Potensi Praktis Listrik Arus Laut Nasional Capai 6.000 MW
A
A
A
JAKARTA - Sebagai negara kepulauan, Indonesia mempunyai topografi yang ideal untuk mengembangkan energi dari arus laut. Selat antara dua pulau menghasilkan potensi energi yang cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif berbasis energi baru terbarukan.
Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2009-2014, Mukhtasor, secara teoretis, total sumber daya energi laut nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis panas laut, gelombang laut dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 Megawatt (MW). Namun demikian, kata Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) ini, potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi sekarang dan secara praktis memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW.
Di antara potensi sedemikian besar tersebut, industri energi laut adalah yang paling siap dikembangkan adalah yang berbasis teknologi gelombang dan teknologi arus pasang surut. Potensi praktisnya diperkirakan mencapai 6.000 MW.
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak mempunyai selat-selat yang jaraknya sempit yang mengindikasikan arus laut yang potensial untuk dikembangkan seperti yang di Selat Larantuka, yang katanya arusnya merupakan yang terkuat di dunia dan kita masih mempunyai banyak selat-selat lainnya yang masih kita identifikasikan yang layak untuk dikembangkan," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana dalam siaran pers, Minggu (1/4/2018).
Dalam rangka mengembangkan energi arus laut, pada 9 November 2017 lalu, delegasi Indonesia dipimpin Rida Mulyana mengunjungi perusahaan pengembang energi arus laut, Naval Energies, di Cherbourg, Perancis. Energi arus laut yang dikembangkan Naval Energies memiliki teknologi turbin sederhana, yaitu hanya memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air laut sebagai pelumas. Dengan teknologi itu, biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknologi propeler. Teknologi open hydro open centre turbine yang memiliki diameter 16 meter dan kecepatan arus 2-5 meter per detik itu dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW.
PT Arus Indonesia Raya (AIR), perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Naval Energies dalam mengembangkan industri turbin arus laut, telah melakukan studi di beberapa lokasi Indonesia. Terdapat beberapa wilayah yang cocok apabila di kembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL).
Dalam rangka mendorong pengembangan listrik arus laut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pada Sabtu (31/3) lalu meninjau lokasi rencana pengembangan PLTAL di Selat Larantuka, Nusa Tenggara Timur. PLTAL tersebut akan terintegrasi dengan Jembatan Pancasila-Palmerah sepanjang kurang lebih 810 meter yang akan menghubungkan Pulau Adonara dan Pulau Flores. PLTAL pertama di Indonesia tersebut akan menghasilkan listrik sebesar 20 MW yang diharapkan membuat Pulau Adonara lebih berkembang, sama seperti Pulau Flores.
Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) periode 2009-2014, Mukhtasor, secara teoretis, total sumber daya energi laut nasional sangat melimpah, meliputi energi dari jenis panas laut, gelombang laut dan arus laut, yaitu mencapai 727.000 Megawatt (MW). Namun demikian, kata Ketua Asosiasi Energi Laut Indonesia (ASELI) ini, potensi energi laut yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan teknologi sekarang dan secara praktis memungkinkan untuk dikembangkan, berkisar antara 49.000 MW.
Di antara potensi sedemikian besar tersebut, industri energi laut adalah yang paling siap dikembangkan adalah yang berbasis teknologi gelombang dan teknologi arus pasang surut. Potensi praktisnya diperkirakan mencapai 6.000 MW.
"Sebagai negara kepulauan, Indonesia banyak mempunyai selat-selat yang jaraknya sempit yang mengindikasikan arus laut yang potensial untuk dikembangkan seperti yang di Selat Larantuka, yang katanya arusnya merupakan yang terkuat di dunia dan kita masih mempunyai banyak selat-selat lainnya yang masih kita identifikasikan yang layak untuk dikembangkan," ujar Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana dalam siaran pers, Minggu (1/4/2018).
Dalam rangka mengembangkan energi arus laut, pada 9 November 2017 lalu, delegasi Indonesia dipimpin Rida Mulyana mengunjungi perusahaan pengembang energi arus laut, Naval Energies, di Cherbourg, Perancis. Energi arus laut yang dikembangkan Naval Energies memiliki teknologi turbin sederhana, yaitu hanya memiliki satu bagian yang bergerak menggunakan air laut sebagai pelumas. Dengan teknologi itu, biaya operasi dan pemeliharaan lebih rendah jika dibandingkan menggunakan teknologi propeler. Teknologi open hydro open centre turbine yang memiliki diameter 16 meter dan kecepatan arus 2-5 meter per detik itu dapat menghasilkan listrik sebesar 2 MW.
PT Arus Indonesia Raya (AIR), perusahaan yang memiliki kerja sama dengan Naval Energies dalam mengembangkan industri turbin arus laut, telah melakukan studi di beberapa lokasi Indonesia. Terdapat beberapa wilayah yang cocok apabila di kembangkan pembangkit listrik tenaga arus laut (PLTAL).
Dalam rangka mendorong pengembangan listrik arus laut, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan pada Sabtu (31/3) lalu meninjau lokasi rencana pengembangan PLTAL di Selat Larantuka, Nusa Tenggara Timur. PLTAL tersebut akan terintegrasi dengan Jembatan Pancasila-Palmerah sepanjang kurang lebih 810 meter yang akan menghubungkan Pulau Adonara dan Pulau Flores. PLTAL pertama di Indonesia tersebut akan menghasilkan listrik sebesar 20 MW yang diharapkan membuat Pulau Adonara lebih berkembang, sama seperti Pulau Flores.
(fjo)