Tren Baru Nontunai
A
A
A
WARTEG atau Warung Tegal Kharisma Bahari yang persis berada di bibir Jalan Ciputat Raya Pondok Pinang, Jakarta Selatan, sepintas tak jauh beda dari warteg kebanyakan. Meja dan bangku terbuat dari kayu dan tripleks. Menu makanan dan minuman yang disajikan juga tak ada yang istimewa. Nah, hal berbeda dari warteg yang satu ini adalah pembayarannya. Selain bisa menggunakan tunai, warteg ini juga menerima pembayaran melalui quick response code (QR Code).
Memang, sejak beberapa tahun terakhir ini, pembayaran melalui QR Code mulai marak di Indonesia. Perkembangannya begitu cepat. Sistem pembayaran yang tadinya disediakan oleh ritel (toko) modern kini sudah merambah ke warteg dan bahkan pedagang kaki lima di pinggir jalan. "Ya, marak di beberapa merchant, seperti kafe, restoran, dan food court," kata Eny Panggabean, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Alat Pembayaran Bank Indonesia (BI), Kamis (25/1/2018) pekan lalu.
Jika para pedagang tradisional mulai menerima pembayaran melalui QR Code, sebenarnya bukan hanya agar kelihatan modern. Lebih dari itu, para pedagang ingin membidik anak muda (kaum milenial) yang dianggap lebih melek teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Jadi, tak mengherankan bila Warung Tegal Kharisma Bahari lebih banyak dikunjungi oleh kawula muda.
BI memproyeksikan sistem pembayaran dengan menggunakan QR Code akan menjadi salah satu tren ke depan seiring dengan makin banyaknya pengguna ponsel pintar. "Prospek QR Code cukup baik," tambah Eny lagi.
Sejatinya bukan karena alasan itu saja transaksi dengan QR Code akan jadi tren. QR Code lebih disenangi karena faktor keamanan, efektivitas, dan murahnya implementasi teknologi ini. "Yang pasti, biayanya bisa lebih murah karena investasi alatnya minimum," kata Dian kurniadi, Head of Digital Payment Working Group Asosiasi FinTech Indonesia, Rabu (24/1/2018) pekan lalu.
Bagaimana sebenarnya sistem kerja dari QR Code tersebut? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 48/VI/2018 yang terbit Senin (29/1/2018).
Memang, sejak beberapa tahun terakhir ini, pembayaran melalui QR Code mulai marak di Indonesia. Perkembangannya begitu cepat. Sistem pembayaran yang tadinya disediakan oleh ritel (toko) modern kini sudah merambah ke warteg dan bahkan pedagang kaki lima di pinggir jalan. "Ya, marak di beberapa merchant, seperti kafe, restoran, dan food court," kata Eny Panggabean, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan dan Pengawasan Sistem Alat Pembayaran Bank Indonesia (BI), Kamis (25/1/2018) pekan lalu.
Jika para pedagang tradisional mulai menerima pembayaran melalui QR Code, sebenarnya bukan hanya agar kelihatan modern. Lebih dari itu, para pedagang ingin membidik anak muda (kaum milenial) yang dianggap lebih melek teknologi dibandingkan generasi sebelumnya. Jadi, tak mengherankan bila Warung Tegal Kharisma Bahari lebih banyak dikunjungi oleh kawula muda.
BI memproyeksikan sistem pembayaran dengan menggunakan QR Code akan menjadi salah satu tren ke depan seiring dengan makin banyaknya pengguna ponsel pintar. "Prospek QR Code cukup baik," tambah Eny lagi.
Sejatinya bukan karena alasan itu saja transaksi dengan QR Code akan jadi tren. QR Code lebih disenangi karena faktor keamanan, efektivitas, dan murahnya implementasi teknologi ini. "Yang pasti, biayanya bisa lebih murah karena investasi alatnya minimum," kata Dian kurniadi, Head of Digital Payment Working Group Asosiasi FinTech Indonesia, Rabu (24/1/2018) pekan lalu.
Bagaimana sebenarnya sistem kerja dari QR Code tersebut? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 48/VI/2018 yang terbit Senin (29/1/2018).
(amm)