Persaingan Online dan Offline, Mahasiswa UI Gelar MIST
A
A
A
DEPOK - Fakultas Ekonomi dan Budaya Universitas Indonesia ( FEBUI) menggelar Marketing Insight Seminar and Training (MIST) yang ke-14. Tema yang diusung Creative Marketing integranation: Alignment of Digital Traditional Marketing Strategy. MIST adalah acara pemasaran tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh mahasiswa di Indonesia.
MIST memberikan wawasan dan pengetahuan yang menakjubkan. Disini peserta tidak hanya mengikuti seminar saja, tetapi ada kegiatan lain yang berlangsung yaitu training. Hadir sebagai pembicara antara lain Deputy CEO MarkPlus Jacky Mussry, President of Indonesia Marketing Assocition De Yong Adrian, CEO Mullenlowe Group Joseph Tan. Mereka berbicara mengenai bagaimana strategi pemasaran di era yang sudah serba digital ini.
Dibahas pula mengenai persaingan antar pemasaran online dan offline yang saat ini sedang marak. Serta dijelaskan bagaimana menghadapi pasar sehingga tidak kalah bersaing di dunia digital. Dengan demikian, para generasi milenial bisa memiliki pengetahuan yang luas mengenai dunia pemasaran.
De Yong Adrian mengatakan, seiring dengan tumbuh pesatnya era digital, tradisional marketing akan mengalami penurunan. Namun untuk saat ini porsinya masih 50:50. Diakui dia, beberapa tahun ke depan teknologi akan menguasai pasaran sehingga dampaknya menurunkan system pemasaran tradisional (offline).
"Saat ini pendekatan traditional marketing dan digital marketing masih membutuhkan alarm berjalan tapi ke depannya tetap akan mengalami kenaikan di digital marketing," katanya di Kampus UI, Depok, Selasa (27/2/2018).
Namun bagaimana pun, kata dia, pemasaran tradisional tidak akan punah. Karena masih ada kalangan yang memang lebih memilih untuk membeli melalui pemasaran tradisional. "Bisa saja produknya ditawarkan secara online, namun ketika eksekusi (pembelian) mereka tetap meminta untuk bertemu. Untuk asuransi misalnya, mereka tetap ingin bertemu langsung mendapatkan surat perjanjian. Jadi bagaimanapun tradisional market tidak akan punah," ujarnya.
Ia menambahkan, di era digital, penjualan secara tradisional cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Namun, pemasaran tradisional tak akan begitu saja hilang meskipun digitalisasi mendominasi. Menurutnya, konsumen akan tetap membutuhkan cara yang tradisional. Karena hubungan personal sangat dibutuhkan dalam perdagangan.
"Yang tidak bisa ditinggalkan saat membeli produk itu mereka akan tetap membutuhkan hubungan personal antara penjual dan pembeli," tambahnya.
Ditempat yang sama, Jacky Mussry menambahkan, bagaimanapun era digital saat ini sudah berkembang. Dengan demikian jarak pun tidak menjadi masalah. "Yang menjadi masalah adalah ketika tidak ada sinyal, maka jarak menjadi masalah," katanya.
Oleh karenanya, persaingan digital saat ini perlu diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Untuk menjembatani generasi konvensional dengan milenial maka bisa dilakukan dengan meng-upgrade diri. Mengenai agenda MIST ini sendiri, Jacky menuturkan, ini sebagai jembatan antara akademik dengan praktis. "Perubahan sekarang sangat cepat. Kita perlu hal yang praktis dan taktis," tutupnya.
MIST memberikan wawasan dan pengetahuan yang menakjubkan. Disini peserta tidak hanya mengikuti seminar saja, tetapi ada kegiatan lain yang berlangsung yaitu training. Hadir sebagai pembicara antara lain Deputy CEO MarkPlus Jacky Mussry, President of Indonesia Marketing Assocition De Yong Adrian, CEO Mullenlowe Group Joseph Tan. Mereka berbicara mengenai bagaimana strategi pemasaran di era yang sudah serba digital ini.
Dibahas pula mengenai persaingan antar pemasaran online dan offline yang saat ini sedang marak. Serta dijelaskan bagaimana menghadapi pasar sehingga tidak kalah bersaing di dunia digital. Dengan demikian, para generasi milenial bisa memiliki pengetahuan yang luas mengenai dunia pemasaran.
De Yong Adrian mengatakan, seiring dengan tumbuh pesatnya era digital, tradisional marketing akan mengalami penurunan. Namun untuk saat ini porsinya masih 50:50. Diakui dia, beberapa tahun ke depan teknologi akan menguasai pasaran sehingga dampaknya menurunkan system pemasaran tradisional (offline).
"Saat ini pendekatan traditional marketing dan digital marketing masih membutuhkan alarm berjalan tapi ke depannya tetap akan mengalami kenaikan di digital marketing," katanya di Kampus UI, Depok, Selasa (27/2/2018).
Namun bagaimana pun, kata dia, pemasaran tradisional tidak akan punah. Karena masih ada kalangan yang memang lebih memilih untuk membeli melalui pemasaran tradisional. "Bisa saja produknya ditawarkan secara online, namun ketika eksekusi (pembelian) mereka tetap meminta untuk bertemu. Untuk asuransi misalnya, mereka tetap ingin bertemu langsung mendapatkan surat perjanjian. Jadi bagaimanapun tradisional market tidak akan punah," ujarnya.
Ia menambahkan, di era digital, penjualan secara tradisional cukup mengkhawatirkan di Indonesia. Namun, pemasaran tradisional tak akan begitu saja hilang meskipun digitalisasi mendominasi. Menurutnya, konsumen akan tetap membutuhkan cara yang tradisional. Karena hubungan personal sangat dibutuhkan dalam perdagangan.
"Yang tidak bisa ditinggalkan saat membeli produk itu mereka akan tetap membutuhkan hubungan personal antara penjual dan pembeli," tambahnya.
Ditempat yang sama, Jacky Mussry menambahkan, bagaimanapun era digital saat ini sudah berkembang. Dengan demikian jarak pun tidak menjadi masalah. "Yang menjadi masalah adalah ketika tidak ada sinyal, maka jarak menjadi masalah," katanya.
Oleh karenanya, persaingan digital saat ini perlu diimbangi dengan kompetensi yang mumpuni. Untuk menjembatani generasi konvensional dengan milenial maka bisa dilakukan dengan meng-upgrade diri. Mengenai agenda MIST ini sendiri, Jacky menuturkan, ini sebagai jembatan antara akademik dengan praktis. "Perubahan sekarang sangat cepat. Kita perlu hal yang praktis dan taktis," tutupnya.
(ven)