Sektor Manufaktur China Tumbuh Makin Kuat Melebihi Prediksi
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan sektor manufaktur China pada bulan Maret 2018 meningkat melebihi perkiraan sebelumnya setelah pihak berwenang mencabut pembatasan polusi musim dingin. Ditambah produksi pabrik baja hidup kembali setelah aktivitas konstruksi semakin bertambah.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (31/3/2018) Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis hari ini naik menjadi 51,5 pada Maret atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya Februari yang berada di level 50,3. Bahkan jauh di atas angka 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi secara bulanan.
Analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan bakal lebih tinggi, namun kenaikannya tipis menjadi 50,5. Data ini menunjukkan bahwa ekonomi China telah mempunyai banyak momentum untuk kembali berada dalam jalur positif seperti diprediksi oleh para analis.
Meski begitu mereka harus menyelaraskan dengan pertumbuhan global yang tengah bersitegang seiring munculnya kebijakan protesionis. Pertumbuhan pada Februari menjadi yang terendal dalam satu setengah tahun, meski banyak analis menduga hal itu berkaitan dengan liburan tahun baru Imlek dan penurunan tajam konsumsi.
Survei Maret menunjukkan produsen bakal semakin tumbuh karena permintaan musiman yang datang dari dalam negeri maupun dari luar. Pusat Informasi Logistik China yang mengomentari angka PMI, mengatakan pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama menjadi sekitar 6,8%.
Sedangkan pada awal tahun ini, para ekonom yang sempat disurvei oleh Reuters mengungkapkan akan naik tipis sekitar 6,6%. Perusahaan-perusahaan besar melihat peningkatan kecil dalam pertumbuhan, sementara aktivitas perusahaan kecil merayap setelah menyusut pada bulan Februari.
Sentimen positif datang dari ekspor membaik dari yang diperkirakan dalam dua bulan pertama tahun ini, terutama untuk produk teknologi serta segmen industri China yang tumbuh paling cepat. Meskipun sub PMI untuk manufaktur hi-tech menurun di bulan Maret, pertumbuhan tetap solid.
Namun, eskalasi tajam dalam ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat mengaburkan prospek untuk industri berat "ekonomi lama" China dan perusahaan teknologi "ekonomi baru". Di sisi lain seperti diketahui AS belum lama ini menerapkan tarif tinggi pada impor baja dan aluminium pekan lalu untuk menjadi sintimen negatif.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (31/3/2018) Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis hari ini naik menjadi 51,5 pada Maret atau lebih tinggi dari bulan sebelumnya Februari yang berada di level 50,3. Bahkan jauh di atas angka 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi secara bulanan.
Analis yang disurvei oleh Reuters telah memperkirakan bakal lebih tinggi, namun kenaikannya tipis menjadi 50,5. Data ini menunjukkan bahwa ekonomi China telah mempunyai banyak momentum untuk kembali berada dalam jalur positif seperti diprediksi oleh para analis.
Meski begitu mereka harus menyelaraskan dengan pertumbuhan global yang tengah bersitegang seiring munculnya kebijakan protesionis. Pertumbuhan pada Februari menjadi yang terendal dalam satu setengah tahun, meski banyak analis menduga hal itu berkaitan dengan liburan tahun baru Imlek dan penurunan tajam konsumsi.
Survei Maret menunjukkan produsen bakal semakin tumbuh karena permintaan musiman yang datang dari dalam negeri maupun dari luar. Pusat Informasi Logistik China yang mengomentari angka PMI, mengatakan pihaknya memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal pertama menjadi sekitar 6,8%.
Sedangkan pada awal tahun ini, para ekonom yang sempat disurvei oleh Reuters mengungkapkan akan naik tipis sekitar 6,6%. Perusahaan-perusahaan besar melihat peningkatan kecil dalam pertumbuhan, sementara aktivitas perusahaan kecil merayap setelah menyusut pada bulan Februari.
Sentimen positif datang dari ekspor membaik dari yang diperkirakan dalam dua bulan pertama tahun ini, terutama untuk produk teknologi serta segmen industri China yang tumbuh paling cepat. Meskipun sub PMI untuk manufaktur hi-tech menurun di bulan Maret, pertumbuhan tetap solid.
Namun, eskalasi tajam dalam ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat mengaburkan prospek untuk industri berat "ekonomi lama" China dan perusahaan teknologi "ekonomi baru". Di sisi lain seperti diketahui AS belum lama ini menerapkan tarif tinggi pada impor baja dan aluminium pekan lalu untuk menjadi sintimen negatif.
(akr)