PPRO Patok Target Laba Bersih Rp528 Miliar
A
A
A
JAKARTA - PT PP Properti Tbk (kode emiten: PPRO) menetapkan target marketing sales tahun ini sebesar Rp3,8 triliun dengan target pencapaian laba bersih yang didistribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp528 miliar.
Manajemen PPRO optimistis terhadap target tersebut, mengingat pencapaian kinerja PPRO untuk tahun 2017 bertumbuh. Perusahaan properti ini mencatat laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas Induk sekitar Rp444 miliar atau tumbuh 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp366 miliar pada 2017.
"Kami meyakini di tahun ini permintaan properti akan semakin bergairah seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan tumbuh 5,4%," ungkap Taufik Hidayat, direktur utama PPRO dalam keterangan tertulisnya, Rabu (7/3/2018).
Perolehan laba bersih tersebut ditopang peningkatan marketing sales yang meningkat 21% menjadi sebesar Rp3,01 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp2,4 triliun. Marketing Sales disokong beberapa proyek PPRO, antara lain Grand Kamala lagoon (24%), Grand Shamaya (18%), Apartemen Begawan (9%), Grand Dharmahusada Lagoon (5%), Gunung Putri Square (5%), The Ayoma (4%) dan beberapa proyek realti serta komersial lainnya. Saat ini Laporan Keuangan Audited PPRO masih dalam proses finalisasi yang rencana akan dirilis pada pekan depan.
Arus kas dari aktivitas operasi tahun 2017 tercatat positif, sekitar Rp67 miliar dengan posisi saldo kas pada akhir tahun positif sekitar Rp996 miliar. Penguatan dari sisi arus kas mendorong tercapainya posisi neraca keuangan yang sehat.
Sementara itu, rasio utang berbunga terhadap modal (debt interest bearing) sekitar 0,64 dan posisi net gearing ratio sebesar 0,43. Dengan demikian, total utang berbunga Perseroan masih berada di bawah 1x, posisi ini menunjukkan tingkat leverage Perseroan yang sangat terkendali. Pertahanan arus kas tersebut disokong dari kenaikan prosentase pembelian secara tunai atas unit-unit retail PPRO dan penerapan program Creative Financing.
Maka dengan kekuatan tersebut, untuk memenuhi kewajiban atas utang jangka pendek yang akan jatuh tempo di tahun ini, PPRO akan menggunakan kas internal untuk membayarnya.
"Untuk total land bank mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 291%, di mana di tahun 2017, total land bank yang telah dimiliki sekitar 297 hektare," ungkap Taufik.
Selain fokus pada pengembangan landbank yang sudah ada, di 2018 ini PPRO akan mulai pengembangan beberapa lokasi TOD dan peningkatan pendapatan berulang (recurring income) melalui pembangunan hotel di Surabaya, Lombok dan Labuan Bajo.
Di tahun ini akan ada kontribusi tambahan dari segmen hospitality yaitu mulai beroperasinya Hotel Kaza di Surabaya, dan mulai proses konstruksi dari Prime Park Hotel & Convention di Lombok. Diharapkan dengan beroperasinya beberapa proyek hospitality dapat meningkatkan recurring income PPRO menjadi 10%-15% terhadap total laba.
"Dengan aksi-aksi tersebut dan dukungan dari pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan jauh lebih baik, manajemen yakin dapat memenuhi komitmennya kepada para pemegang saham untuk pencapaian target kinerja di 2018 yang semakin jauh lebih baik dan bersaing," tutup Taufik.
Manajemen PPRO optimistis terhadap target tersebut, mengingat pencapaian kinerja PPRO untuk tahun 2017 bertumbuh. Perusahaan properti ini mencatat laba bersih yang diatribusikan ke pemilik entitas Induk sekitar Rp444 miliar atau tumbuh 22% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp366 miliar pada 2017.
"Kami meyakini di tahun ini permintaan properti akan semakin bergairah seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan tumbuh 5,4%," ungkap Taufik Hidayat, direktur utama PPRO dalam keterangan tertulisnya, Rabu (7/3/2018).
Perolehan laba bersih tersebut ditopang peningkatan marketing sales yang meningkat 21% menjadi sebesar Rp3,01 triliun dari tahun 2016 sebesar Rp2,4 triliun. Marketing Sales disokong beberapa proyek PPRO, antara lain Grand Kamala lagoon (24%), Grand Shamaya (18%), Apartemen Begawan (9%), Grand Dharmahusada Lagoon (5%), Gunung Putri Square (5%), The Ayoma (4%) dan beberapa proyek realti serta komersial lainnya. Saat ini Laporan Keuangan Audited PPRO masih dalam proses finalisasi yang rencana akan dirilis pada pekan depan.
Arus kas dari aktivitas operasi tahun 2017 tercatat positif, sekitar Rp67 miliar dengan posisi saldo kas pada akhir tahun positif sekitar Rp996 miliar. Penguatan dari sisi arus kas mendorong tercapainya posisi neraca keuangan yang sehat.
Sementara itu, rasio utang berbunga terhadap modal (debt interest bearing) sekitar 0,64 dan posisi net gearing ratio sebesar 0,43. Dengan demikian, total utang berbunga Perseroan masih berada di bawah 1x, posisi ini menunjukkan tingkat leverage Perseroan yang sangat terkendali. Pertahanan arus kas tersebut disokong dari kenaikan prosentase pembelian secara tunai atas unit-unit retail PPRO dan penerapan program Creative Financing.
Maka dengan kekuatan tersebut, untuk memenuhi kewajiban atas utang jangka pendek yang akan jatuh tempo di tahun ini, PPRO akan menggunakan kas internal untuk membayarnya.
"Untuk total land bank mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 291%, di mana di tahun 2017, total land bank yang telah dimiliki sekitar 297 hektare," ungkap Taufik.
Selain fokus pada pengembangan landbank yang sudah ada, di 2018 ini PPRO akan mulai pengembangan beberapa lokasi TOD dan peningkatan pendapatan berulang (recurring income) melalui pembangunan hotel di Surabaya, Lombok dan Labuan Bajo.
Di tahun ini akan ada kontribusi tambahan dari segmen hospitality yaitu mulai beroperasinya Hotel Kaza di Surabaya, dan mulai proses konstruksi dari Prime Park Hotel & Convention di Lombok. Diharapkan dengan beroperasinya beberapa proyek hospitality dapat meningkatkan recurring income PPRO menjadi 10%-15% terhadap total laba.
"Dengan aksi-aksi tersebut dan dukungan dari pertumbuhan ekonomi nasional yang diperkirakan jauh lebih baik, manajemen yakin dapat memenuhi komitmennya kepada para pemegang saham untuk pencapaian target kinerja di 2018 yang semakin jauh lebih baik dan bersaing," tutup Taufik.
(ven)