Berguru Walau sampai ke Negeri Cina

Senin, 26 Februari 2018 - 06:00 WIB
Berguru Walau sampai ke Negeri Cina
Berguru Walau sampai ke Negeri Cina
A A A
LATIEF bergegas masuk ke dalam dongche begitu pintu otomatis kereta itu terbuka. Dari stasiun Ghuangzounan, Guangzhou di selatan Cina, moda transportasi yang juga disebut kereta peluru itu menuju Liuzhou, sebuah kota di daerah otonomi Guangxi, wilayah utara Cina.

Dongche melewati delapan stasiun dan melahap jarak 600 kilometer dalam empat jam. Waktu yang terasa singkat bagi penumpang lantaran fasilitas yang tersedia di dalam kereta. Selain tempat duduk empuk dan nyaman, ada meja untuk penumpang, colokan listrik, serta layar monitor. Suara gesekan rel dengan roda kereta pun tidak terdengar bising. Untuk semua kenyamanan itu, penumpang Guangzhou-Liuzhou dikenakan tiket ¥180,5 atau sekitar Rp388.000 (¥1=Rp2.149).

"Dari stasiun Liuzhou, sudah ada bus yang akan mengantarkan penumpang ke titik-titik pemberhentian di pusat kota," ujar Latief menceritakan pengalamannya menjajal kereta cepat di Cina kepada SINDO Weekly, pekan lalu.

Cina merupakan salah satu negara yang sedang giat mengembangkan transportasi massal terintegrasi. Sebelum ada dongche, Ghuangzou-Liozhou ditempuh selama 12 jam. Kehadiran kereta peluru sejak 2007 memangkas waktu hingga delapan jam.

Tak heran Pemerintah Indonesia antusias menggandeng Cina untuk mengembangkan transportasi massal. Konon, jenis kereta peluru buatan China Railway High-speed (CRH) inilah yang akan dipakai dalam proyek kereta Jakarta-Bandung. Indonesia tak ingin tertinggal terlalu lama dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Kedua Negeri Jiran ini sudah lebih dulu mengembangkan transportasi massal terintegrasi.

Malaysia telah mengembangkan jaringan transportasi dan jalur rel yang efisien. Pelabuhan dan bandara internasionalnya terhubung baik dengan layanan bus dan kereta api sehingga efisien. Di Negeri Jiran ini, beroperasi tiga jenis kereta dalam kota, yaitu rapid rail, commuter rail, dan monorail. Ketiga jenis kereta tersebut memiliki jalur dan tujuan yang berbeda, tetapi ketiganya terintegrasi lewat stasiun interchange, yaitu KL Sentral.

Apakah Indonesia akan segera mengejar ketertinggalan di bidang transportasi dengan negeri jiran? simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi No.52/VI/2018 yang terbit Senin (26/2/2018).

Berguru Walau sampai ke Negeri Cina


(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3254 seconds (0.1#10.140)