IHSG Berpotensi Menguat Terbatas Sepanjang Pekan Ini

Senin, 19 Maret 2018 - 12:05 WIB
IHSG Berpotensi Menguat...
IHSG Berpotensi Menguat Terbatas Sepanjang Pekan Ini
A A A
INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan diprediksi akan menguat meskipun cenderung terbatas. Harapan ini muncul setelah pekan lalu pergerakan IHSG didominasi zona merah atau pelemahan.

Analis OCBC Sekuritas Liga Maradona mengatakan, IHSG diperkirakan bergerak menguat untuk pekan depan di kisaran 6.240 pada level support hingga 6.370 level resisten. Sentimen yang diperkirakan market adalah menunggu pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed) terkait kebijakan suku bunga AS ke depan.

"Minggu depan kita prediksi IHSG akan naik, hanya disebabkan technical rebound. Dampak lainnya kecenderungan penguatan rupiah di minggu depan. Lalu 10 tahun yield surat utang negara (SUN) akan rebound sementara, sambil menunggu kejelasan The Fed," ucap Maradona, Minggu (18/3/2018).

Sedangkan analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, pergerakan IHSG pekan depan diperkirakan akan berada pada kisaran level support 6.265-6.278 dan resisten 6.389-6.412, melemah dibandingkan pekan sebelumnya di level support 6.395-6.401 dan resisten 6.470-6.512. "Laju IHSG masih menormalkan posisinya dari area jenuh beli sehingga tren penurunan masih berlanjut," ujar Reza.

Dia menjelaskan, pergerakan IHSG selanjutnya diperkirakan mencoba kembali menguat meski tipis. Hal ini dengan asumsi pelaku pasar memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk kembali masuk. Meski diharapkan ada pergerakan positif, namun tetap mewaspadai juga terjadi potensi pelemahan lanjutan. "Saat ini belum ada sentimen positif yang cukup signifikan untuk mengangkat IHSG," ungkapnya.

Sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan penjualan bersih atau nett sell Rp2,86 triliun dari pekan sebelumnya Rp4,51 triliun. Masih maraknya aksi jual membuat posisi transaksi asing menjadi net sell, di mana hingga pekan kemarin membuat nilai transaksi asing tercatat jual bersih Rp17,92 triliun. Angka ini di atas sebelumnya yang masih net sell Rp13,93 triliun (year-to-date).

Pekan lalu meski laju rupiah mulai menguat jelang akhir pekan, namun belum cukup kuat mengangkat IHSG. Pergerakan IHSG pekan kemarin berbalik melemah 1,99% atau di atas pekan sebelumnya yang turun 2,26%. Adapun level tertinggi yang diraih mencapai 6.501 di bawah sebelumnya di 6.607 dan level terendah yang dicapai mencapai 6236 dari sebelumnya 6.346.

Harapan akan terjadi penguatan terjadi di mana laju IHSG mampu kembali berbalik menguat pada perdagangan awal pekan kemarin. Positifnya sejumlah bursa saham global, laju rupiah yang mampu kembali terapresiasi, serta ada pemberitaan positif di mana pemerintah berencana menyelesaikan sejumlah kebijakan sebelum akhir Maret, di antaranya revisi tax holiday, tax allowance, penurunan tarif PPh UKM, dan lainnya, hingga komitmen Jepang dalam pembiayaan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya, turut direspons positif. Setelah menguat, laju IHSG kembali melemah lantaran aksi ambil untung.

Pendapat dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bahwa insentif pajak Indonesia akan mendorong investasi yang lebih menarik dari tawaran investasi negara-negara lain serta kembali terapresiasinya rupiah ternyata tidak cukup kuat mempertahankan IHSG di zona hijaunya. Kepanikan berlebihan dalam menanggapi sentimen yang ada membuat pelaku pasar kembali menderita karena kepanikan setelah terimbas pelemahan bursa saham Asia yang merespons negatif pemecatan Tillerson sebagai menteri luar negeri AS oleh Presiden Trump.

Di sisi lain, adanya sejumlah pernyataan positif dari dalam negeri dan kembali terapresiasinya rupiah belum cukup kuat mengangkat IHSG ke zona hijau. Pergerakan IHSG juga cenderung kembali melemah seiring kekhawatiran terjadi perang dagang akibat penerapan tarif impor AS yang membuat sejumlah indeks saham global melemah dan berimbas pada penurunan IHSG.

Mulai membaiknya laju sejumlah bursa saham Asia tidak mampu mengangkat IHSG yang cenderung tertekan seiring respons negatif terhadap rilis kembali terjadi defisit neraca perdagangan dan peningkatan jumlah utang negara per Februari. Penguatan yang terjadi pada rupiah hingga pertengahan pekan kemarin mampu membentuk tren kenaikan. Namun, tren ini masih harus kembali diuji ketahanannya seiring mulai ada pembalikan arah melemah di akhir pekan kemarin.

Pelemahan tersebut diharapkan dapat lebih sementara seiring masih melemahnya laju dolar Amerika yang terimbas kondisi politik di dalam negerinya dan kembali membuat rupiah dapat menemukan momentum kenaikannya. "Tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat menghalangi potensi penguatan lanjutan pada rupiah. Diperkirakan, laju rupiah akan berada pada rentang support 13.758 dan resistant 13.732," ujarnya.

Pengamat komoditas dari Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan, sepekan ke depan nilai tukar diperkirakan bergerak pada kisaran 13680-13800. Ada sentimen berupa pengumuman dari The Fed pada 22 Maret dini hari yang bisa menjadi penekan atau penguat rupiah. "Volatilitas diprediksi masih besar karena menanti The Fed ini. Ihwal yang di luar ekspektasi juga bisa mendorong volatilitas membesar," ujarnya.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6415 seconds (0.1#10.140)