Peraih Nobel Ekonomi: Perang Dagang AS-China Bisa Ciptakan Krisis Ekonomi
A
A
A
BEIJING - Tensi hubungan Amerika Serikat dan Republik Rakyat China memanas, setelah Presiden AS Donald Trump menabuh genderang perang dagang dengan China, dengan menaikkan tarif impor produk-produk RRC. Ketegangan perang dagang ini telah mengkhawatirkan banyak pihak.
Ekonom peraih hadiah Nobel, Robert Shiller mengatakan perang dagang AS dan China bisa mengakibatkan krisis ekonomi. Melansir dari CNBC, Senin (26/3/2018), ekonom dari Universitas Yale, AS, itu mengkritik panglima tertinggi Amerika, Trump, dengan mengatakan cara-cara yang dilakukan tidak pantas untuk seorang presiden.
Selain mengkritik Trump, Shiller juga mengatakan perusahan-perusahaan AS tidak siap untuk menyingkirkan China dari rantai pasokan atau model bisnis mereka.
"Perang dagang akan menciptakan krisis ekonomi karena perusahaan-perusahaan di AS ini dibangun berdasarkan perencanaan jangka panjang. Mereka telah mengembangkan tenaga kerja terampil. Jadi kita harus menemukan cara lain setelah impor teputus," katanya kepada CNBC saat Forum Tahunan Pembangunan China di Beijing.
Shiller menambahkan perang dagang hanya menciptakan kekacauan dan memperlambat pembangunan di masa depan. Dan ia melanjutkan, kekhawatiran seperti ini bisa menjadi kenyataan.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (22/3) telah mengumumkan rencana tarif hingga USD60 miliar terhadap impor produk China. Meski China tidak secara terang-terangan membalas tindakan Gedung Putih, pada Jumat sehari berikutnya, mengatakan bakal menargetkan tarif masuk bagi 128 produk AS.
Produk-produk AS yang terancam oleh Beijing, antara lain buah-buahan, baik buah segar dan kalengan, anggur, kacang-kacangan, dan pipa baja. Produk tersebut akan dikenakan bea masuk 15%. Adapun untuk daging babi dari AS dan produk aluminium daur ulang akan dikenakan tarif 25%.
Ekonom peraih hadiah Nobel, Robert Shiller mengatakan perang dagang AS dan China bisa mengakibatkan krisis ekonomi. Melansir dari CNBC, Senin (26/3/2018), ekonom dari Universitas Yale, AS, itu mengkritik panglima tertinggi Amerika, Trump, dengan mengatakan cara-cara yang dilakukan tidak pantas untuk seorang presiden.
Selain mengkritik Trump, Shiller juga mengatakan perusahan-perusahaan AS tidak siap untuk menyingkirkan China dari rantai pasokan atau model bisnis mereka.
"Perang dagang akan menciptakan krisis ekonomi karena perusahaan-perusahaan di AS ini dibangun berdasarkan perencanaan jangka panjang. Mereka telah mengembangkan tenaga kerja terampil. Jadi kita harus menemukan cara lain setelah impor teputus," katanya kepada CNBC saat Forum Tahunan Pembangunan China di Beijing.
Shiller menambahkan perang dagang hanya menciptakan kekacauan dan memperlambat pembangunan di masa depan. Dan ia melanjutkan, kekhawatiran seperti ini bisa menjadi kenyataan.
Presiden AS Donald Trump pada Kamis (22/3) telah mengumumkan rencana tarif hingga USD60 miliar terhadap impor produk China. Meski China tidak secara terang-terangan membalas tindakan Gedung Putih, pada Jumat sehari berikutnya, mengatakan bakal menargetkan tarif masuk bagi 128 produk AS.
Produk-produk AS yang terancam oleh Beijing, antara lain buah-buahan, baik buah segar dan kalengan, anggur, kacang-kacangan, dan pipa baja. Produk tersebut akan dikenakan bea masuk 15%. Adapun untuk daging babi dari AS dan produk aluminium daur ulang akan dikenakan tarif 25%.
(ven)