Pacu Pertumbuhan Energi Baru Terbarukan Diyakini Datangkan Investasi

Rabu, 04 April 2018 - 15:50 WIB
Pacu Pertumbuhan Energi Baru Terbarukan Diyakini Datangkan Investasi
Pacu Pertumbuhan Energi Baru Terbarukan Diyakini Datangkan Investasi
A A A
JAKARTA - Pertumbuhan energi baru dan terbarukan Indonesia berdasarkan laporan Global Subsidies Initiative (GSI) yang merupakan bagian dari International Institute for Sustainable Development (IISD) tidak akan mencapai 23% dari total bauran energi nasional pada tahun 2025. Terkecualian ada perubahan signifikan dalam kebijakan dan peraturan.

Target ini ditetapkan sebagai bagian dari serangkaian kebijakan yang dituangkan di dalam Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia di bawah Perjanjian Iklim Paris (Paris Climate Agreement) pada tahun 2015, dan merupakan target yang sangat penting untuk mencapai tujuan pengurangan emisi gas rumah kaca.

Untuk mengetahui alasan mengapa energi terbarukan di Indonesia belum tumbuh secepat di negara-negara lain, GSI mewawancarai 26 pemangku kepentingan terkait yang mewakili para pembuat kebijakan, pelaku usaha, LSM, dan pakar-pakar energi

Penasehat Senior Kebijakan GSI Richard Bridle menilai, kemungkinan Indonesia untuk mencapai target 23% sebelum 2025 akan sangat kecil, kecuali dibuat kebijakan baru yang menciptakan kemauan yang lebih besar untuk menumbuhkan energi terbarukan.

"Banyak pihak berkepentingan yang kami wawancarai melihat hal ini dan mereka mengemukakan kekhawatiran bahwa kebijakan saat ini tidak menyediakan insentif yang cukup untuk menumbuhkan energi terbarukan. Jika regulasi investasi dipermudah, ini akan menjadi langkah pertama yang penting untuk melesatkan pembangunan energi terbarukan di Indonesia serta mendatangkan investasi,” kata Bridle dalam keterangan resmi, Rabu (4/4/2018)

Sementara Duta besar Denmark untuk Indonesia Rasmus Abildgaard Kristensen menambahkan, dalam beberapa tahun terakhir, biaya pembangkitan berbasis energi terbarukan turun dengan laju yang sangat cepat. Di Denmark, misalnya, energi angin sudah menjadi sumber energi yang paling murah.

Indonesia -yang memiliki sumber daya dari angin, surya, biomasa, air, dan panas bumi yang melimpah– terang dia berpeluang sangat besar untuk mengambil keuntungan dari inovasi teknologi dan penurunan harga energi terbarukan untuk merubah bauran energi secara keseluruhan.

"Tetapi, seperti terlihat dalam laporan dari GSI ini, para pembuat kebijakan dan investor perlu menghadapi peluang-peluang ekonomi maupun tantangan-tantangan yang akan timbul dari keinginan untuk menumbuhkan energi terbarukan di Indonesia." terang dia

Paul Westin, Embassy of Sweden & Swedish Energy Agency menambahkan, diperlukan optimisme dari para pengambil keputusan penting dalam mengembangkan energi terbarukan di Indonesia. Energi terbarukan semakin lebih kompetitif secara global, sementara sumber energi “baru” seperti misalnya energi nuklir, menjadi lebih mahal. "Indonesia sebetulnya bisa menghindari penggunaan energi nuklir, yang pernah diusulkan oleh beberapa pihak untuk mencapai “target baru dan terbarukan” pungkas Westin.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7337 seconds (0.1#10.140)