Tahun 2020, Indonesia Hentikan Impor Garam Industri
A
A
A
SLEMAN - Menteri koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan tahun 2020 merupakan tahun terakhir Indonesia melakukan impor garam, khususnya garam untuk kebutuhan industri. Sebab untuk garam konsumsi tidak ada masalah, bahkan surplus. Sebagai upaya dalam memutus impor, yaitu dengan menyiapkan lahan seluas 30 ribu hektare untuk produksi garam di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk pengerjaannya sendiri akan mengunakan teknologi yang lebih baik, sehingga bukan hanya akan mencukupi kebutuhan garam, juga produksinya lebih bagus dengan kadar 98%. Untuk memenuhi kebutuhan industri garam dalam negeri tahun 2018, Indonesia memutuskan melakukan impor 3,7 juta ton yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
"Saya yakin dengan upaya ini, kebutuhan garam industri akan terpenuhi tanpa impor," kata Luhut saat memberikan kuliah umum bertema "Pengembangan Industri dan Jasa Maritim Indonesia Untuk Mewujudkan Visi Poros Maritim Dunia" di Auditorium Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Jalan Pajajaran, Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (9/2/2018).
Menurut Luhut, selama ini potensi tersebut tidak digarap karena selama bertahun-tahun tidak pernah dikerjakan. Padahal Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 99.093 kilometer. Kondisi ini sebenarnya dapat menjadi modal kuat untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi maupun industri dalam negeri. Namun pemanfaatannya selama ini belum optimal.
"Sebenarnya jika produksi garam untuk kebutuhan industri dikelola dengan serius, Indonesia tidak perlu mendatangkan garam industri dari luar negeri. Apalagi dari sisi teknologi kita juga sudah ada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)," paparnya
Namun, hal tersebut juga tidak terlepas dari adanya oknum-oknum yang memang sengaja memanfaatkan situasi tersebut. Terutama untuk kepentingannya sendiri. Di mana dengan adanya impor itu, mereka akan mendapatkan feedback.
"Karena itu, ini menjadi tugas kalian (mahasiswa UPN Yogyakarta) untuk terus berinovasi dalam memanfaatkan dan menciptakan teknologi untuk kepentingan bangsa dan negara, diantaranya dengan memperkuat IT," tandasnya.
Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Sari Bahagiarti mengatakan dengan adanya kuliah umum ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memahami orientasi dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri dan jasa maritim dalam mewujudkan poros maritim dunia. Termasuk untuk membuka cakrawala jika Indonesia adalah kekuatan maritim terpenting dunia.
"Kita berharap jiwa kemaritiman harus hadir dalam alam pikiran masyarakat, terutama mahasiswa calon penerus bangsa. Semoga kuliah umum ini menjadi awal untuk membumikan kebijakan poros maritim dunia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," harap Sari Bahagiarti dalam sambutan pembukaan kuliah umum tersebut.
Untuk pengerjaannya sendiri akan mengunakan teknologi yang lebih baik, sehingga bukan hanya akan mencukupi kebutuhan garam, juga produksinya lebih bagus dengan kadar 98%. Untuk memenuhi kebutuhan industri garam dalam negeri tahun 2018, Indonesia memutuskan melakukan impor 3,7 juta ton yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.
"Saya yakin dengan upaya ini, kebutuhan garam industri akan terpenuhi tanpa impor," kata Luhut saat memberikan kuliah umum bertema "Pengembangan Industri dan Jasa Maritim Indonesia Untuk Mewujudkan Visi Poros Maritim Dunia" di Auditorium Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Jalan Pajajaran, Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (9/2/2018).
Menurut Luhut, selama ini potensi tersebut tidak digarap karena selama bertahun-tahun tidak pernah dikerjakan. Padahal Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 99.093 kilometer. Kondisi ini sebenarnya dapat menjadi modal kuat untuk memenuhi kebutuhan garam konsumsi maupun industri dalam negeri. Namun pemanfaatannya selama ini belum optimal.
"Sebenarnya jika produksi garam untuk kebutuhan industri dikelola dengan serius, Indonesia tidak perlu mendatangkan garam industri dari luar negeri. Apalagi dari sisi teknologi kita juga sudah ada Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)," paparnya
Namun, hal tersebut juga tidak terlepas dari adanya oknum-oknum yang memang sengaja memanfaatkan situasi tersebut. Terutama untuk kepentingannya sendiri. Di mana dengan adanya impor itu, mereka akan mendapatkan feedback.
"Karena itu, ini menjadi tugas kalian (mahasiswa UPN Yogyakarta) untuk terus berinovasi dalam memanfaatkan dan menciptakan teknologi untuk kepentingan bangsa dan negara, diantaranya dengan memperkuat IT," tandasnya.
Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Sari Bahagiarti mengatakan dengan adanya kuliah umum ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk memahami orientasi dan kebijakan pemerintah dalam pengembangan industri dan jasa maritim dalam mewujudkan poros maritim dunia. Termasuk untuk membuka cakrawala jika Indonesia adalah kekuatan maritim terpenting dunia.
"Kita berharap jiwa kemaritiman harus hadir dalam alam pikiran masyarakat, terutama mahasiswa calon penerus bangsa. Semoga kuliah umum ini menjadi awal untuk membumikan kebijakan poros maritim dunia untuk kesejahteraan rakyat Indonesia," harap Sari Bahagiarti dalam sambutan pembukaan kuliah umum tersebut.
(ven)