Bauxite Club, Gagasan Indonesia untuk Kerja Sama Asia Afrika
A
A
A
JAKARTA - Indonesia berencana menggelar forum dialog antara negara-negara kaya mineral, khususnya komoditas bauksit melalui Bauxite Club. Ketua Kelompok Kerja Pembiayaan, Infrastruktur dan Logistik Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Sony Harsono mengatakan, Bauxite Club akan membuka peluang kerja sama dan pertukaran teknologi antar negara-negara anggota, khususnya menyangkut peluang usaha di sektor infrastruktur pertambangan.
Pembentukan Bauxite Club sendiri bertujuan meningkatkan kerja sama pertambangan negara-negara di kawasan Asia-Afrika. Untuk langkah awal, rencananya akan dibentuk Intergoverment Forum Dialoque antara negara-negara kaya mineral khususnya yang memproduksi bauksit.
Forum dialog tersebut akan membahas pertukaran informasi tentang kebijakan pertambangan, kebijakan pengelolaan produksi dan ekspor, kebijakan pengelolaan lingkungan, kebijakan tentang hilirisasi, kebijakan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia serta kerja sama perdagangan, investasi dan alih teknologi.
Chairman Asia Africa Business Alliance, Didie Soewondho menjelaskan, forum dialog ini akan memiliki peran strategis dalam tatanan global dan turut menyumbangkan kemajuan dan keadilan dunia. "Ini menjadi sangat penting bagi kemajuan negara-negara Asia Afrika. Sudah saatnya negara-negara kaya mineral Asia Afrika bergabung, meningkatkan nilai tambah dalam negeri seperti yang telah dilaksanakan oleh Pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini," ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (22/2/2018).
Didie menilai dinamika geopolitik dunia saat ini mengharuskan Indonesia tetap melihat Afrika sebagai salah satu sahabat dan mitra perdagangan dan investasi masa kini dan masa depan.
Apalagi, lanjut dia, Indonesia sebagai salah satu pencetus Gerakan Asia Afrika yang dipelopori oleh Presiden Soekarno 53 tahun yang lalu. Menurutnya, hingga saat ini semangat Asia Afrika tetap dihargai dan sebagai perekat kerja sama tersebut.
Oleh karena itu, Didie menilai salah satu kerja sama yang bisa dikembangkan adalah membentuk kerja sama negara-negara kaya sumber daya alam terutama pertambangan. Apalagi, Indonesia berhasil meningkatkan nilai tambah sektor mineral khususnya bauksit dan nikel.
Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh negara-negara Afrika seperti dinyatakan Menteri Kerjasama Investasi Republik Guinea Ibrahima Kassory Fofana pada kunjungan ke Indonesia beberapa waktu lalu. Republik Guinea adalah negara dengan cadangan bauksit nomor empat terbesar di dunia setelah Rusia, China dan Brazil.
"Dalam waktu dekat akan diadakan kunjungan dan pertukaran delegasi sebagai advance team untuk menyiapkan forum dialog tersebut," pungkas Didie.
Pembentukan Bauxite Club sendiri bertujuan meningkatkan kerja sama pertambangan negara-negara di kawasan Asia-Afrika. Untuk langkah awal, rencananya akan dibentuk Intergoverment Forum Dialoque antara negara-negara kaya mineral khususnya yang memproduksi bauksit.
Forum dialog tersebut akan membahas pertukaran informasi tentang kebijakan pertambangan, kebijakan pengelolaan produksi dan ekspor, kebijakan pengelolaan lingkungan, kebijakan tentang hilirisasi, kebijakan pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia serta kerja sama perdagangan, investasi dan alih teknologi.
Chairman Asia Africa Business Alliance, Didie Soewondho menjelaskan, forum dialog ini akan memiliki peran strategis dalam tatanan global dan turut menyumbangkan kemajuan dan keadilan dunia. "Ini menjadi sangat penting bagi kemajuan negara-negara Asia Afrika. Sudah saatnya negara-negara kaya mineral Asia Afrika bergabung, meningkatkan nilai tambah dalam negeri seperti yang telah dilaksanakan oleh Pemerintahan Jokowi-JK sekarang ini," ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis (22/2/2018).
Didie menilai dinamika geopolitik dunia saat ini mengharuskan Indonesia tetap melihat Afrika sebagai salah satu sahabat dan mitra perdagangan dan investasi masa kini dan masa depan.
Apalagi, lanjut dia, Indonesia sebagai salah satu pencetus Gerakan Asia Afrika yang dipelopori oleh Presiden Soekarno 53 tahun yang lalu. Menurutnya, hingga saat ini semangat Asia Afrika tetap dihargai dan sebagai perekat kerja sama tersebut.
Oleh karena itu, Didie menilai salah satu kerja sama yang bisa dikembangkan adalah membentuk kerja sama negara-negara kaya sumber daya alam terutama pertambangan. Apalagi, Indonesia berhasil meningkatkan nilai tambah sektor mineral khususnya bauksit dan nikel.
Keberhasilan tersebut diapresiasi oleh negara-negara Afrika seperti dinyatakan Menteri Kerjasama Investasi Republik Guinea Ibrahima Kassory Fofana pada kunjungan ke Indonesia beberapa waktu lalu. Republik Guinea adalah negara dengan cadangan bauksit nomor empat terbesar di dunia setelah Rusia, China dan Brazil.
"Dalam waktu dekat akan diadakan kunjungan dan pertukaran delegasi sebagai advance team untuk menyiapkan forum dialog tersebut," pungkas Didie.
(ven)