Perluas Akses Informasi Soal Pertanian Melalui Kelas Pestisida
A
A
A
JAKARTA - Kelas pestisida yang merupakan rangkaian kegiatan Croplife Indonesia dalam rangka meningkatkan informasi kepada awak media mengenai tata kelola pertanian yang baik selama semester I 2018, kembali digelar. Pada gelaran kedua kali ini, tema yang diusung yakni 'Praktik Pertanian dan Praktik Pestisida yang baik'.
Direktur Executive Croplife Indonesia Agung Kurniawan menerangkan, latar belakang kegiatan kelas pestisida soal inovasi produk perlindungan tanaman dalam membantu penanggulangan organisme penganggu tanaman serta mendukung ketahanan pangan dalam rangka memperluas akses informasi seputar pertanian.
"Baik media cetak maupun online mempunyai peran penting dalam menyampikan informasi pertanian yang baik, kepada masyarakat, petani dan instansi terkait dan seterusnya. Serta menekankan bahwa kami menjunjung tinggi bussiness yang beretika dimana selalu mengedepankan keselamatan petani dan dasar pengetahuan dalam aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman atau pestisida," terang Agung dalam acara Kelas Pestisida di Hotel Aston, Jakarta Selatan.
Sambung dia, penggunaan pestisida menjadi penting karena salah satu masalah yang baik terjadi pada petani yakni sering menghadapi biaya produksi yang tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen karena disebabkan oleh serangan hama serta penyakit. Masalah itu muncul dikarenakan petani masih kurang memiliki pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik. (Good Pesticide Practice).
Aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan ciri khas dari produksi pertaian di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi tinggi dan keuntungan yang sedikit, efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional juga dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak lingkungan.
Maka Croplife Indonesia yang merupakan asosiasi nirlaba (nonprofit) bersama anggotanya yang terdiri dari BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta memiliki rasa tanggung jawab untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan.
"Termasuk menjunjung tinggi bussiness yang beretika dimana selalu mengedepankan keselamatan petani dan dasar pengetahuan dalam aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman atau pestisida dimana banyak hal yang harus diperhatikan," ungkapnya.
Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian (Kementan) serta Ketua Team Teknis Ahli Komisi Pestisida Prof.Dr. Dadang M.Sc yang juga hadir sebagai pembicara, mengajak peserta mengenal lebih jauh soal pestisida, kegunaan, kelebihan hingga kekurangannya. Ditekankan olehnya apabila pestisida hampir menyentuh semua orang, sehingga Ia heran apabila masih ada yang menolak penggunaan pestisida.
"Pestisida sangat dekat dengan hidup manusia karena tidak hanya digunakan untuk mengusir hama tanaman pada sektor pertanian. Namun, juga digunakan pada konstruksi bangunan, produk rumah tangga dan kesehatan seperti Shampo serta lipstik. Selain itu penggunaan pestisida juga penting dalam kegiatan ekspor dan impor," terang Dadang.
Menurutnya penggunaan pestisida yang baik menjadi penting, lantaran dari total 60 juta ton produksi, ada sekitar 10% kerusakan yang ditimbulkan dari hama penyakit. Jadi sekitar 6 juta ton pangan hilang karena tidak mampu mengendalikan hama penyakit. ""Jika kita bisa menekan dan mengendalikan hama penyakit, maka setengahnya saja bisa kita selamatkan," ungkapnya.
Kegiatan ini turut mendapatkan respons positif dan Ia memberikan dukungannya dimana rekomendasi dari harmonisasi diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan regulasi yang lebih baik lagi sehingga mampu meningkatkan standar dari Produk Perlindungan Tanaman yang bakal digunakan oleh petani di Indonesia.
Direktur Executive Croplife Indonesia Agung Kurniawan menerangkan, latar belakang kegiatan kelas pestisida soal inovasi produk perlindungan tanaman dalam membantu penanggulangan organisme penganggu tanaman serta mendukung ketahanan pangan dalam rangka memperluas akses informasi seputar pertanian.
"Baik media cetak maupun online mempunyai peran penting dalam menyampikan informasi pertanian yang baik, kepada masyarakat, petani dan instansi terkait dan seterusnya. Serta menekankan bahwa kami menjunjung tinggi bussiness yang beretika dimana selalu mengedepankan keselamatan petani dan dasar pengetahuan dalam aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman atau pestisida," terang Agung dalam acara Kelas Pestisida di Hotel Aston, Jakarta Selatan.
Sambung dia, penggunaan pestisida menjadi penting karena salah satu masalah yang baik terjadi pada petani yakni sering menghadapi biaya produksi yang tinggi dan terancam mengalami kegagalan panen karena disebabkan oleh serangan hama serta penyakit. Masalah itu muncul dikarenakan petani masih kurang memiliki pengetahuan mengenai praktik pertanian yang baik (Good Agriculture Practice) dan praktik penggunaan pestisida yang baik. (Good Pesticide Practice).
Aplikasi pestisida yang tidak rasional merupakan ciri khas dari produksi pertaian di Indonesia. Selain mengakibatkan biaya produksi tinggi dan keuntungan yang sedikit, efek dari pengaplikasian pestisida yang tidak rasional juga dapat merugikan kesehatan pengguna dan konsumen serta merusak lingkungan.
Maka Croplife Indonesia yang merupakan asosiasi nirlaba (nonprofit) bersama anggotanya yang terdiri dari BASF, Bayer, Dow Agrosciences, DuPont, FMC, Monsanto, Nufarm dan Syngenta memiliki rasa tanggung jawab untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan.
"Termasuk menjunjung tinggi bussiness yang beretika dimana selalu mengedepankan keselamatan petani dan dasar pengetahuan dalam aplikasi penggunaan produk perlindungan tanaman atau pestisida dimana banyak hal yang harus diperhatikan," ungkapnya.
Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian (Kementan) serta Ketua Team Teknis Ahli Komisi Pestisida Prof.Dr. Dadang M.Sc yang juga hadir sebagai pembicara, mengajak peserta mengenal lebih jauh soal pestisida, kegunaan, kelebihan hingga kekurangannya. Ditekankan olehnya apabila pestisida hampir menyentuh semua orang, sehingga Ia heran apabila masih ada yang menolak penggunaan pestisida.
"Pestisida sangat dekat dengan hidup manusia karena tidak hanya digunakan untuk mengusir hama tanaman pada sektor pertanian. Namun, juga digunakan pada konstruksi bangunan, produk rumah tangga dan kesehatan seperti Shampo serta lipstik. Selain itu penggunaan pestisida juga penting dalam kegiatan ekspor dan impor," terang Dadang.
Menurutnya penggunaan pestisida yang baik menjadi penting, lantaran dari total 60 juta ton produksi, ada sekitar 10% kerusakan yang ditimbulkan dari hama penyakit. Jadi sekitar 6 juta ton pangan hilang karena tidak mampu mengendalikan hama penyakit. ""Jika kita bisa menekan dan mengendalikan hama penyakit, maka setengahnya saja bisa kita selamatkan," ungkapnya.
Kegiatan ini turut mendapatkan respons positif dan Ia memberikan dukungannya dimana rekomendasi dari harmonisasi diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi pemangku kebijakan dalam mengembangkan regulasi yang lebih baik lagi sehingga mampu meningkatkan standar dari Produk Perlindungan Tanaman yang bakal digunakan oleh petani di Indonesia.
(akr)