Menko Darmin: Pelemahan Rupiah Belum Mengkhawatirkan
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, pelemahan rupiah yang terjadi belum mengkhawatirkan. Seperti diketahui, mayoritas mata uang dunia termasuk rupiah masih mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Hal tersebut seiring dengan menguatnya sentimen terhadap dolar AS menyusul peluang kenaikan bunga dana atau Fed Fund Rate lebih cepat dari ekspektasi.
"Kurs itu kalau situasi normal normal saja, mestinya tidak ada masalah karena ekonomi kita berjalan baik. Pertumbuhannya walaupun tidak tinggi benar tapi di atas 5%. Inflasinya walaupun ada gejolak harga pangan tapi masih terkendali. Kemudian perdagangannya nerara perdagangan masih surplus. Jadi secara orang bilang fundamental ekonomi kita melihat engga ada persoalan," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Menurut Darmin, pelemahan rupiah karena dipicu pidato Powell bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga AS empat kali tahun ini. "Powell ngomong begitu mau menaikkan 4 kali belum tentu sebenarnya tapi orang mulai pasang kuda-kuda. Mereka kan akan menaikkan tapi karena belum menaikkan ya Rupiah naik dulu dikit, tapi kan nanti akan tenang lagi. Kalau dinaikkan ya nanti ada riak-riak sedikit, bukan gejolak lah," ungkapnya.
Darmin melanjutkan, kurs akan mulai mengkhawatirkan jika Rupiah melemah dan IHSG ikut melemah. "Itu artinya orang menjual saham, jual obligasi pemerintah. Orang itu maksudnya yang punya duit di sini. Yang terjadi bukan itu, artinya mungkin ada yang sudah jual, yang beli ada dari dalam juga. Sehingga dampaknya, tidak membuat pelemahan yang berkelanjutan," tuturnya.
Sambung dia menuturkan, jika terjadi pelemahan rupiah dan IHSG turun, pemerintah masih punya pertahanan terakhir, yakni Bank Indonesia. "Kita masih punya Bank Indonesia. Kalau IHSG mulai turun terus, Bank Indonesia harus mulai mengambil langkah. Bank Indonesia boleh membeli obligasi pemerintah, tapi belum untuk saham swasta," jelasnya.
"Kurs itu kalau situasi normal normal saja, mestinya tidak ada masalah karena ekonomi kita berjalan baik. Pertumbuhannya walaupun tidak tinggi benar tapi di atas 5%. Inflasinya walaupun ada gejolak harga pangan tapi masih terkendali. Kemudian perdagangannya nerara perdagangan masih surplus. Jadi secara orang bilang fundamental ekonomi kita melihat engga ada persoalan," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/3/2018).
Menurut Darmin, pelemahan rupiah karena dipicu pidato Powell bahwa Fed akan meningkatkan suku bunga AS empat kali tahun ini. "Powell ngomong begitu mau menaikkan 4 kali belum tentu sebenarnya tapi orang mulai pasang kuda-kuda. Mereka kan akan menaikkan tapi karena belum menaikkan ya Rupiah naik dulu dikit, tapi kan nanti akan tenang lagi. Kalau dinaikkan ya nanti ada riak-riak sedikit, bukan gejolak lah," ungkapnya.
Darmin melanjutkan, kurs akan mulai mengkhawatirkan jika Rupiah melemah dan IHSG ikut melemah. "Itu artinya orang menjual saham, jual obligasi pemerintah. Orang itu maksudnya yang punya duit di sini. Yang terjadi bukan itu, artinya mungkin ada yang sudah jual, yang beli ada dari dalam juga. Sehingga dampaknya, tidak membuat pelemahan yang berkelanjutan," tuturnya.
Sambung dia menuturkan, jika terjadi pelemahan rupiah dan IHSG turun, pemerintah masih punya pertahanan terakhir, yakni Bank Indonesia. "Kita masih punya Bank Indonesia. Kalau IHSG mulai turun terus, Bank Indonesia harus mulai mengambil langkah. Bank Indonesia boleh membeli obligasi pemerintah, tapi belum untuk saham swasta," jelasnya.
(akr)