Nasabah Mikro Paling Rentan Dapatkan Restrukturisasi Kredit

Rabu, 03 Januari 2018 - 20:05 WIB
Nasabah Mikro Paling...
Nasabah Mikro Paling Rentan Dapatkan Restrukturisasi Kredit
A A A
JAKARTA - Nasabah mikro kredit perbankan terkena dampak erupsi Gunung Agung di Bali. Industri pariwisata yang menjadi andalan Bali akan menjadi sumber kredit bermasalah (non performing loan/NPL) yang signifikan apabila negara asing tetap melarang warganya berkunjung ke Bali.

Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, total kredit yang terdampak langsung atau tidak langsung erupsi Gunung Agung sebesar Rp554 miliar. Sedangkan jumlah nasabahnya sejumlah kurang lebih 17 ribu debitur. “Sekitar 20% dari total kredit tersebut sudah diputus untuk dapat direstrukrisasi kreditnya,” ujar Suprajarto di Jakarta, Rabu (3/1/2018).

Dia menambahkan debitur atau peminjam kredit yang paling banyak terdampak adalah sektor mikro dan ritel seperti pengusaha perhotelan dan jasa wisata. Namun Suprajarto menyebut dampak dari erupsi Gunung Agung tidak akan meningkatkan rasio kredit bermasalah (NPL) BRI yang hingga akhir kuartal III 2017 ada di posisi 2,33% (gross).

"NPL tidak akan menjadi besar. Lagipula budaya orang Bali itu walau sekarang nunggak, tapi nunggak itu sesuatu yang tabu. Jadi kami optimistis kalau Bali akan cepat recovery," kata Suprajarto

Perseroan, lanjutnya, sudah menyiapkan upaya mitigasi agar NPL tidak meningkat. Suprajarto meyakini NPL BRI di akhir tahun tetap akan berada jauh di bawah tiga persen. "Secara nasional, NPL (terbesar) mungkin masih ada di kredit segmen menengah mungkin ya, karena paling banyak di wilayah di cabang, seperti untuk sektor perdagangan, termasuk konstruksi," ujar dia.

Sementara Sekretaris Perusahaan Bank BCA Jan Hendra mengatakan dampak erupsi tersebut tidak terlalu signifikan untuk perseroan. Meskipun terkena dampak namun diprediksi hanya sementara.

“Semoga balik normal dalam waktu cepat. Sejauh komunikasi kami dengan para nasabah, belum ada yang perlu dilakukan restrukturisasi sampai saat ini. Namun kami prinsipnya akan menunggu kebijakan dari regulator apabila ada instruksi khusus untuk nasabah korban,” ujar Hendra kemarin.

Sebelumnya Pemimpin Wilayah BNI Kantor Wilayah Denpasar Putu Bagus Kresna mengatakan BNI telah berpengalaman dalam kredit di daerah terkena bencana. Meskipun dampak negatif belum terasa untuk kinerja perseroan, namun pihaknya telah melakukan restrukturisasi kredit untuk segmen debitur usaha kecil dan segmen menengah.

Di segmen menengah atau plafon pinjaman Rp15 miliar ke atas mayoritas dari sektor pariwisata yang terkena dampak penurunan wisatawan. Opsi restrukturisasi yang dilakukan mulai dari penambahan masa tenor pinjaman, stop bayar pokok sementara, hingga stop bayar pokok dan bunga.

“Nasabah yang butuh restrukturisasi tidak melampaui 10% total nasabah. Kami membantu nasabah untuk melalui masa sulit ini. Semua bank melakukan yang sama,” ujar Kresna beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan kebijakan restrukturisasi telah dilakukan sejak bulan Desember ini. Namun dia memprediksi di bulan Januari akan ada penambahan restrukturisasi lebih banyak lagi. Hal ini khususnya akan dilakukan untuk nasabah usaha kecil. Segmen ini merupakan yang paling rentan membutuhkan restrukturisasi.

“Nasabah kecil lebih besar lagi dampaknya, dan Januari akan ditambah lagi restrukturisasi khususnya untuk segmen usaha kecil ini,” ujarnya.

Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengutarakan secara umum, Gunung Agung tidak berdampak signifikan. Meskipun sektor Pariwisata sempat mengalami sedikit penurunan tapi saat ini sudah kembali normal sehingga tidak mengganggu kinerja perseroan.

Pemimpin OJK Regional XIII Bali dan Nusa Tenggara Hizbullah mengatakan bencana Gunung secara umum belum berdampak serius terhadap industri keuangan. Sampai saat ini industri keuangan Bali masih sehat dan kuat. “Apalagi rata rata CAR perbankan di Bali 22%, diperkirakan kuat menghadapi guncangan, seperti bencana Gunung Agung,” ujar Hizbullah.

Ekonomi Bali sebagian besar disumbangkan sektor pariwisata. Jadi bencana Gunung Agung menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel warning, memang cukup berdampak terhadap tingkat hunian hotel, restoran dan lainnya.

“Apalagi di Kabupaten Karang Asem tingkat okupansi hotel sempat di bawah 10%. Namun diharapkan dengan adanya libur Natal dan Tahun Baru, kedatangan wisatawan ke Bali baik lokal maupun mancanegara meningkat signifikan sehingga tingkat hunian hotel dan restoran dapat pulih kembali,” ujarnya.

Guna mengantisipasi penurunan kualitas kredit, beberapa bank umum memang telah melakukan restrukturisasi kredit beberapa debiturnya, terutama sektor perhotelan dan UMKM. Tapi ada juga bank yang masih melakukan kajian.

Intinya adalah bahwa perbankan akan berupaya membantu debitur agar bisa pulih kembali. “Terkait pemberian insentif kepada debitur diserahkan kepada masing masing bank sesuai dengan kemampuan masing masing. Tapi untuk opsi pembebasan pokok kredit, sepertinya sulit dilakukan,” ujarnya.

Ditegaskan OJK mempersilahkan masing-masing bank untuk melakukan restrukturisasi debiturnya. Segmen kredit Rp 5 miliar ke bawah sudah memiliki aturannya. Kondisi serupa sebagaimana juga yang pernah diterapkan pada beberapa daerah yang kena bencana seperti Aceh, Yogyakarta, Tasikmalaya dan lain-lain.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7669 seconds (0.1#10.140)