Banjir dan Hama, Panen Raya di Jabar Diprediksi Mundur
A
A
A
CIREBON - Penan raya di Jawa Barat tahun ini diperkirakan mundur hingga April 2018. Akibatnya, harga beras diperkirakan akan tetap tinggi.
Sejumlah daerah lumbung padi di Jabar seperti Cirebon, panen belum merata. Masih ada padi yang hijau dan masih menunggu beberapa minggu lagi untuk dipanen. Baru sebagian kecil yang mulai panen.
Salah seorang petani di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon Surip mengaku, dari empat hektare sawah yang dimiliki, baru satu hektare yang dipanen hari ini. Sisanya rencananya akan dilakukan dalam beberapa hari dan minggu ke depan.
"Baru satu hektare yang bisa dipanen. Sisanya mungkin besok-besok, kalau sudah waktunya. Kalau yang lain menunggu hujan, baru dipanen," kata Surip di Cirebon, Kamis (15/3/2018).
Untuk satu hektare sawah tadah hujan, Surip mengaku bisa mendapat 4 ton gabah kering. Sementara untuk sawah irigasi bisa mendapat 5 ton gabah kering. "Kalau harga masih bagus, Rp6.000 per kilogram. Itu juga sudah turun dari Rp7.000 per kilogram gabah kering," jelas dia.
Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Barat, Sugit Tedjo Mulyono memperkirakan, panen raya akan berlangsung pada pertengahan April, atau mundur dari perkiraan awal sekitar pertengahan Maret. Mundurnya panen raya melihat masih banyak petani yang belum panen dan serapan gabah Bulog.
"Tahun lalu pertengahan Maret, kami sudah bisa menyerap 2.000 ton per hari. Sekarang masih 800 sampai 1.100 ton per hari. Panen kemungkinan mundur sampai April," ujar Sugit.
Dia khawatir, tidak ada puncak panen raya, petani diperkirakan akan panen berangsur-angsur hingga April.
"Sekarang kondisinya baru mau panen. Ada padi yang masih hijau, sebagian kuning. Saya khawatir tidak ada penan raya. Tidak ada panen puncak bersamaan," jelas dia.
Salah satu penyebab mundurnya panen raya disebabkan banjir di beberapa wilayah serta serangan hama padi. Akibatnya, tidak sedikit petani yang memilih panen di awal.
Sejumlah daerah lumbung padi di Jabar seperti Cirebon, panen belum merata. Masih ada padi yang hijau dan masih menunggu beberapa minggu lagi untuk dipanen. Baru sebagian kecil yang mulai panen.
Salah seorang petani di Desa Sampiran, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon Surip mengaku, dari empat hektare sawah yang dimiliki, baru satu hektare yang dipanen hari ini. Sisanya rencananya akan dilakukan dalam beberapa hari dan minggu ke depan.
"Baru satu hektare yang bisa dipanen. Sisanya mungkin besok-besok, kalau sudah waktunya. Kalau yang lain menunggu hujan, baru dipanen," kata Surip di Cirebon, Kamis (15/3/2018).
Untuk satu hektare sawah tadah hujan, Surip mengaku bisa mendapat 4 ton gabah kering. Sementara untuk sawah irigasi bisa mendapat 5 ton gabah kering. "Kalau harga masih bagus, Rp6.000 per kilogram. Itu juga sudah turun dari Rp7.000 per kilogram gabah kering," jelas dia.
Kepala Bulog Divisi Regional Jawa Barat, Sugit Tedjo Mulyono memperkirakan, panen raya akan berlangsung pada pertengahan April, atau mundur dari perkiraan awal sekitar pertengahan Maret. Mundurnya panen raya melihat masih banyak petani yang belum panen dan serapan gabah Bulog.
"Tahun lalu pertengahan Maret, kami sudah bisa menyerap 2.000 ton per hari. Sekarang masih 800 sampai 1.100 ton per hari. Panen kemungkinan mundur sampai April," ujar Sugit.
Dia khawatir, tidak ada puncak panen raya, petani diperkirakan akan panen berangsur-angsur hingga April.
"Sekarang kondisinya baru mau panen. Ada padi yang masih hijau, sebagian kuning. Saya khawatir tidak ada penan raya. Tidak ada panen puncak bersamaan," jelas dia.
Salah satu penyebab mundurnya panen raya disebabkan banjir di beberapa wilayah serta serangan hama padi. Akibatnya, tidak sedikit petani yang memilih panen di awal.
(ven)