Banyak Industri yang Ingin Co-Branding di GenPI
A
A
A
JAKARTA - Destinasi digital yang diluncurkan Generasi Pesona Indonesia (GenPI), mampu menarik minat industri. Banyak industri yang ingin melakukan co-branding di destinasi GenPI. Mulai dari industri perhotelan, cafe, bahkan perbankan. Para pelaku industri ini antusias. Mereka ingin tahu secara detail pasar digital yang diciptakan GenPI.
Hal itu terungkap saat Workshop Matchmaking COE, Digital Destination, Diaspora Restaurant with Co-Branding Partner. Lokasinya di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Saat Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi, Don Kardono memberikan paparan, seluruh peserta yang hadir serius menyimak. Bahkan ada beberapa yang langsung mempertanyakan peluang untuk bisa co-branding. Di antaranya Sahid Hotel Group, Warunk Upnormal milik PT Cita Rasa Prima, Bank BRI.
"Kita sejak awal sudah optimis pasar-pasar ini akan diminati industri untuk berpromosi. Karena destinasi digital ini memberikan dua keuntungan, yaitu offline dan online. Offline-nya pasar yang digelar tiap minggu selalu ramai. Online-nya, anak-anak GenPI sangat gencar dalam bermedia sosial. Bisa menciptakan 3-4 trending topic tiap minggunya," jelas Don Kardono.
Tiga perusahaan yang sudah melakukan co-branding dengan Kemenpar ini, menilai tempat berkumpulnya wisatawan dari kalangan muda merupakan pangsa pasarnya.
Warunk Upnormal misalnya. Mereka akan mengkaji kemungkinan membuka lapak di destinasi digital. Seperti yang sudah dilakukan produk W'Dank brand NutriSari-Nutrifood Indonesia di Pasar Pancingan. Sementara BRI mengincar transaksi cashless yang akan dialihkan ke e-money.
"Semua peluang-peluang yang ada akan kita pertimbangkan. Kita akan mencarikan bentuk kerjasamanya nanti seperti apa. Semua akan kita bahas di RakornasPar I di Bali 22-23 Maret nanti. Destinasi memang harus memberikan commercial value," ungkap Don Kardono.
Kemenpar saat ini tengah menargetkan membuat 100 destinasi digital. Saat ini, sudah ada 7 pilot project Pasar GenPI di 7 Provinsi yang sukses. Di antaranya Pasar Mangrove Batam, Pasar Baba Boen Tjit Palembang, Pasar Siti Nurbaya Padang, Pasar Tahura Lampung, Pasar Bekelir Tangerang, Pasar Kaki Langit Yogyakarta, Pasar Karetan Kendal dan Pasar Pancingan Lombok.
"Startnya nanti setelah Rakornas. Kita optimis target akan tercapai. Karena untuk membuat pasar digital seperti yang sudah dibuat itu mudah, murah dan banyak peminatnya," tambah Don Kardono.
Don Kardono menjelaskan, destinasi digital atau yang kerap dikenal Pasar Zaman Now ini memiliki positioning, differentiation dan branding. Positioningnya, yaitu esteem economy, generasi milenial yang butuh pengakuan, dan media sosial. Differentiation-nya Instagrammable dan digitalable photogenic. Sementara brandingnya, menjadi destinasi zaman now.
"Kids zaman now 70% eksis di dunia maya, dunia digital. Media pun sebagai channel menuju ke sana. Pariwisata kita pun makin kreatif makin instagramable, memikirkan objek gambar, agar kalau difoto, layak diposting di medsos, dan banyak likes, comments, banyak repost, share, dan interaksi positif," tuturnya.
Don Kardono menambahkan, destinasi digital bikinan GenPI ini memberikan commercial value. Anak-anak GenPI bisa menciptakan bisnis bidang 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) di destinasi wisata.
Pasar Karetan misalnya, omset rata-rata pasar dalam satu pekan Rp40 juta. Bila digelar dalam kurun waktu setahun, omzet yang dihasilkan mencapai Rp1,92 miliar. Bila sukses ini diikuti 100 pasar, maka omsetnya mencapai Rp192 miliar.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, pasar digital harus mandiri. Mereka harus bisa menghidupi dirinya sendiri dari kreativitasnya. “Contohnya seperti Pasar Pancingan, sudah bagus bisa merambah industri. Mereka semakin mandiri. Mampu meyakinkan pasar, hingga ada sponsor yang bergabung. Soal durasi waktu kerja sama, itu nomor sekian. Yang penting mereka mampu memberi keyakinan kepada publik soal brand yang dimilikinya,” katanya.
Hal itu terungkap saat Workshop Matchmaking COE, Digital Destination, Diaspora Restaurant with Co-Branding Partner. Lokasinya di Royal Kuningan Hotel, Jakarta, Selasa (20/3/2018).
Saat Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi, Don Kardono memberikan paparan, seluruh peserta yang hadir serius menyimak. Bahkan ada beberapa yang langsung mempertanyakan peluang untuk bisa co-branding. Di antaranya Sahid Hotel Group, Warunk Upnormal milik PT Cita Rasa Prima, Bank BRI.
"Kita sejak awal sudah optimis pasar-pasar ini akan diminati industri untuk berpromosi. Karena destinasi digital ini memberikan dua keuntungan, yaitu offline dan online. Offline-nya pasar yang digelar tiap minggu selalu ramai. Online-nya, anak-anak GenPI sangat gencar dalam bermedia sosial. Bisa menciptakan 3-4 trending topic tiap minggunya," jelas Don Kardono.
Tiga perusahaan yang sudah melakukan co-branding dengan Kemenpar ini, menilai tempat berkumpulnya wisatawan dari kalangan muda merupakan pangsa pasarnya.
Warunk Upnormal misalnya. Mereka akan mengkaji kemungkinan membuka lapak di destinasi digital. Seperti yang sudah dilakukan produk W'Dank brand NutriSari-Nutrifood Indonesia di Pasar Pancingan. Sementara BRI mengincar transaksi cashless yang akan dialihkan ke e-money.
"Semua peluang-peluang yang ada akan kita pertimbangkan. Kita akan mencarikan bentuk kerjasamanya nanti seperti apa. Semua akan kita bahas di RakornasPar I di Bali 22-23 Maret nanti. Destinasi memang harus memberikan commercial value," ungkap Don Kardono.
Kemenpar saat ini tengah menargetkan membuat 100 destinasi digital. Saat ini, sudah ada 7 pilot project Pasar GenPI di 7 Provinsi yang sukses. Di antaranya Pasar Mangrove Batam, Pasar Baba Boen Tjit Palembang, Pasar Siti Nurbaya Padang, Pasar Tahura Lampung, Pasar Bekelir Tangerang, Pasar Kaki Langit Yogyakarta, Pasar Karetan Kendal dan Pasar Pancingan Lombok.
"Startnya nanti setelah Rakornas. Kita optimis target akan tercapai. Karena untuk membuat pasar digital seperti yang sudah dibuat itu mudah, murah dan banyak peminatnya," tambah Don Kardono.
Don Kardono menjelaskan, destinasi digital atau yang kerap dikenal Pasar Zaman Now ini memiliki positioning, differentiation dan branding. Positioningnya, yaitu esteem economy, generasi milenial yang butuh pengakuan, dan media sosial. Differentiation-nya Instagrammable dan digitalable photogenic. Sementara brandingnya, menjadi destinasi zaman now.
"Kids zaman now 70% eksis di dunia maya, dunia digital. Media pun sebagai channel menuju ke sana. Pariwisata kita pun makin kreatif makin instagramable, memikirkan objek gambar, agar kalau difoto, layak diposting di medsos, dan banyak likes, comments, banyak repost, share, dan interaksi positif," tuturnya.
Don Kardono menambahkan, destinasi digital bikinan GenPI ini memberikan commercial value. Anak-anak GenPI bisa menciptakan bisnis bidang 3A (Atraksi, Amenitas, Aksesibilitas) di destinasi wisata.
Pasar Karetan misalnya, omset rata-rata pasar dalam satu pekan Rp40 juta. Bila digelar dalam kurun waktu setahun, omzet yang dihasilkan mencapai Rp1,92 miliar. Bila sukses ini diikuti 100 pasar, maka omsetnya mencapai Rp192 miliar.
Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, pasar digital harus mandiri. Mereka harus bisa menghidupi dirinya sendiri dari kreativitasnya. “Contohnya seperti Pasar Pancingan, sudah bagus bisa merambah industri. Mereka semakin mandiri. Mampu meyakinkan pasar, hingga ada sponsor yang bergabung. Soal durasi waktu kerja sama, itu nomor sekian. Yang penting mereka mampu memberi keyakinan kepada publik soal brand yang dimilikinya,” katanya.
(ven)