China Untung Saat India Dihantam Ledakan Kasus Covid-19
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekspor China secara tak terduga melonjak pada bulan April 2021, seiring pemulihan cepat ekonomi Amerika yang mendongkrak permintaan. Sementara itu produksi di India tersendat, ketika negara itu tengah berjuang menghadapi ledakan kasus virus Covid-19.
Dilansir BBC, kondisi yang tengah menimpa India sedikit bank membantu mendong produk- produk China untuk pasar global. Ekspor China dalam nilai uang dolar AS melonjak lebih dari 32% dari tahun sebelumnya menjadi hampir USD264 miliar.
Pada bulan yang sama, impor China juga tumbuh dengan kecepatan tertinggi lebih dari satu dekade, melonjak 43% dari tahun lalu. Meskipun ketegangan perdagangan masih berlangsung dengan AS dan negara-negara lain, ekspor China untuk bulan April mencetak surplus. Dimana hampir lebih besar USD43 miliar dari impornya, atau setara meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Para ekonom menyoroti bahwa angka-angka itu sangat berbeda jauh apabila dibandingkan dengan periode setahun yang lalu ketika negara itu menerapkan lockdown ketat. Namun pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih menghadapi beberapa tantangan besar.
Analis memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto China melambat dari rekor ekspansi 18,3% pada kuartal Januari-Maret. Hal itu disebabkan karena pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasokan di seluruh dunia, memperlambat pergerakan barang dan mendorong biaya pengiriman lebih tinggi.
Global juga menghadapi kekurangan microchip, yang digunakan dalam segala hal mulai dari mobil hingga ponsel, juga menekan produsen. Pekan lalu, indeks manajer pembelian manufaktur resmi China menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas pabrik melambat pada April dari bulan sebelumnya.
Di sisi lain, pada hari Kamis minggu lalu, China "tanpa batas waktu" menghentikan dialog ekonomi dengan Australia. Hal ini menjadi kabar terbaru terkait keretakan diplomatik yang berkembang antara kedua negera.
Hubungan keduanya memanas, sejak Australia menyerukan penyelidikan tentang asal-usul Covid-19 dan melarang raksasa telekomunikasi China Huawei membangun jaringan 5G-nya.
Tahun lalu, China menjatuhkan sanksi atas produk-produk asal Australia seperti anggur dan daging sapi. Dalam sebuah pernyataan, komisi pemerintah China menuduh Australia memiliki "pola pikir Perang Dingin".
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Dilansir BBC, kondisi yang tengah menimpa India sedikit bank membantu mendong produk- produk China untuk pasar global. Ekspor China dalam nilai uang dolar AS melonjak lebih dari 32% dari tahun sebelumnya menjadi hampir USD264 miliar.
Pada bulan yang sama, impor China juga tumbuh dengan kecepatan tertinggi lebih dari satu dekade, melonjak 43% dari tahun lalu. Meskipun ketegangan perdagangan masih berlangsung dengan AS dan negara-negara lain, ekspor China untuk bulan April mencetak surplus. Dimana hampir lebih besar USD43 miliar dari impornya, atau setara meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Para ekonom menyoroti bahwa angka-angka itu sangat berbeda jauh apabila dibandingkan dengan periode setahun yang lalu ketika negara itu menerapkan lockdown ketat. Namun pemulihan ekonomi terbesar kedua di dunia itu masih menghadapi beberapa tantangan besar.
Analis memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto China melambat dari rekor ekspansi 18,3% pada kuartal Januari-Maret. Hal itu disebabkan karena pandemi Covid-19 mengganggu rantai pasokan di seluruh dunia, memperlambat pergerakan barang dan mendorong biaya pengiriman lebih tinggi.
Global juga menghadapi kekurangan microchip, yang digunakan dalam segala hal mulai dari mobil hingga ponsel, juga menekan produsen. Pekan lalu, indeks manajer pembelian manufaktur resmi China menunjukkan bahwa pertumbuhan aktivitas pabrik melambat pada April dari bulan sebelumnya.
Di sisi lain, pada hari Kamis minggu lalu, China "tanpa batas waktu" menghentikan dialog ekonomi dengan Australia. Hal ini menjadi kabar terbaru terkait keretakan diplomatik yang berkembang antara kedua negera.
Hubungan keduanya memanas, sejak Australia menyerukan penyelidikan tentang asal-usul Covid-19 dan melarang raksasa telekomunikasi China Huawei membangun jaringan 5G-nya.
Tahun lalu, China menjatuhkan sanksi atas produk-produk asal Australia seperti anggur dan daging sapi. Dalam sebuah pernyataan, komisi pemerintah China menuduh Australia memiliki "pola pikir Perang Dingin".
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(akr)