Sawit RI Diboikot ke Eropa, Prancis Didorong Bantu RI Lobi UE

Jum'at, 13 April 2018 - 22:43 WIB
Sawit RI Diboikot ke...
Sawit RI Diboikot ke Eropa, Prancis Didorong Bantu RI Lobi UE
A A A
JAKARTA - Pemerintah Prancis didorong melobi Uni-Eropa (UE) agar tidak memboikot ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) Indonesia. Bila tetap diboikot, negara yang dipimpin Emmanuel Marcon itu terancam kehilangan devisa sebesar Rp233 triliun atau sekitar USD24 miliar.

“Kita perkirakan Prancis akan kehilangan devisa sebesar USD24 miliar,” ujar Juru Bicara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Rizal Calvary Marimbo lewat keterangan resmi yang diterima SINDOnews, Jumat (13/4/2018).

Dia menerangkan, kerugian tersebut bakal datang dari pembatalan pembelian pesawat oleh Lion Air Group kepada perusahaan pembuat pesawat asal Prancis Airbus sebanyak 234 pesawat. Lion Air Group sebelumnya telah memesan sebanyak 234 pesawat baru jenis Airbus A320 yang terdiri 109 pesawat A320neo, 65 A321neo, & 60 A320ceo. Lion Air Group mengeluarkan dana sebesar USD24 miliar (Rp233 triliun) untuk membeli pesawat-pesawat tersebut.

(Baca Juga: Sawit RI Dilarang ke Eropa, Lion Air Ancam Batal Beli Pesawat Airbus
Lion Air Group telah menyatakan kesiapannya mendukung pemerintah dengan memboikot impor ratusan pesawat Airbus dari Prancis. “Kalau Lion Air sampai batalkan pembelian ratusan pesawat, Prancis akan kehilangan devisa sekitar USD24 miliar, bisa mengguncang proses manufacturing Airbus. Apalagi manufacturing dan produksi ratusan pesawat sudah mulai berjalan. Kalau kita batalin rugi besar dia,” jelas Rizal.

Lanjut Rizal, bila Prancis tidak membantu Indonesia, bisa saja Lion Air Group mengalihkan pembelian pesawat ke Boeing. “Sebelumnya, Lion Air juga membeli 201 pesawat Boeing yang nilainya USD22 miliar (Rp214 triliun). Tapi sudahlah itu urusan Lion Air. Asal Prancis tahu saja kita bisa beralih ke pesaing,” pungkas dia.

Peranan Prancis

Sebab itu, PSI berharap agar Prancis segera membantu industri pesawat terbangnya dengan cara membantu Indonesia melobi agar Uni Eropa tidak memboikot minyak sawit Indonesia. “Bahwa ada yang harus Indonesia benahi di industri sawitnya, ini tugas pemerintah dan pelaku usaha serta korporasi,” ujar dia.

PSI berharap, Prancis menggunakan pengaruhnya yang sangat besar di Uni Eropa untuk membantu Indonesia. “Perancis dipandang sebagai centre of gravity di Eropa. Itu terlihat dari jumlah kursi Perancis terbanyak di parlemen Uni Eropa lebih dari 70 kursi. Jadi, Prancis semestinya bisa bantu Indonesia,” pungkas Rizal.

Rizal mengatakan, Prancis merupakan salah satu negara yang memiliki peran penting dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan Uni Eropa, selain Jerman dan Polandia. Namun, PSI mengingatkan Uni Eropa jangan sampai terbawa agenda perang dagang yang tidak sehat. PSI mendukung perang terhadap boikot CPO Indonesia mengingat industri ini telah menjadi industri strategis nasional.

Selain itu sebanyak 16 juta jiwa terlah diserap secara langsung oleh lapangan kerja industri ini. “Industri ini berkontribusi besar terhadap perekonomian bangsa dan perannya sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan dan energi nasional. Dia tidak saja menjadi industri strategis tapi juga menjadi satu komoditas strategis. PSI akan allout,” ujarnya.

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat nilai ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 mencapai USD22,97 miliar, naik 26% dibandingkan 2016 sebesar USD18,22 miliar. Melonjaknya ekspor tersebut menyebabkan nilai sumbangan devisa minyak sawit ikut meningkat.

Adapun secara volume, ekspor minyak sawit Indonesia pada 2017 juga tercatat tumbuh 23,6% menjadi 31,05 juta ton dari 25,11 juta ton pada 2016, di luar ekspor biodiesel dan oleochemical. Peningkatan ekspor itu terjadi seiring dengan perluasan pasar ekspor non tradisional.

Kelapa sawit juga telah memberikan sumbangan terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional, utamanya sektor perkebunan. Sektor perkebunan sendiri telah mengalahkan sektor minyak dan gas (migas) dalam sumbangsinya terhadap PDB nasional yakni sebesar Rp429 triliun. Sedangkan migas hanya sebesar Rp365 triliun dan terus mengalami penurunan.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0689 seconds (0.1#10.140)