Borong Pesawat Lion Air Kuasai Asia Pasifik

Rabu, 11 April 2018 - 08:29 WIB
Borong Pesawat Lion Air Kuasai Asia Pasifik
Borong Pesawat Lion Air Kuasai Asia Pasifik
A A A
JAKARTA - Maskapai nasional Lion Air Group memanfaatkan momentum pertumbuhan bisnis penerbangan dengan memborong 50 unit pesawat jenis Boeing 737 MAX 10. Aksi korporasi akan mendukung ambisi maskapai berlogo kepala singa tersebut yang ingin menguasai pasar regional ASEAN dan Asia Pasifik.

Dalam pembelian pesawat terbarunya, Lion Air Group menggelontorkan dana USD6,24 miliar atau setara Rp85,4 triliun (kurs Rp13.700). Transaksi tersebut semakin mengukuhkan Lion Air Group sebagai salah satu maskapai dengan armada terbanyak di Asia. Total, hingga kemarin maskapai yang didirikan oleh Rusdi Kirana itu telah memesan 1.273 unit pesawat dari berbagai produsen termasuk Boeing dan Airbus.

Aksi pembelian pesawat oleh Lion merupakan respons cukup tepat di tengah pertumbuhan angkutan dari tahun ke tahun. Kendati demikian, Lion Air juga harus terus dapat memperbaiki layanannya. Selama ini maskapai tersebut kerap dikeluhkan penggunanya akibat sering mengalami penundaan keberangkatan sehingga merugikan penumpang.

Direktorat Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan ( Kemenhub) mencatat, Lion Air pada akhir 2017 lalu berada di urutan ke-11 maskapai dengan tingkat ketepatan waktu on time performance (OTP) dengan persentase 71,32%. Sementara di urutan pertama OTP terbaik adalah maskapai NAM Air dengan 92,62%.

Asosiasi Maskapai Penerbangan Internasional (International Air Transport Association/IATA) memperkirakan, kawasan Asia Pasifik akan mengalami pertumbuhan permintaan terbesar dalam industri penerbangan pada periode 2015-2035.

Menurut IATA, China akan menggantikan Amerika Serikat (AS) sebagai pasar terbesar penerbangan dengan jumlah penumpang mencapai 1,3 miliar pada 2024. Selama kurun waktu 2015-2035, China akan mendapatkan tambahan penumpang baru sekitar 817 juta. Adapun di Indonesia, jumlah penumpang udaranya diperkirakan mencapai 442 juta orang dengan penambahan penumpanag baru sekitar 135 juta orang hingga 2035. Sementara India dan Vietnam masing-masing akan mendapatkan penumpang baru sebanyak 322 juta dan 112 juta orang pada periode yang sama.

Saat ini, Lion Air Group mengoperasikan 408 unit pesawat. Sementara 50 pesawat baru yang penandatanganan pembeliannya dilakukan kemarin, akan datang secara bertahap mulai tahun 2020 dan secara penuh akan datang pada 2023.

Pembelian pesawat baru dalam jumlah besar bukan kali ini saja di lakukan Lion. Sebelumnya, pada 2013 silam perusahaan penerbangan ini juga membeli 234 unit pesawat Airbus jenis A320. Pada 2011 lalu, di Bali Lion juga sepakat membeli 230 unit pesawat senilai USD2,17 miliar. Perjanjian pembelian kedua momen tersebut boleh dibilang bersejarah karena disaksikan dua pimpinan negara pada saat itu.

Presiden Direktur Lion Air Group Edward Sirait mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang besar dan destinasi pariwisata yang terus bertambah, kebutuhan akan moda transportasi pesawat setiap tahun terus meningkat. Jumlah penumpang pada 2030 diprediksi mencapai lebih dari 335 juta orang dan itu butuh pesawat lebih dari 1.000 pesawat.

“Kami memiliki jumlah penumpang mencapai 335 juta orang hanya untuk penerbangan domestik. Nantinya kita akan masuk ke pasar regional, baik ASEAN atau Asia Pasifik. Kami meyakini, industri maskapai ke depan masih cukup cerah,” ujar Edward di Jakarta kemarin.

Dia mengaku, pesawat ini akan menguntungkan karena memiliki tingkat efisiensi tinggi dari segi konsumsi bahan bakar. Dengan kelebihan teknologi bahan bakar yang lebih irit dan jumlah penumpang lebih banyak, Boeing 737 Max 10 ini akan digunakan untuk pengembangan rute jarak jauh.

"Kita akan gunakan untuk rute penerbangan jarak jauh seperti dari Lombok atau Bali ke China. Atau dari kota lain tujuan Jeddah. Nantinya pesawat ini bisa terbang tujuh jam nonstop," ujarnya.

Edward juga mengatakan, semua pendanaan untuk pembelian pesawat akan berasal dari perbankan AS. Namun, dia menjelaskan, kesepakatan dengan bank tersebut masih bisa berubah. Sayangnya Edward enggan menjelaskan lebih rinci terkait fasiltas bunga pinjaman tersebut.

“Dengan 737 MAX 10 ini, Lion Air akan memiliki serangkaian pilihan armada yang efisien dan andal untuk mengoptimalkan jaringannya dalam melayani pelanggan sekaligsu meningkatkan keuntungan," ucap Dinesh.

Sementara itu, Pendiri Lion Air Group Rusdi Kirana menyatakan, dengan tambahan pembelian 50 pesawat jenis baru ini maka hingga saat ini jumlah pesawat Lion yang dibeli sebanyak 480 pesawat sejak didirikan pada 2007 lalu. Selain itu, 50 pesawat ini pengoperasiannya akan dibagikan antara Lion dan Batik, namun untuk jumlah pastinya belum ditentukan. Selain itu, Lion Air Group juga mengoperasikan Wings Air, Malindo dan Thai Lion.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengapresiasi langkah Lion Air yang merealisasikan pembelian 50 pesawat generasi terbaru keluaran Boeing. Dia berharap maskapai tersebut dapat memberikan kontribusi lebih bagi pemerintah dan dunia penerbangan tanah air.

Lebih lanjut Budi Karya menegaskan, sejak akhir 2017 lalu, peringkat Audit Keselamatan Penerbangan di Indonesia yang dilakukan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) naik menjadi urutan ke-55 dari sebelumnya peringkat 151. Selain itu, kata dia, Indonesia kini sedang menghadapi penilaian dari Uni Eropa untuk menghapus beberapa maskapai nasional yang masih berada dalam daftar larangan terbarng ke wilayah Uni Eropa.

“Kita harap tahun ini yang mendapat banned dari Eropa akan bebas setelah belasan tahun,” ujar Menhub.

Pengamat penerbangan Alvin Lie menilai, aksi pembelian yang dilakukan Lion Air Group bisa menjadi solusi untuk menambah atau meremajakan unit pesawat jarak menengah. Menurutnya, unit baru tersebut belum tentu untuk Lion Air namun juga maskapai Lion Group lainnya. Namun, dia melihat ini bahwa aksi korporasi tersebu menunjukkan adanya optimistme perusahaan nasional yang siap menggarap pasar Asia, khususnya Asia Tenggara.

"Ini semangat yang optimistis. Pasar penerbangan di Indonesia selalu tumbuh di atas 10% sejak tahun 2000. Kita salah satu pasar paling menjanjikan di dunia," ujar Alvin.

Dia juga mengatakan bahwa pasar untuk destinasi Jeddah atau Arab Saudi sangat menjanjikan. Selain itu juga destinasi China juga ada potensi wisata dan bisnis di sana.

Pada saat yang hampir bersamaan, Lion Air Group menyepakati kemitraan dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dalam pengembangan bahan bakar nabati bioavtur. Kerja sama ini merupakan upaya perusahaan dalam mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. (Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6062 seconds (0.1#10.140)