini memang sangat cocok dengan apa yang saya inginkan, karena perusahaan ini menghargai keberagaman. Kaitannya dengan pekerjaan sehari-hari, misalnya terkadang kita mendapatkan anggota tim yang sangat muda atau mungkin para milenial yang belum punya pengalaman. Ada kalanya juga ada beberapa individu punya pendapat berbeda-beda. Dengan VMW yang menerapkan keberagaman dan inklusi, tidak ada yang salah dengan keberadaan mereka dalam perusahaan. Everyone matters. Kita harus mendengarkan umpan balik dari mereka, ini hal positif. Ambil masukan dari mereka, diskusikan, dan ambil yang bagus untuk dijalankan perusahaan.
Country Manager VMware Indonesia (VMW) Cin Cin Go menyadari peluang IT dan digital dalam menciptakan ekosistem bisnis yang lebih baik. Sebagai pimpinan di perusahaan infrastruktur cloud dan mobilitas bisnis, dia juga dituntut untuk bisa menyatukan visi dan misi VMW kepada seluruh karyawan.
Bagaimana strategi bisnis dan tantangannya menjadi pemimpin di industri yang didominasi kaum pria tersebut? Berikut petikan wawancara dengan KORAN SINDO di Jakarta belum lama ini.
Bisa diceritakan bagaimana awal karier Anda hingga bisa menjabat sebagai Country Manager?
Pertama kali meniti karier pada tahun 1997 di PT Metrodata Electronics Tbk. Di sana saya masuk ke bidang sales dan diberi kepercayaan berjualan ke end user. Setelah satu tahun, mereka membuat e-commerce dan saya turut merintisnya. Lalu, pada tahun 2000 saya pindah ke Compaq yang diakuisisi Hewlett Packard (HP) sebagai product manager. Selama 10 tahun, saya menggeluti bagian sales, marketing, dan channel, hingga sampai ke level direktur. Sebelum di VMW, saya juga sempat bekerja untuk Microsoft.
Bagaimana kiat Anda dalam menapaki jenjang yang lebih tinggi?
Setelah bekerja di Microsoft selama tiga tahun sejak 2010, saya memutuskan pindah ke industri kelistrikan. Lalu, saya masuk ke Schneider Electric Indonesia. Saya keluar dari bisnis IT dan menantang diri ke perusahaan bidang elektrik. Pada saat itu terjadi kejenuhan. Jika saya pindah ke sektor berbeda, transformasi apa yang saya lakukan.
Di sana saya belajar me-manage seseorang dari industri yang berbeda. Karena mereka latar belakangnya dari listrik dan IT. Saya juga belajar bagaimana Schneider bisa melakukan transformasi yang besar di dunia kelistrikan. Setelah belajar banyak, saya kembali ke IT, yaitu ke Lenovo selama dua tahun. Saya diberi kepercayaan dari IBM ke Lenovo.
Pengalaman paling berharga apa yang Anda dapat selama menggeluti industri IT?
Saya pernah mendapat pelajaran dari mantan CEO Hewlett Packard Elisa Lumbantoruan yang saat ini menjabat CEO PT ISS Indonesia. Beliau mengajarkan, sebagai seorang pemimpin kita harus mempunyai prinsip coaching to our team member. Jadi di mana kita bisa menunjukkan contoh dan integritas yang penting. Kita mengajarkan kepada tim, contoh yang sudah kita terapkan dan laksanakan.
Apa tantangan atau hambatan yang Anda rasakan dengan bekerja di industri IT?
Bukan sebagai hambatan, tapi kita melihat sebagai peluang yang bisa dimanfaatkan sehingga dapat menciptakan ekosistem bisnis lebih bagus dari sisi eksternal maupun internal. Contohnya, dari sisi leadership, saya mendorong tim supaya mereka bisa melakukan akselerasi. Ini poin utama, karena baik dari sisi customer maupun VMW, perlu kecepatan belajar transformasi digital sehingga mereka menjadi aware.
Menurut Anda, apa yang paling menarik bekerja di industri IT?
Saya baru masuk ke VMW selama dua bulan terakhir ini. Bidang ini lebih menantang, management-nya lebih cepat dan dari sisi perputarannya kita dituntut untuk bisa cepat beradaptasi dengan perubahan dan transformasi yang juga cepat. Hal tersebut kunci utama kita masuk ke industri IT. Ini sekaligus tantangan untuk terus berkembang. Misalnya, dulu 3-4 tahun lalu, perusahaan membutuhkan waktu 4-6 bulan untuk menyiapkan testing.Sekarang tinggal one click. Bagaimana mengintegrasi untuk memodernisasi data center dengan cara yang mudah. Ini yang kita terapkan ke tim kami.
Seberapa besar potensi di bisnis infrastruktur cloud ini?
Saat ini VMW telah memiliki 4.000 cloud solution provider dan kita terus melakukan edukasi ke cloud provider yang ada. Kita memang tidak memiliki target, yang pasti kita mengedukasi partner, baik dari sisi teknologi cloud dan transformasi digital. Data berbicara, lebih dari 70% organisasi IT akan mengadopsi multicloud, 65% di antaranya akan mempertimbangkan external solution provider. Yang ada di Indonesia itu seperti Telkom, Indonesian Cloud, dan lain-lain.
Seberapa penting pemanfaatan aplikasi dan multicloud untuk perusahaan?
Dari sisi VMW, kita membagi menjadi empat pilar. Pertama, memodernisasi data center. Kedua, digital transformasi, jadi pelanggan bukan hanya bisa mengakses dari end point device, tapi juga bisa mengakses dari mana saja. Ketiga, network security, di situ kita bisa melihat traffic flow organisasi, tapi tidak mengesampingkan faktor keamanan. Keempat, integrated public cloud.
Sebagai pemimpin, prinsip-prinsip kepemimpinan seperti apa yang Anda terapkan?
Prinsip kepemimpinan saya, yaitu keterbukaan komunikasi dan integritas. Komunikasi penting, apalagi di industri IT ini kita harus bisa mengakselerasi kecepatan yang ada. Hal ini harus diterapkan dalam satu organisasi, baik itu perusahaan asing maupun lokal. Ini juga menjadi tugas utama pemimpin. Bagaimana dia bisa melakukan komunikasi dua arah secara terbuka, dan kita juga harus punya integritas sehingga kita bisa bekerja sama dengan tim yang ada.
Bagaimana cara Anda menyatukan visi dan misi kepada karyawan?
Menyatukan visi dan misi kepada karyawan karena adanya komunikasi dan durasi perencanaan yang baik dengan tim kita. Untuk mengarahkan pada visi dan misi yang ingin dicapai, sebelum kuartal berjalan harus tahu apa yang ingin dituju. Dengan begitu, kita sudah tahu target yang mau dicapai, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kita harus mengarah pada strategi global dari VMW, di mana kami sudah mempunyai empat pilar seperti yang saya jelaskan sebelumnya. Selanjutnya tinggal bagaimana kita mengimplementasi kannya dalam kerja tim.
Bagaimana tanggapan Anda terhadap industri IT yang didominasi pria?
VMW menerapkan budaya diversity and inclusion. Jadi, ini memang sangat cocok dengan apa yang saya inginkan, karena perusahaan ini menghargai keberagaman. Kaitannya dengan pekerjaan sehari-hari, misalnya terkadang kita mendapatkan anggota tim yang sangat muda atau mungkin para milenial yang belum punya pengalaman. Ada kalanya juga ada beberapa individu punya pendapat berbeda-beda. Dengan VMW yang menerapkan keberagaman dan inklusi, tidak ada yang salah dengan keberadaan mereka dalam perusahaan. Everyone matters. Kita harus mendengarkan umpan balik dari mereka, ini hal positif. Ambil masukan dari mereka, diskusikan, dan ambil yang bagus untuk dijalankan perusahaan.
(amm)