Tarif Tinggi Impor AS Bisa Picu Perang Dagang, Ini Jawaban Trump

Rabu, 24 Januari 2018 - 22:06 WIB
Tarif Tinggi Impor AS...
Tarif Tinggi Impor AS Bisa Picu Perang Dagang, Ini Jawaban Trump
A A A
WASHINGTON - Tarif tinggi beberapa produk impor yang ditetapkan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump diyakini berpotensi memicu perang dagang. Trump langsung menepis kekhawatiran bahwa tarif baru yang diberlakukan Negeri Paman Sam -julukan AS- terhadap mesin cuci impor dan panel surya tidak akan menyebabkan perang dagang.

(Baca Juga: AS Terapkan Tarif Tinggi Impor, China dan Korsel Kena Dampak
Seperti dilansir BBC, Rabu (24/1/2018) pengumuman lonjakan tarif hingga 50% telah memicu kecaman dari China dan Korea Selatan (Korsel) yang paling terkena dapak dari kebijakan tersebut. Beberapa sektor bisnis AS yang mengandalkan produk impor juga mengaku prihatin dengan keputusan pengetatan tarif impor.

Trump enggan membicarakan lebih lanjut soal penolakan dan menegaskan bahwa tarif tersebut justru bakal menambah lapangan pekerjaan di AS. Pada sebuah acara ceremony, Selasa waktu setempat dikatakan olehnya bahwa hal ini menunjukkan kepada dunia bahwa Amerika Serikat tidak akan lagi menjadi tempat mencari keuntungan. "Tidak akan ada perang dagang," sambung Trump.

Tindakan tersebut merupakan bagian dari kebijakan perdagangan 'American First' yang diusung Presiden AS Donald Trump untuk bertujuan melindungi produsen lokal dari persaingan produk murah dari luar negeri. Korea Selatan sebelumnya mengaku telah mengajukan keluhan kepada Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) terkait tarif tinggi yang diterapkan AS.

(Baca Juga: Bos Baidu: Sentimen Anti-China dari Trump Merugikan Dunia
Sementara China, yang merupakan produsen panel surya terbesar di dunia, mengutarakan bahwa tindakan AS tersebut merupakan reaksi berlebihan dan berjanji membuka kerja sama dengan anggota WTO lainnya untuk secara tegas mempertahankan kepentingan mereka. Perdana Menteri India Narendra Modi juga menentang tarir impor tinggi AS dalam Forum Ekonomi Dunia di Davos.

Di sisi lain Kementerian Keuangan (Kemenkeu) India sendiri tengah merancang tarif sebesar 70% untuk panel surya asal China. "Pasukan proteksionisme bakal melawan globalisasi. Tujuan mereka bukan hanya untuk menghindari globalisasi, tapi juga membalikkannya," terang Modi.

Samsung, sebuah perusahaan Korea Selatan, menjelaskan bahwa konsumen di AS akan terpengaruh secara negatif oleh tindakan tersebut. "Semua orang akan membayar lebih dengan pilihan yang semakin sedikit," tulis pernyataan perusahaan.

LG Electronics Korea Selatan juga mengungkapkan langkah tersebut akan membahayakan prospek pekerjaan di pabrik barunya. Sedangkan Meksiko sangat menyesalkan keputusan tarif AS serta menambahkan pihaknya akan memakai semua sumber hukum yang ada untuk menanggapi keputusan AS.

Di AS, Solar Energy Industries Association, yang menentang keputusan tersebut, memperkirakan bahwa 23.000 pekerjaan di Amerika akan hilang. Mereka yakin AS tidak akan dapat memenuhi permintaan panel surya, yang berarti akan ada sedikit pekerjaan bagi mereka yang memproduksi teknologi dan alat kelengkapan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7186 seconds (0.1#10.140)