5.000 Pekerja di Industri Manufaktur AS Bakal Kena PHK
A
A
A
TEXAS - Perusahaan besar asal Amerika Serikat (AS) yang bergerak di industri manufaktur, Kimberly-Clark mengatakan bakal menutup atau bahkan menjual 10 pabrik mereka serta mengurangi 5.000 pekerjaan atau setara dengan 12% dari angkatan kerja. Langkah tersebut dilakukan saat perusahaan asal Texas itu tengah berjuang mengangkat penjualan.
Tercatat perusahaan yang menaungi beberapa merek paling terkenal di dunia, termasuk Kleenex, Andrex, Cottonelle, Huggies, Pull-Ups, Kotex dan Depend pada kuartal keempat tahun 2017, hanya mencetak kenaikan penjualan sebesar 1%. Kimberly-Clark mengatakan bahwa restrukturisasi tersebut akan merampingkan rantai pasokan miliknya, serta menghemat setidaknya USD500 juta pada akhir tahun 2021.
Dana itu bakal menjadi tabungan selain rencana untuk mengurangi biaya sebesar USD1,5 miliar pada saat yang sama. Chief Executive Kimberly-Clark Thomas J Falk menerangkan, restrukturisasi tersebut yang bakal menghasilkan beberapa penghematan sehingga membuat perusahaan lebih ramping, lebih kuat dan ditegaskan lebih cepat. Dalam sebuah pernyataan, Ia juga menggambarkan kondisi pasar saat ini sebagai sesuatu yang menantang.
"Ini menjadi keputusan yang sulit, namun perlu dilakukan untuk membuat Kimberly Clark menjadi perusahaan yang lebih kuat lagi," katanya pada sebuah panggilan telepon dengan analis keuangan pada hari Selasa, kemarin waktu setempat seperti dilansir BBC, Rabu (24/1/2017).
Perusahaan telah dipaksa untuk memotong harga di tengah persaingan dari rival dan brand lainnya, ditambah karena biaya beberapa bahan baku meningkat. Selain itu, eksekutif Kimberly-Clark mengutarakan perusahaan mendapatkan tekanan seiring penurunan permintaan baik itu di AS sendiri ataupun Korea Selatan yang telah mengurangi permintaan untuk popok serta produk kebutuhan pokok lainnya.
"Anda tidak bisa mendorong ibu untuk menggunakan popok lagi saat tak ada bayi yang dilahirkan," kata Falk. Perusahaan pemegang merek Andrex dan Huggies, melaporkan keuntungan USD617 juta pada kuartal keempat dengan penjualan mencapai USD4,6 miliar. Sedangkan sepanjang tahun secara keseluruhan, penjualan berhasil dicetak USD18,2 miliar atau hampir tidak berubah dari 2016, sementara keuntungan naik 5% menjadi USD2,28 miliar.
Lebih lanjut petinggi perusahaan berharap adanya kestabilan harga. Meski begitu perusahaan tetap optimistis dengan memperkirakan bahwa penjualan akan meningkat antara 1% dan 2% tahun ini. Perusahaan juga mengeluarkan serangkaian produk baru untuk mendorong pertumbuhan. Perusahaan juga berinvestasi pada sektor digital, untuk menjadi bagian penting dari pertumbuhan pasar seperti di China.
Seperti diketahui penjualan online mewakili lebih dari separuh bisnis perusahaan di Negeri Tirai Bambu -julukan China- tersebut. Meski begitu, Kimberly-Clark yang memiliki lebih dari 90 fasilitas di seluruh dunia termasuk afiliasi belum mengutarakan secara pasti, pabrik mana saja yang bakal mengalami penutupan.
Diterangkan oleh pihak perusahaan bahwa PHK yang terjadi diperkirakan terjadi untuk seluruh wilayah geografis dan unit bisnis. Perusahaan juga berencana untuk memperluas di beberapa lokasi dan menghabiskan setidaknya USD2,1 miliar untuk pembelian kembali saham dan dividen.
Tercatat perusahaan yang menaungi beberapa merek paling terkenal di dunia, termasuk Kleenex, Andrex, Cottonelle, Huggies, Pull-Ups, Kotex dan Depend pada kuartal keempat tahun 2017, hanya mencetak kenaikan penjualan sebesar 1%. Kimberly-Clark mengatakan bahwa restrukturisasi tersebut akan merampingkan rantai pasokan miliknya, serta menghemat setidaknya USD500 juta pada akhir tahun 2021.
Dana itu bakal menjadi tabungan selain rencana untuk mengurangi biaya sebesar USD1,5 miliar pada saat yang sama. Chief Executive Kimberly-Clark Thomas J Falk menerangkan, restrukturisasi tersebut yang bakal menghasilkan beberapa penghematan sehingga membuat perusahaan lebih ramping, lebih kuat dan ditegaskan lebih cepat. Dalam sebuah pernyataan, Ia juga menggambarkan kondisi pasar saat ini sebagai sesuatu yang menantang.
"Ini menjadi keputusan yang sulit, namun perlu dilakukan untuk membuat Kimberly Clark menjadi perusahaan yang lebih kuat lagi," katanya pada sebuah panggilan telepon dengan analis keuangan pada hari Selasa, kemarin waktu setempat seperti dilansir BBC, Rabu (24/1/2017).
Perusahaan telah dipaksa untuk memotong harga di tengah persaingan dari rival dan brand lainnya, ditambah karena biaya beberapa bahan baku meningkat. Selain itu, eksekutif Kimberly-Clark mengutarakan perusahaan mendapatkan tekanan seiring penurunan permintaan baik itu di AS sendiri ataupun Korea Selatan yang telah mengurangi permintaan untuk popok serta produk kebutuhan pokok lainnya.
"Anda tidak bisa mendorong ibu untuk menggunakan popok lagi saat tak ada bayi yang dilahirkan," kata Falk. Perusahaan pemegang merek Andrex dan Huggies, melaporkan keuntungan USD617 juta pada kuartal keempat dengan penjualan mencapai USD4,6 miliar. Sedangkan sepanjang tahun secara keseluruhan, penjualan berhasil dicetak USD18,2 miliar atau hampir tidak berubah dari 2016, sementara keuntungan naik 5% menjadi USD2,28 miliar.
Lebih lanjut petinggi perusahaan berharap adanya kestabilan harga. Meski begitu perusahaan tetap optimistis dengan memperkirakan bahwa penjualan akan meningkat antara 1% dan 2% tahun ini. Perusahaan juga mengeluarkan serangkaian produk baru untuk mendorong pertumbuhan. Perusahaan juga berinvestasi pada sektor digital, untuk menjadi bagian penting dari pertumbuhan pasar seperti di China.
Seperti diketahui penjualan online mewakili lebih dari separuh bisnis perusahaan di Negeri Tirai Bambu -julukan China- tersebut. Meski begitu, Kimberly-Clark yang memiliki lebih dari 90 fasilitas di seluruh dunia termasuk afiliasi belum mengutarakan secara pasti, pabrik mana saja yang bakal mengalami penutupan.
Diterangkan oleh pihak perusahaan bahwa PHK yang terjadi diperkirakan terjadi untuk seluruh wilayah geografis dan unit bisnis. Perusahaan juga berencana untuk memperluas di beberapa lokasi dan menghabiskan setidaknya USD2,1 miliar untuk pembelian kembali saham dan dividen.
(akr)