15 Tahun Ciptakan Tenaga Kompeten Sektor Pertambangan di Papua

Kamis, 29 Maret 2018 - 16:01 WIB
15 Tahun Ciptakan Tenaga Kompeten Sektor Pertambangan di Papua
15 Tahun Ciptakan Tenaga Kompeten Sektor Pertambangan di Papua
A A A
PAPUA - Pada tahun ini Institut Pertambangan Nemangkawi (IPN) genap 15 tahun beroperasi di Provinsi Papua. Institut yang hadir untuk menyiapkan tenaga terampil dan kompeten di sektor pertambangan ini menempati lahan seluas 6 hektar di kawasan Light Industrial Park (LIP) PT Freeport Indonesia.

IPN hadir sebagai salah satu perwujudan komitmen PT Freeport Indonesia untuk ikut mengembangkan kapasitas masyarakat Papua, lebih khusus lagi masyarakat asli yang tinggal di area operasi PTFI. Dengan mempertimbangkan pengembangan jangka panjang tenaga kerja asal Papua; sistem pelatihan di IPN dibuat berbasis kompetensi kelas dunia sebagai dukungan terhadap Program Magang, Pra Magang, dan Pendidikan Orang Dewasa.

Program-program ini memberikan prioritas kesempatan pengembangan dan pekerjaan untuk warga asli Papua yang memenuhi syarat. Kebutuhan sumber daya manusia di sektor pertambangan masih selalu terbuka sesuai dengan kebutuhan operasional perusahaan, termasuk untuk Freeport Indonesia.

"IPN hadir sebagai jembatan untuk mendukung pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas, serta memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang handal di Papua," ungkap Senjor Manajer Institut Pertambangan Nemangkawi Soleman Faluk dalam keterangan resmi, Kamis (29/3/2018).

Kondisi ini terkait dengan kinerja pertambangan di Indonesia yang membaik dari hari ke hari. Sektor yang memberikan sumbangan signifikan terhadap perekonomian Indonesia ini sangat dipandang dalam perekonomian dunia. Pelibatan masyarakat setempat sebagai tenaga terampil oleh Freeport Indonesia dipandang akan memberikan manfaat ekonomi yang lebih tinggi bagi mereka.

"Kami berupaya sekuat tenaga agar masyarakat setempat dapat dilatih dan memiliki kapabilitas yang baik agar dapat terserap dalam operasi pertambangan Freeport Indonesia serta bisa bekerja dalam operasi pertambangan di perusahaan manapun," tambah Soleman.

Menurutnya masyarakat harus ikut ambil bagian dalam proses transformasi ilmu pengetahuan dan keterampilan serta tehnologi, mereka sebagai subyek pembangunan, ikut berpartisipasi aktif membangun diri mereka. Mereka tidak menjadi obyek yang dibangun tanpa adanya dorongan untuk maju bersaing dengan saudara-saudara kita dari luar Papua.

“Nemangkawi menjadi salah satu lembaga yang berperan membangun dan memajukan SDM Papua menjadi para professional di dunia kerja mereka," tandas Soleman.

Fokus IPN terhadap masyarakat lokal merupakan sebuah affirmative action, mengingat sejauh ini program khusus yang mendidik tenaga terampil di bidang pertambangan belum banyak tersedia di Papua. Padahal minat masyarakat lokal untuk belajar di sektor pertambangan sangat tinggi.

Superintendent Apprenticeship Management IPN Suzan Kambuaya menggambarkan bahwa minat masyarakat Papua untuk belajar di IPN sangat tinggi. Sejak kehadirannya pada tahun 2003 terhitung sebanyak 4.154 orang telah mengenyam pendidikan di IPN.

"Dari jumlah tersebut sebanyak 2.422 peserta didik dari Papua yang melanjutkan berkarir di Freeport. Para peserta didik memiliki kemampuan yang beragam, sehingga kami harus menyesuaikan pola pendidikan kami. Tapi kami bisa melihat semangat belajar yang luar biasa tinggi," terang Suzan Kambuaya.

Banyak peserta didik yang belajar di IPN memiliki mimpi besar untuk menjadi tenaga terampil di sektor pertambangan yang akhirnya bisa terwujud setelah belajar di IPN. Mayoritas peserta didik ini berasal dari tujuh suku yang yang merupakan fokus utama program pendidikan IPN.

"Kami memfokuskan pada pengembangan 7 suku yang ada di sekitar wilayah tambang Freeport Indonesia. Dari ketujuh suku, ada dua suku yang mendapat keistimewaan untuk masuk IPN yaitu Amungme dan Kamoro. Anak-anak muda dari kedua suku ini berhak mendaftarkan diri dengan hanya berbekal ijazah Sekolah Dasar. Sisanya 5 suku lain yang merupakan suku kekerabatan yakni suku Dani, Damal, Moni, Me/Ekari, dan Nduga," ungkap Soleman Faluk.

Selain peserta didik dari ketujuh suku tersebut, IPN juga memberikan kesempatan pada masyarakat Papua lainnya dan masyarakat non Papua yang lahir dan besar di tanah Papua, serta memiliki kontribusi terhadap Papua. Pada saat ini terdapat 104 siswa asal Papua yang sedang mengembangkan kemampuannya di IPN.

Untuk menghasilkan tenaga terampil di sektor pertambangan, IPN harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang ada di lapangan serta kondisi peserta didik yang mengikuti program pelatihan.

"Salah satu komitmen dari Institut Pertambangan Nemangkawi yaitu, program-program yang diterapkan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat Papua dengan membekali mereka berbagai keterampilan dan pengalaman kerja agar terbangun kompetensi dan memiliki daya jual sebagai tenaga terampil untuk bekerja di seluruh Indonesia," sambung Soleman Faluk.

Para peserta yang lulus dari IPN diharapkan memiliki karakter positif yang kuat dengan disiplin yang tinggi serta motivasi positif yang tinggi pula. Mereka diharapkan menjadi model sukses dalam dunia professional seperti bekerja di PT Freeport Indonesia maupun perusahaan lain sejenisnya.

IPN juga dilengkapi dengan sejumlah fasilitas kelas dunia, seperti alat simulator untuk truk Caterpilar dan Western Star, serta tiga area simulasi tambang bawah tanah yang dilengkapi dengan fasilitas untuk hauling, loading, dumping, ventilasi dan jackleg. Freeport Indonesia sepenuh hati dalam menyiapkan sekolah ini. Alat-alat yang dipakai dalam proses belajar dibeli dalam kondisi baru khusus untuk keperluan IPN, bukan peralatan bekas operasi tambang Freeport Indonesia.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8191 seconds (0.1#10.140)