Salesforce, Prioritaskan Kepercayaan Pelanggan
A
A
A
SEBAGAI pemimpin global dalam platform customer relationship management (CRM), Salesforce sangat mengedepankan pelanggan. Selaku penyedia layanan komputasi awan, Salesforce terus berinovasi melahirkan produk baru, di samping mengadopsi fitur layanan dari perusahaan lain seperti Facebook.
Manakala banyak orang memuja Silicon Valley dan menganggapnya sebagai kiblat ekonomi dunia, CEO Salesforce Marc Benioff justru mengecam budaya kepemimpinan guru teknologi Silicon Valley. Kecaman itu disampaikan saat pertemuan World Economic Forum (WEF) di Swiss, beberapa waktu lalu.
Benioff mengklaim para pemimpin teknologi itu mengembangkan gaya kepemimpinan diktator. "Kita umumnya melihat struktur mayoritas suara adalah segalanya di Silicon Valley. Mereka mengembangkan model 'saya adalah entrepreneur dan apa pun yang terjadi, maka itu urusan saya'," ujar Benioff. "Bagaimanapun itu hal yang tidak bisa diterima," ucapnya.
Kemudian dia juga mengkritik para pemimpin Silicon Valley yang cenderung mengutamakan pertumbuhan dan kemajuan perusahaan. Namun mereka melupakan nilai kepercayaan dari pelanggannya. "Apa yang paling penting bagi kamu? Apakah pertumbuhan atau kepercayaan? Jika kamu mengabaikan kepercayaan, kamu akan menghadapi masalah," sebutnya.
Benioff mengklaim kepercayaan seharusnya menjadi nilai tertinggi dalam perusahaan di mana pun. Tanpa membangun kepercayaan, sesuatu yang buruk akan menimpa perusahaan itu. Kemudian Benioff juga mengkritik banyak CEO baik di Silicon Valley maupun di banyak negara yang lebih mengutamakan produk. Mereka melupakan hal yang terpenting dalam manajemen perusahaan. Mereka melupakan budaya teknologi, ketidakadilan, dan diskriminasi.
"Ada dua dunia. Satu perusahaan dikendalikan oleh tujuan. Yang lain adalah CEO yang hanya fokus pada produk," ucap Benioff seperti dilansir CNBC.
Tidaklah mengherankan jika Benioff memiliki keberpihakan yang tinggi pada aspek pelanggan. Saat didirikan pada 1999, Salesforce memulainya dengan visi menemukan kembali (reinventing) customer relationship management (CRM) alias manajemen hubungan pelanggan. CRM bagi sebuah perusahaan sangatlah penting karena mencakup segala aspek yang berhubungan dengan pelanggan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, platform CRM yang ditawarkan oleh perusahaan yang bermarkas di California itu juga diklaim lebih terintegrasi, efisien, dan murah karena seluruhnya menggunakan cloud atau komputasi awan. Dengan platform ini, perusahaan bisa mengelola basis data pelanggannya ataupun calon pelanggan potensial dalam software serta membantu perusahaan dalam perencanaan bisnis dan mencapai target penjualan.
Seperti kebanyakan CEO lain, Benioff juga selalu menekankan inovasi. Terbaru, dia mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang disebut dengan Salesforce Einstein. Divisi baru itu diprediksi Benioff akan menjadi kekuatan pertumbuhan Salesforce dalam beberapa dekade mendatang.
Perusahaan kini mau tak mau harus bersentuhan dengan kecerdasan buatan karena harus berhadapan dengan revolusi industri keempat. "Industri harus eksis di tengah persaingan peralatan otonom dan komputasi kuantum," terangnya.
Hanya saja Benioff menegaskan masyarakat dan industri harus menggunakan teknologi untuk menciptakan keadilan dan koneksi. Dia tak pernah menebarkan pesimisme di depan anak buahnya. Dia juga tak pernah menakut-nakuti karyawannya. Benioff justru menjadi virus antusiasme dan optimisme di mana pun dia berada. Dia menjadi bagian penting untuk menginspirasi pegawai, mitra, dan khususnya pe - lang gan untuk meng hadapi berbagai tantangan.
Energi itu merupakan kesuksesan Salesforce. Benioff seperti selalu mendapatkan produk barunya seperti dia menemukan boneka atau mainan baru. Inovasi bukan sekadar visi. Inovasi yang sukses tergantung pada bagaimana mengeksekusinya. Kemudian dalam inovasi juga dibutuhkan kesabaran. Meskipun Benioff memiliki energi dan pengendalian yang kuat, dia juga memiliki kesabaran prima yang menjadi kekuatan. "Ketika saya mendapatkan sesuatu di kepala saya, saya sulit untuk melepaskannya," tuturnya.
Selalu Berpikir ala Startup
Bergerak gesit dan cepat menjadi ciri khas Benioff. Dia menghancurkan teknologi tradisional yang dianggap kuno. Dia menghancurkan CD dengan teknologi peranti lunak berbasis internet dan komputer melalui komputasi awan. Memosisikan Salesforce seperti startup untuk selalu menghadapi tantangan berbeda, Benioff ingin menekankan kebersamaan. "Kita bisa mengganti mesin pesawat 747 di tengah penerbangan," paparnya.
Itu mungkin terlihat aneh. Tapi kegesitan dalam berubah dan bergerak akan menjadi hal penting bagi perusahaan untuk menghadapi tantangan. Benioff juga selalu memotivasi anak buahnya agar memiliki pola pikir seperti pemula. Kok bisa? Benioff menegaskan pola pikir pemula menjadikan orang akan selalu terbuka dan memiliki keinginan untuk belajar agar menjadi ahli di suatu bidang.
Dia ingin semua karyawannya memiliki keinginan mendalam sebagai konsep dasar dalam pengembangan inovasi. Bagi Benioff, sebagai pemimpin jangan malu pula mengimitasi. Dia memberikan contoh ketika Microsoft juga meniru inovasi dari Apple dan perusahaan lain dan imitasi itu tepat serta layak. Dia juga mengungkapkan menerapkan model Facebook di dalam Salesforce.
"Semua orang paham dengan Facebook. Perusahaan juga membutuhkan ekuivalensi dengan korporasi lain," kata Benioff. Dia tidak menemukan model yang lebih ramah korporasi bila dibandingkan dengan Facebook. Misalnya fitur pesan instan yang bisa diterapkan di perusahaan. Kemudian gaya tampilan dan kerja Facebook juga selalu segar dan menarik.
Manakala banyak orang memuja Silicon Valley dan menganggapnya sebagai kiblat ekonomi dunia, CEO Salesforce Marc Benioff justru mengecam budaya kepemimpinan guru teknologi Silicon Valley. Kecaman itu disampaikan saat pertemuan World Economic Forum (WEF) di Swiss, beberapa waktu lalu.
Benioff mengklaim para pemimpin teknologi itu mengembangkan gaya kepemimpinan diktator. "Kita umumnya melihat struktur mayoritas suara adalah segalanya di Silicon Valley. Mereka mengembangkan model 'saya adalah entrepreneur dan apa pun yang terjadi, maka itu urusan saya'," ujar Benioff. "Bagaimanapun itu hal yang tidak bisa diterima," ucapnya.
Kemudian dia juga mengkritik para pemimpin Silicon Valley yang cenderung mengutamakan pertumbuhan dan kemajuan perusahaan. Namun mereka melupakan nilai kepercayaan dari pelanggannya. "Apa yang paling penting bagi kamu? Apakah pertumbuhan atau kepercayaan? Jika kamu mengabaikan kepercayaan, kamu akan menghadapi masalah," sebutnya.
Benioff mengklaim kepercayaan seharusnya menjadi nilai tertinggi dalam perusahaan di mana pun. Tanpa membangun kepercayaan, sesuatu yang buruk akan menimpa perusahaan itu. Kemudian Benioff juga mengkritik banyak CEO baik di Silicon Valley maupun di banyak negara yang lebih mengutamakan produk. Mereka melupakan hal yang terpenting dalam manajemen perusahaan. Mereka melupakan budaya teknologi, ketidakadilan, dan diskriminasi.
"Ada dua dunia. Satu perusahaan dikendalikan oleh tujuan. Yang lain adalah CEO yang hanya fokus pada produk," ucap Benioff seperti dilansir CNBC.
Tidaklah mengherankan jika Benioff memiliki keberpihakan yang tinggi pada aspek pelanggan. Saat didirikan pada 1999, Salesforce memulainya dengan visi menemukan kembali (reinventing) customer relationship management (CRM) alias manajemen hubungan pelanggan. CRM bagi sebuah perusahaan sangatlah penting karena mencakup segala aspek yang berhubungan dengan pelanggan.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, platform CRM yang ditawarkan oleh perusahaan yang bermarkas di California itu juga diklaim lebih terintegrasi, efisien, dan murah karena seluruhnya menggunakan cloud atau komputasi awan. Dengan platform ini, perusahaan bisa mengelola basis data pelanggannya ataupun calon pelanggan potensial dalam software serta membantu perusahaan dalam perencanaan bisnis dan mencapai target penjualan.
Seperti kebanyakan CEO lain, Benioff juga selalu menekankan inovasi. Terbaru, dia mengembangkan teknologi kecerdasan buatan yang disebut dengan Salesforce Einstein. Divisi baru itu diprediksi Benioff akan menjadi kekuatan pertumbuhan Salesforce dalam beberapa dekade mendatang.
Perusahaan kini mau tak mau harus bersentuhan dengan kecerdasan buatan karena harus berhadapan dengan revolusi industri keempat. "Industri harus eksis di tengah persaingan peralatan otonom dan komputasi kuantum," terangnya.
Hanya saja Benioff menegaskan masyarakat dan industri harus menggunakan teknologi untuk menciptakan keadilan dan koneksi. Dia tak pernah menebarkan pesimisme di depan anak buahnya. Dia juga tak pernah menakut-nakuti karyawannya. Benioff justru menjadi virus antusiasme dan optimisme di mana pun dia berada. Dia menjadi bagian penting untuk menginspirasi pegawai, mitra, dan khususnya pe - lang gan untuk meng hadapi berbagai tantangan.
Energi itu merupakan kesuksesan Salesforce. Benioff seperti selalu mendapatkan produk barunya seperti dia menemukan boneka atau mainan baru. Inovasi bukan sekadar visi. Inovasi yang sukses tergantung pada bagaimana mengeksekusinya. Kemudian dalam inovasi juga dibutuhkan kesabaran. Meskipun Benioff memiliki energi dan pengendalian yang kuat, dia juga memiliki kesabaran prima yang menjadi kekuatan. "Ketika saya mendapatkan sesuatu di kepala saya, saya sulit untuk melepaskannya," tuturnya.
Selalu Berpikir ala Startup
Bergerak gesit dan cepat menjadi ciri khas Benioff. Dia menghancurkan teknologi tradisional yang dianggap kuno. Dia menghancurkan CD dengan teknologi peranti lunak berbasis internet dan komputer melalui komputasi awan. Memosisikan Salesforce seperti startup untuk selalu menghadapi tantangan berbeda, Benioff ingin menekankan kebersamaan. "Kita bisa mengganti mesin pesawat 747 di tengah penerbangan," paparnya.
Itu mungkin terlihat aneh. Tapi kegesitan dalam berubah dan bergerak akan menjadi hal penting bagi perusahaan untuk menghadapi tantangan. Benioff juga selalu memotivasi anak buahnya agar memiliki pola pikir seperti pemula. Kok bisa? Benioff menegaskan pola pikir pemula menjadikan orang akan selalu terbuka dan memiliki keinginan untuk belajar agar menjadi ahli di suatu bidang.
Dia ingin semua karyawannya memiliki keinginan mendalam sebagai konsep dasar dalam pengembangan inovasi. Bagi Benioff, sebagai pemimpin jangan malu pula mengimitasi. Dia memberikan contoh ketika Microsoft juga meniru inovasi dari Apple dan perusahaan lain dan imitasi itu tepat serta layak. Dia juga mengungkapkan menerapkan model Facebook di dalam Salesforce.
"Semua orang paham dengan Facebook. Perusahaan juga membutuhkan ekuivalensi dengan korporasi lain," kata Benioff. Dia tidak menemukan model yang lebih ramah korporasi bila dibandingkan dengan Facebook. Misalnya fitur pesan instan yang bisa diterapkan di perusahaan. Kemudian gaya tampilan dan kerja Facebook juga selalu segar dan menarik.
(amm)