Yvon Chouinard, dari Pendaki Jadi Biliuner
A
A
A
YVON Chouinard tidak pernah berniat menjadi biliuner seperti sekarang. Ia mendirikan perusahaan pakaian dan peralatan outdoor Patagonia, semata karena tidak ada produk di pasar yang sesuai keinginannya. Kini, Patagonia menjadi salah satu merek outdoor terbesar di Amerika.
Di usia 20an tahun, Yvon Chouinard menghabiskan lebih dari 6 bulan dalam setahun untuk melintasi Amerika Utara dan Pegunungan Alpen. Terkadang ia bisa begitu miskin dan tidak punya uang hingga hidup dengan hanya 50 sen sehari (Rp7.000). Bahkan, ketika hidup di alam bebas, ia bisa memakan tupai, dan bersembunyi dari penjaga hutan untuk memperpanjang batas waktu berkemah di taman.
Chouinard adalah pria yang cinta dengan alam dan kehidupan bebas. Filosofi hidupnya itu lantas disematkan di Patagonia, yang mulanya hanya lah perusahaan yang memproduksi aksesori dan perlengkapan pendakian dan panjat tebing. Pada 2015, penjualan omzet Patagonia menembus USD750 juta. Dan sekarang, kekayaan Chouinard mencapai USD1 miliar.
Chouinard adalah seorang peselancar, kayaker, pendaki gunung, yang kemudian menjadi pebisnis yang eksentrik. Dia sendiri tidak pernah ingin menjadi kaya. Karena di Patagonia, dia lebih suka berfokus untuk mengembalikan keuntungan ke alam. Bahkan, Chouinard malah berupaya untuk memperlambat pertumbuhan Patagonia dan profitnya, untuk menjaga perusahaan tersebut tetap kecil. Namun, hal tersebut justru membuat Patagonia membesar.
"Saya tidak pernah berupaya untuk menjadi pebisnis. Hanya risih ketika melihat sebuah produk. Saya selalu bilang, saya bisa membuat lebih baik dari ini. Ketika saya naik gunung, saya merasa bisa membuat peralatan naik gunung yang lebih baik lagi," katanya.
Chouinard mendorong Patagonia untuk menerapkan praktik ramah lingkungan, termasuk membuat kain dari botol plastik daur ulang. Pada ajang Black Friday 2011, Patagonia mencetak iklan satu halaman di The New York Times yang mendorong pelanggan untuk malah tidak membeli produknya. Perusahaannya bahkan menawarkan perbaikan gratis untuk pakaiannya, supaya konsumen tidak segera membeli produk lagi. "Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk planet ini adalah untuk menjaga barang-barang kita digunakan lebih lama," ungkap Chouinard.
Tentu saja, bagi dunia bisnis, hal tersebut mungkin dianggap aneh. Bahkan kontraproduktif. Bagaimana mungkin perusahaan justru meminta konsumen untuk tidak membeli produk mereka. Namun, justru hal itu dianggap sesama pebisnis sebagai hal yang cerdas. "Saya yakin dia membuat keputusan keputusan bisnis yang cerdas," tutur Susie Tompkins Buell, salah satu pendiri North Face dan teman lama Chouinard. "Dia berusaha memberikan nilai dan filosofi terhadap perusahaannya," katanya.
Lahir pada 1938 di Lisbon, Maine, Chouinard dan keluarganya pindah ke Burbank, California, saat berusia sekitar 8 tahun. Di sana, Chouinard bergabung dengan klub elang berusia 14 tahun dan belajar untuk menjelajahi tebing. Pada usia 16, dia mengemudikan Ford 1940 yang dia bangun ke Wyoming, di mana dia menghabiskan musim panas belajar mendaki gunung.
Pada tahun 1957, ia mulai menempa piton sendiri, kemudian menamai startup Chouinard Equipment. Selama bertahun-tahun, dia mencari nafkah dengan menjual perlengkapan dari bagian belakang mobilnya Wyoming, pegunungan Alpen dan Yosemite. Katalog pertama Chouinard Equipment, yang diterbitkan pada 1972, dibuka dengan sebuah esai yang menasihati para pendaki untuk membuka mata terhadap dampak lingkungan dari olahraga mereka.
Selama perjalanan ke Skotlandia pada tahun 1970, Chouinard membeli baju rugby yang dia kenakan saat memanjat di A.S. Kain yang kokoh menarik perhatian pendaki lainnya, jadi dia mengimpor beberapa kaus dan mereka langsung menjualnya. Chouinard juga mulai menjual sarung tangan, topi dan celana pendek, dan beberapa tahun kemudian, dia mengganti bisnis pakaiannya Patagonia, pegunungan terjal di selatan Argentina.
Sebagai tindakan kepedulian terhadap lingkungan, Patagonia menyumbangkan ruang kerja, sebuah kotak surat dan sejumlah uang kepada seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja untuk menyelamatkan satwa liar di sebuah sungai yang tidak jauh dari kantor perusahaan di Ventura, California.
Sekitar 1974, perusahaan tersebut hampir bangkrut setelah harus menjual kaos cacat dengan harga diskon, dan seorang akuntan mengenalkan Chouinard kepada seorang anggota mafia di Los Angeles yang menawarinya pinjaman dengan bunga sebesar 28%. Chouinard menolak proposal tersebut. Tapi Patagonia berhasil bertahan, dan pendapatan melonjak dari USD20 juta menjadi USD100 juta antara pertengahan 1980an dan 1990an.
Di usia 20an tahun, Yvon Chouinard menghabiskan lebih dari 6 bulan dalam setahun untuk melintasi Amerika Utara dan Pegunungan Alpen. Terkadang ia bisa begitu miskin dan tidak punya uang hingga hidup dengan hanya 50 sen sehari (Rp7.000). Bahkan, ketika hidup di alam bebas, ia bisa memakan tupai, dan bersembunyi dari penjaga hutan untuk memperpanjang batas waktu berkemah di taman.
Chouinard adalah pria yang cinta dengan alam dan kehidupan bebas. Filosofi hidupnya itu lantas disematkan di Patagonia, yang mulanya hanya lah perusahaan yang memproduksi aksesori dan perlengkapan pendakian dan panjat tebing. Pada 2015, penjualan omzet Patagonia menembus USD750 juta. Dan sekarang, kekayaan Chouinard mencapai USD1 miliar.
Chouinard adalah seorang peselancar, kayaker, pendaki gunung, yang kemudian menjadi pebisnis yang eksentrik. Dia sendiri tidak pernah ingin menjadi kaya. Karena di Patagonia, dia lebih suka berfokus untuk mengembalikan keuntungan ke alam. Bahkan, Chouinard malah berupaya untuk memperlambat pertumbuhan Patagonia dan profitnya, untuk menjaga perusahaan tersebut tetap kecil. Namun, hal tersebut justru membuat Patagonia membesar.
"Saya tidak pernah berupaya untuk menjadi pebisnis. Hanya risih ketika melihat sebuah produk. Saya selalu bilang, saya bisa membuat lebih baik dari ini. Ketika saya naik gunung, saya merasa bisa membuat peralatan naik gunung yang lebih baik lagi," katanya.
Chouinard mendorong Patagonia untuk menerapkan praktik ramah lingkungan, termasuk membuat kain dari botol plastik daur ulang. Pada ajang Black Friday 2011, Patagonia mencetak iklan satu halaman di The New York Times yang mendorong pelanggan untuk malah tidak membeli produknya. Perusahaannya bahkan menawarkan perbaikan gratis untuk pakaiannya, supaya konsumen tidak segera membeli produk lagi. "Hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk planet ini adalah untuk menjaga barang-barang kita digunakan lebih lama," ungkap Chouinard.
Tentu saja, bagi dunia bisnis, hal tersebut mungkin dianggap aneh. Bahkan kontraproduktif. Bagaimana mungkin perusahaan justru meminta konsumen untuk tidak membeli produk mereka. Namun, justru hal itu dianggap sesama pebisnis sebagai hal yang cerdas. "Saya yakin dia membuat keputusan keputusan bisnis yang cerdas," tutur Susie Tompkins Buell, salah satu pendiri North Face dan teman lama Chouinard. "Dia berusaha memberikan nilai dan filosofi terhadap perusahaannya," katanya.
Lahir pada 1938 di Lisbon, Maine, Chouinard dan keluarganya pindah ke Burbank, California, saat berusia sekitar 8 tahun. Di sana, Chouinard bergabung dengan klub elang berusia 14 tahun dan belajar untuk menjelajahi tebing. Pada usia 16, dia mengemudikan Ford 1940 yang dia bangun ke Wyoming, di mana dia menghabiskan musim panas belajar mendaki gunung.
Pada tahun 1957, ia mulai menempa piton sendiri, kemudian menamai startup Chouinard Equipment. Selama bertahun-tahun, dia mencari nafkah dengan menjual perlengkapan dari bagian belakang mobilnya Wyoming, pegunungan Alpen dan Yosemite. Katalog pertama Chouinard Equipment, yang diterbitkan pada 1972, dibuka dengan sebuah esai yang menasihati para pendaki untuk membuka mata terhadap dampak lingkungan dari olahraga mereka.
Selama perjalanan ke Skotlandia pada tahun 1970, Chouinard membeli baju rugby yang dia kenakan saat memanjat di A.S. Kain yang kokoh menarik perhatian pendaki lainnya, jadi dia mengimpor beberapa kaus dan mereka langsung menjualnya. Chouinard juga mulai menjual sarung tangan, topi dan celana pendek, dan beberapa tahun kemudian, dia mengganti bisnis pakaiannya Patagonia, pegunungan terjal di selatan Argentina.
Sebagai tindakan kepedulian terhadap lingkungan, Patagonia menyumbangkan ruang kerja, sebuah kotak surat dan sejumlah uang kepada seorang mahasiswa pascasarjana yang bekerja untuk menyelamatkan satwa liar di sebuah sungai yang tidak jauh dari kantor perusahaan di Ventura, California.
Sekitar 1974, perusahaan tersebut hampir bangkrut setelah harus menjual kaos cacat dengan harga diskon, dan seorang akuntan mengenalkan Chouinard kepada seorang anggota mafia di Los Angeles yang menawarinya pinjaman dengan bunga sebesar 28%. Chouinard menolak proposal tersebut. Tapi Patagonia berhasil bertahan, dan pendapatan melonjak dari USD20 juta menjadi USD100 juta antara pertengahan 1980an dan 1990an.
(amm)