Jelang Puasa, Impor Kurma Asal Mesir Melejit 86%
A
A
A
JAKARTA - Peningkatan impor pada beberapa komoditas terjadi menjelang puasa, salah satunya yang luar biasa yakni kurma asal Mesir. Terjadi lonjakan besar mencapai USD17,8 juta atau naik 86% dibanding Februari 2018, ketika bulan depan sudah memasuki bulan puasa.
"Jadi sudah ada impor kurma dalam rangka menghadapi puasa dan Lebaran. Terutama berasal dari Mesir," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat memaparkan realisasi impor Maret 2018 di Gedung BPS, Jakarta, Senin (16/4/2018).
(Baca Juga: Alhamdulillah, Neraca Perdagangan Maret 2018 Surplus USD1,09 Miliar
Tercatat realisasi impor pada Maret 2018 mengalami kenaikan sebesar 9,07% jika dibanding periode sama tahun lalu. Dari realisasi tersebut, 74,76% nya merupakan impor bahan baku, 16,94% barang modal, dan 8,30% barang konsumsi.
"Impor pada Maret 2018 sebesar USD14,49 miliar naik 2,13% dibanding Februari 2018. Alhamdulillah posisi Maret jauh lebih bagus dari Januari dan Februari 2018. Kalau impor bahan baku bergerak tinggi, akan menggerakkan perekonomian di dalam negeri," sambung pria yang akrab disapa kecuk itu.
Menurutnya, kenaikan impor ini terjadi karena kenaikan impor nonmigas dan impor migas. Pada Maret 2018, impor nonmigas mencapai USD12,23 miliar atau naik 2,30% dibanding Februari 2018, sedangkan impor migas pada Maret 2018 mencapai USD2,26 miliar atau naik 1,24% dibanding Februari 2018.
"Kenaikan impor terjadi karena kenaikan impor nonmigas dan impor migas. Dua-duanya mengalami peningkatan," tegas dia.
Kecuk menambahkan, peningkatan impor terbesar terjadi pada mesin dan pesawat mekanik, besi dan baja, buah-buahan, bijian berminyak, dan perangkat optik. Sedangkan yang turun adalah mesin dan peralatan listrik, bahan bakar minyeral, serealia, kapal terbang dan bagiannya, bijih, kerak dan abu logam.
Rincian peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2018 dibanding Februari 2018 yakni golongan mesin dan pesawat mekanik USD286,9 juta (14,84%), sedangkan penurunan terbesar yaitu golongan mesin dan peralatan listrik sebesar USD153,1 juta (9,19%).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Maret 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai USD10,16 miliar (27,30%), Jepang USD4,33 miliar (11,64%), dan Thailand USD2,57 miliar (6,89%). Impor nonmigas dari ASEAN 20,84%, sementara dari Uni Eropa 9,41%.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Maret 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 22,08%, 18,35%, dan 27,72%.
"Jadi sudah ada impor kurma dalam rangka menghadapi puasa dan Lebaran. Terutama berasal dari Mesir," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat memaparkan realisasi impor Maret 2018 di Gedung BPS, Jakarta, Senin (16/4/2018).
(Baca Juga: Alhamdulillah, Neraca Perdagangan Maret 2018 Surplus USD1,09 Miliar
Tercatat realisasi impor pada Maret 2018 mengalami kenaikan sebesar 9,07% jika dibanding periode sama tahun lalu. Dari realisasi tersebut, 74,76% nya merupakan impor bahan baku, 16,94% barang modal, dan 8,30% barang konsumsi.
"Impor pada Maret 2018 sebesar USD14,49 miliar naik 2,13% dibanding Februari 2018. Alhamdulillah posisi Maret jauh lebih bagus dari Januari dan Februari 2018. Kalau impor bahan baku bergerak tinggi, akan menggerakkan perekonomian di dalam negeri," sambung pria yang akrab disapa kecuk itu.
Menurutnya, kenaikan impor ini terjadi karena kenaikan impor nonmigas dan impor migas. Pada Maret 2018, impor nonmigas mencapai USD12,23 miliar atau naik 2,30% dibanding Februari 2018, sedangkan impor migas pada Maret 2018 mencapai USD2,26 miliar atau naik 1,24% dibanding Februari 2018.
"Kenaikan impor terjadi karena kenaikan impor nonmigas dan impor migas. Dua-duanya mengalami peningkatan," tegas dia.
Kecuk menambahkan, peningkatan impor terbesar terjadi pada mesin dan pesawat mekanik, besi dan baja, buah-buahan, bijian berminyak, dan perangkat optik. Sedangkan yang turun adalah mesin dan peralatan listrik, bahan bakar minyeral, serealia, kapal terbang dan bagiannya, bijih, kerak dan abu logam.
Rincian peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2018 dibanding Februari 2018 yakni golongan mesin dan pesawat mekanik USD286,9 juta (14,84%), sedangkan penurunan terbesar yaitu golongan mesin dan peralatan listrik sebesar USD153,1 juta (9,19%).
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Maret 2018 ditempat oleh Tiongkok dengan nilai USD10,16 miliar (27,30%), Jepang USD4,33 miliar (11,64%), dan Thailand USD2,57 miliar (6,89%). Impor nonmigas dari ASEAN 20,84%, sementara dari Uni Eropa 9,41%.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal selama Januari-Maret 2018 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 22,08%, 18,35%, dan 27,72%.
(akr)