Pengamat: Siapa yang Diuntungkan Impor Beras?

Senin, 15 Januari 2018 - 17:28 WIB
Pengamat: Siapa yang...
Pengamat: Siapa yang Diuntungkan Impor Beras?
A A A
JAKARTA - Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori mempertanyakan siapa sebenarnya yang diuntungkan dengan rencana pemerintah melakukan impor beras. Dia menilai, keputusan pemerintah mengimpor beras sebanyak 500 ribu ton, guna meredam kenaikan harga beras yang terjadi saat ini sangat terlambat.

Dia justru menilai, keputusan ini ada hubungannya dengan pemilihan umum (Pemilu). Beras impor diperkirakan akan masuk mulai akhir Januari 2018. Kemudian, pemerintah mengestimasikan bahwa pada awal Februari 2018 akan terjadi panen raya. Hal ini berpotensi menekan harga gabah dan beras jauh lebih dalam.

"Jadi pertanyaanya buat apa impor? Jadi potensial dicurigai macam-macam, khususnya untuk mencari dana segar untuk kepentingan politik. Karena harga beras domestik jauh lebih mahal dibanding beras dunia. Ketika kita impor bukan rugi, tapi untung. Jadi ketika pemerintah mengimpor itu siapa yang diuntungkan," katanya dalam Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Komisi Pengawas dan Persaingan Usaha (KPPU), Jakarta, Senin (15/1/2018).

Menurutnya, impor beras ini juga cara pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengirim sinyal ke pasar bahwa negara masih memiliki kontrol terhadap pasar beras di Tanah Air. Dia mengakui, saat pemerintah mengumumkan rencana impor tersebut harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) stagnan dan tidak ada kenaikan harga.

"Mungkin ini efek kejutan dari berita beras impor itu, mungkin pasar masih menghitung-hitung. Kesimpulan belum ada penurunan pasokan dan pengeluaran. Kalau pasokan bertambah signifikan dan harga turun, saya kira signal yang akan disampaikan pemerintah itu berhasil. Tapi kalau pasokan tetap dan harga cenderung naik, berarti pemerintah signalnya tidak berhasil," terang dia.

Khudori menambahkan, saat ini pasokan beras nasional memang tengah bermasalah. Sebab, kenaikan harga beras ini terjadi tidak hanya dalam satu dua hari, melainkan sudah beberapa pekan terakhir ini.

"Kalau ada kenaikan harga berminggu-minggu memang ada masalah di pasokan. Jadi kalau akhir bulan tidak ada impor yang masuk, mungkin pikiran Pak Mendag pasar akan jadi liar. Dan minggu ini adalah minggu yang krusial, jadi saya kira perlu kita lihat seperti apa," imbuhnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9311 seconds (0.1#10.140)