Tahun 2018, Pertumbuhan Upah di Asia Tertinggi di Dunia
A
A
A
TOKYO - Tahun yang baru diharapkan lebih baik dari tahun sebelumnya. Harapan ini selaras dengan survei yang diterbitkan perusahaan sumber daya manusia, Korn Ferry yang melansir bahwa pekerja di Asia mengalami pertumbuhan upah riil tertinggi di dunia pada tahun 2018. Melansir dari Nikkei Asian Review, Kamis (4/1/2018), pertumbuhan upah yang tinggi itu berkat perubahan struktur ekonomi regional yang semakin solid.
Namun, untuk para pekerja di Jepang dan negara-negara Barat akan mengalami stagnasi upah akibat tekanan inflasi baru. Data Korn Ferry yang melacak 20 juta pekerja di 25.000 perusahaan, menyebut upah ini disesuaikan dengan pertumbuhan inflasi 2,8% di Asia pada tahun ini, berbanding kenaikan inflasi yang hanya 1,5% di seluruh dunia.
Meski tumbuh lebih tinggi, jangan senang dulu. Kenaikan tersebut merupakan perlambatan 4,3% dari tahun lalu. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di Benua Kuning mengalami perlambatan dari laju tahun lalu, akibat ekspektasi tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekspor yang melambat. Inflasi juga kembali menjadi daya tarik potensial terhadap daya beli konsumen.
Lantas negara-negara Asia mana yang mengalami pertumbuhan upah tertinggi? India, Vietnam, dan Thailand merupakan tiga teratas, sementara Jepang berada di posisi terbawah liga pertumbuhan upah.
Untuk India, upah riil diperkirakan tumbuh 4,7%, menjadikan negara ini sebagai yang terbaik pada 2018. Negara di Asia Selatan ini semakin pulih dari gangguan besar akibat program denominasi yang dilakukan Perdana Menteri Narendra Modi pada 2016.
Pekerja di Vietnam diperkirakan akan mengalami kenaikan yang sama, karena konsumsi swasta semakin besar sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ekspor manufaktur juga menjadi pendorong kenaikan upah. “Hanya saja ada kekhawatiran soal meningkatnya utang swasta dan tanda-tanda bubble pasar properti,” tulis HSBC.
Pekerja di Thailand juga mendapat kenaikan upah yang solid, karena Negeri Gajah Putuh mendapatkan keuntungan dari posisinya sebagai pusat manufaktur regional di tengah membaiknya ekonomi global.
Untuk China, upah riil diperkirakan tumbuh 4,2%, naik dari sebelumnya 4,0%. Para ekonom di Moody’s Economy.com memprediksi China akan mempertahankan kebijakan fiskal proaktif pada 2018, seperti menangani kelebihan kapasitas di perusahaan milik negara dan membuka persaingan yang lebih besar. Hal itu demi mengantisipasi risiko sektor keuangan tingkat tinggi: utang.
Di Jepang, pertumbuhan upah riil diperkirakan akan melambat menjadi 1,6% dari sebelumnya 2,1%. Perusahaan diharapkan menawarkan kenaikan sekitar 2%, menanggapi dorongan dari Perdana Menteri Shinzo Abe untuk gaji yang lebih tinggi. Namun tekanan inflasi yang baru diperkirakan akan menghambat harapan Abe untuk pertumbuhan upah riil yang lebih cepat.
Tekanan inflasi
Sementara itu, menurut Korn Ferry dan Standard Chartered Bank, ekspansi ekonomi yang kuat menambah tekanan inflasi di negara-negara dengan tingkat upah tinggi di Asia Tenggara dan China. StanChart memperkirakan inflasi akan meningkat pada 2018, terutama pada aktivitas domestik yang lebih kuat dan harga komoditas yang masih kuat.
Sedangkan ekonomi negara maju tidak akan terjadi kenaikan upah cukup besar demi mengimbangi kenaikan inflasi. Korn Ferry memproyeksikan pertumbuhan upah untuk Australia hanya 0,4%, Jerman 0,8%, bahkan Inggris minus 0,5%.
Beragam faktor yang menyebabkan stagnasi upah di negara maju. Diantaranya meningkatnya pekerja paruh waktu sehingga mengurangi daya tawar pekerja organik. Selain itu, menurut International Moneter Fund (IMF) adanya sistem otomasi yang menggantikan tenaga kerja telah membuat stagnasi upah di negara-negara maju.
Namun, untuk para pekerja di Jepang dan negara-negara Barat akan mengalami stagnasi upah akibat tekanan inflasi baru. Data Korn Ferry yang melacak 20 juta pekerja di 25.000 perusahaan, menyebut upah ini disesuaikan dengan pertumbuhan inflasi 2,8% di Asia pada tahun ini, berbanding kenaikan inflasi yang hanya 1,5% di seluruh dunia.
Meski tumbuh lebih tinggi, jangan senang dulu. Kenaikan tersebut merupakan perlambatan 4,3% dari tahun lalu. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi di Benua Kuning mengalami perlambatan dari laju tahun lalu, akibat ekspektasi tingkat suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekspor yang melambat. Inflasi juga kembali menjadi daya tarik potensial terhadap daya beli konsumen.
Lantas negara-negara Asia mana yang mengalami pertumbuhan upah tertinggi? India, Vietnam, dan Thailand merupakan tiga teratas, sementara Jepang berada di posisi terbawah liga pertumbuhan upah.
Untuk India, upah riil diperkirakan tumbuh 4,7%, menjadikan negara ini sebagai yang terbaik pada 2018. Negara di Asia Selatan ini semakin pulih dari gangguan besar akibat program denominasi yang dilakukan Perdana Menteri Narendra Modi pada 2016.
Pekerja di Vietnam diperkirakan akan mengalami kenaikan yang sama, karena konsumsi swasta semakin besar sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Selain itu, ekspor manufaktur juga menjadi pendorong kenaikan upah. “Hanya saja ada kekhawatiran soal meningkatnya utang swasta dan tanda-tanda bubble pasar properti,” tulis HSBC.
Pekerja di Thailand juga mendapat kenaikan upah yang solid, karena Negeri Gajah Putuh mendapatkan keuntungan dari posisinya sebagai pusat manufaktur regional di tengah membaiknya ekonomi global.
Untuk China, upah riil diperkirakan tumbuh 4,2%, naik dari sebelumnya 4,0%. Para ekonom di Moody’s Economy.com memprediksi China akan mempertahankan kebijakan fiskal proaktif pada 2018, seperti menangani kelebihan kapasitas di perusahaan milik negara dan membuka persaingan yang lebih besar. Hal itu demi mengantisipasi risiko sektor keuangan tingkat tinggi: utang.
Di Jepang, pertumbuhan upah riil diperkirakan akan melambat menjadi 1,6% dari sebelumnya 2,1%. Perusahaan diharapkan menawarkan kenaikan sekitar 2%, menanggapi dorongan dari Perdana Menteri Shinzo Abe untuk gaji yang lebih tinggi. Namun tekanan inflasi yang baru diperkirakan akan menghambat harapan Abe untuk pertumbuhan upah riil yang lebih cepat.
Tekanan inflasi
Sementara itu, menurut Korn Ferry dan Standard Chartered Bank, ekspansi ekonomi yang kuat menambah tekanan inflasi di negara-negara dengan tingkat upah tinggi di Asia Tenggara dan China. StanChart memperkirakan inflasi akan meningkat pada 2018, terutama pada aktivitas domestik yang lebih kuat dan harga komoditas yang masih kuat.
Sedangkan ekonomi negara maju tidak akan terjadi kenaikan upah cukup besar demi mengimbangi kenaikan inflasi. Korn Ferry memproyeksikan pertumbuhan upah untuk Australia hanya 0,4%, Jerman 0,8%, bahkan Inggris minus 0,5%.
Beragam faktor yang menyebabkan stagnasi upah di negara maju. Diantaranya meningkatnya pekerja paruh waktu sehingga mengurangi daya tawar pekerja organik. Selain itu, menurut International Moneter Fund (IMF) adanya sistem otomasi yang menggantikan tenaga kerja telah membuat stagnasi upah di negara-negara maju.
(ven)