BNI Pasang Target Pertumbuhan Kredit 15% Tahun Ini
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) menargetkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai sebesar 15% di tahun 2018. Sementara pada 2017 sendiri, kredit BNI tumbuh sekitar 12,2% atau sekitar Rp441,3 triliun.
(Baca Juga: Naik 12%, Penyaluran Kredit BNI Capai Rp441,31 Triliun
Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni mengungkapkan, sektor infrastruktur masih akan menjadi penopang pertumbuhan kredit di tahun ini. Selain itu, perbaikan yang terjadi di perekonomian global juga mendorong kredit investasi perseroan di tahun ini.
"Kita masih lihat sektor infrastruktur jadi penopang pertumbuhan kredit kita di 2018 ya. Kedua, kredit investasi pun mulai tumbuh karena melihat kondisi global," ujarnya di Wisma BNI 46, Jakarta, Rabu (17/1/2018).
"Kita lihat perkembangan ekonomi di Amerika Serikat ya sudah perbaikan, di Eropa sendiri walaupun ada perlambatan, di China tapi ini merupakan sinyal investor untuk memulai menambahkan investasinya di Indonesia," lanjut Ahmad Baiquni
Apalagi, menurutnya, pertumbuhan ekonomi di daam negeri pun masih cukup bagus di kisaran 5% hingga 5,5%. Serta inflasi juga dalam posisi yang rendah, hal ini tentu menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan dana di dalam negeri akan tinggi.
"Sebagai tolak ukur juga Jasa Marga menerbitkan Komodo Bond. Artinya asing pun mulai melihat surat berharga rupiah, ini tunjukan minat investasi masih tinggi," tandasnya.
(Baca Juga: Naik 12%, Penyaluran Kredit BNI Capai Rp441,31 Triliun
Direktur Utama BNI Ahmad Baiquni mengungkapkan, sektor infrastruktur masih akan menjadi penopang pertumbuhan kredit di tahun ini. Selain itu, perbaikan yang terjadi di perekonomian global juga mendorong kredit investasi perseroan di tahun ini.
"Kita masih lihat sektor infrastruktur jadi penopang pertumbuhan kredit kita di 2018 ya. Kedua, kredit investasi pun mulai tumbuh karena melihat kondisi global," ujarnya di Wisma BNI 46, Jakarta, Rabu (17/1/2018).
"Kita lihat perkembangan ekonomi di Amerika Serikat ya sudah perbaikan, di Eropa sendiri walaupun ada perlambatan, di China tapi ini merupakan sinyal investor untuk memulai menambahkan investasinya di Indonesia," lanjut Ahmad Baiquni
Apalagi, menurutnya, pertumbuhan ekonomi di daam negeri pun masih cukup bagus di kisaran 5% hingga 5,5%. Serta inflasi juga dalam posisi yang rendah, hal ini tentu menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan dana di dalam negeri akan tinggi.
"Sebagai tolak ukur juga Jasa Marga menerbitkan Komodo Bond. Artinya asing pun mulai melihat surat berharga rupiah, ini tunjukan minat investasi masih tinggi," tandasnya.
(akr)