Rupiah Memukul Dolar AS Sebanyak 53 Poin
A
A
A
JAKARTA - Reli kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus berlanjut pada perdagangan Kamis (4/1/2018). Indeks Bloomberg mencatat mata uang NKRI ditutup memukul USD sebesar 53 poin atau 0,39% menjadi Rp13.422 per USD.
Pagi tadi, rupiah dibuka menguat 8 poin atau 0,06% ke level Rp13.467 per USD, setelah kemarin ditutup di Rp13.475 per USD. Kamis ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.406-Rp13.482 per USD.
Catatan senada ditorehkan di data Yahoo Finance pada petang ini. Nilai tukar rupiah menguat 49 poin atau 0,36% menjadi Rp13.422 per USD, setelah pada Rabu lalu berakhir di level Rp13.471 per USD.
Sementara itu, data SINDOnews yang bersumber dari Limas, rupiah pada Kamis petang ini berada di level Rp13.457 per USD, terapresiasi 38 poin dari posisi penutupan Rabu kemarin di Rp13.495 per USD.
Kenaikan ini seolah mengabaikan mulai pulihnya USD, setelah risalah The Fed bulan Desember dan data manufaktur AS yang menguat, telah mengindikasikan bank sentral untuk menaikkan suku bunga beberapa kali pada tahun ini.
Melansir dari Reuters, Kamis (4/1/2018), indeks USD terhadap enam mata uang saingan utama naik 0,02% menjadi 92,183, setelah pada Selasa lalu melemah di 91,751, posisi terendah sejak 20 September 2017.
Pembuat kebijakan The Fed mengakui kenaikan data manufaktur dan konstruksi sangat membantu, namun mereka mengkhawatirkan tentang inflasi yang terus menerus rendah. Bank sentral AS akan terus mengejar pendekatan bertahap untuk mempercepat laju inflasi sehingga bisa menaikkan suku bunga demi mendongkrak dolar lebih tinggi.
"Dolar AS mengalami tekanan pada pergantian tahun ini. Tapi penjualan tersebut tidak didasarkan pada faktor yang sangat kuat," kata Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities di Tokyo, Masafumi Yamamoto. Rebalancing posisi yang dibuat investor saat tutup buku jelang pergantian tahun telah menyebabkan penjualan dolar.
Amerika, kata Yamamoto, akan mengandalkan data yang kuat dan nota The Fed. Mereka juga berharap dampak ekonomi potensial dari pemotongan pajak AS, yang diperkirakan akan membantu dolar kembali ke jalur semula.
Pagi tadi, rupiah dibuka menguat 8 poin atau 0,06% ke level Rp13.467 per USD, setelah kemarin ditutup di Rp13.475 per USD. Kamis ini, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp13.406-Rp13.482 per USD.
Catatan senada ditorehkan di data Yahoo Finance pada petang ini. Nilai tukar rupiah menguat 49 poin atau 0,36% menjadi Rp13.422 per USD, setelah pada Rabu lalu berakhir di level Rp13.471 per USD.
Sementara itu, data SINDOnews yang bersumber dari Limas, rupiah pada Kamis petang ini berada di level Rp13.457 per USD, terapresiasi 38 poin dari posisi penutupan Rabu kemarin di Rp13.495 per USD.
Kenaikan ini seolah mengabaikan mulai pulihnya USD, setelah risalah The Fed bulan Desember dan data manufaktur AS yang menguat, telah mengindikasikan bank sentral untuk menaikkan suku bunga beberapa kali pada tahun ini.
Melansir dari Reuters, Kamis (4/1/2018), indeks USD terhadap enam mata uang saingan utama naik 0,02% menjadi 92,183, setelah pada Selasa lalu melemah di 91,751, posisi terendah sejak 20 September 2017.
Pembuat kebijakan The Fed mengakui kenaikan data manufaktur dan konstruksi sangat membantu, namun mereka mengkhawatirkan tentang inflasi yang terus menerus rendah. Bank sentral AS akan terus mengejar pendekatan bertahap untuk mempercepat laju inflasi sehingga bisa menaikkan suku bunga demi mendongkrak dolar lebih tinggi.
"Dolar AS mengalami tekanan pada pergantian tahun ini. Tapi penjualan tersebut tidak didasarkan pada faktor yang sangat kuat," kata Kepala Strategi Mata Uang Mizuho Securities di Tokyo, Masafumi Yamamoto. Rebalancing posisi yang dibuat investor saat tutup buku jelang pergantian tahun telah menyebabkan penjualan dolar.
Amerika, kata Yamamoto, akan mengandalkan data yang kuat dan nota The Fed. Mereka juga berharap dampak ekonomi potensial dari pemotongan pajak AS, yang diperkirakan akan membantu dolar kembali ke jalur semula.
(ven)