Kuartal I, Kucuran Kredit PermataBank Capai Rp99,8 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Permata Tbk (PermataBank) hingga kuartal I/2018 mencatatkan kredit sebesar Rp99,8 triliun, tumbuh Rp4,4 triliun atau sekitar 4,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang sebesar Rp95,4 triliun.
Pertumbuhan kredit ini dikontribusikan oleh seluruh segmen, meliputi retail banking dan wholesale banking. Hal ini sejalan dengan fokus bank untuk terus menumbuhkan kredit berkualitas baik setelah proses konsolidasi di tahun sebelumnya.
Selain pertumbuhan kredit, pada periode yang sama PermataBank juga berhasil memperbaiki dan mempertahankan kualitas aset. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana rasio NPL gross dan net menjadi masing-masing sebesar 4,6% dan 1,7% dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 6,4% dan 2,2%.
"NPL coverage ratio juga terus terjaga dengan baik dan meningkat dari 135% pada Maret 2017 menjadi 194% di Maret 2018. Hal ini mengindikasikan bahwa kami secara terus menerus memitigasi potensi kerugian kredit secara berhati-hati," ungkap Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah dalam siaran pers, Selasa (24/4/2018).
Dia menambahkan, likuiditas PermataBank juga terus terjaga kuat dan optimal dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 89% dibandingkan dengan 75% pada periode yang sama tahun lalu. Bank juga terus memperbaiki struktur pendanaannya, tercermin dari rasio CASA yang lebih tinggi yaitu 49% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 46%. Tumbuhnya CASA akan tetap menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas likuiditas dan biaya dana.
Kecukupan modal juga terjaga dengan baik, tercermin dari meningkatnya rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan capital adequacy ratio (CAR) masing-masing sebesar 15,1% dan 17,7%, dibanding 13,2% dan 17,0% pada periode yang sama tahun lalu.
"Hal ini disebabkan kinerja PermataBank yang semakin membaik dan telah berhasil diselesaikannya rights issue senilai Rp3 triliun di bulan Juni 2017," jelasnya.
Pada kuartal pertama ini, laba bersih setelah pajak PermataBank setelah normalisasi meningkat secara signifikan menjadi sebesar Rp164 miliar. Hal ini terutama dikontribusikan oleh penurunan biaya provisi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 31% menjadi Rp465 miliar dari Rp670 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
"Intinya, mengawali tahun 2018 ini dapat kami sampaikan bahwa PermataBank telah kembali tumbuh secara positif, terutama di dalam penyaluran kredit setelah proses konsolidasi yang kami lakukan di tahun sebelumnya. Kami terus mengembangkan bisnis kami secara hati-hati untuk menciptakan nilai lebih bagi semua stakeholders," pungkas Ridha.
Pertumbuhan kredit ini dikontribusikan oleh seluruh segmen, meliputi retail banking dan wholesale banking. Hal ini sejalan dengan fokus bank untuk terus menumbuhkan kredit berkualitas baik setelah proses konsolidasi di tahun sebelumnya.
Selain pertumbuhan kredit, pada periode yang sama PermataBank juga berhasil memperbaiki dan mempertahankan kualitas aset. Hal ini tercermin pada rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) yang menunjukkan perbaikan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana rasio NPL gross dan net menjadi masing-masing sebesar 4,6% dan 1,7% dibandingkan Maret 2017 yang sebesar 6,4% dan 2,2%.
"NPL coverage ratio juga terus terjaga dengan baik dan meningkat dari 135% pada Maret 2017 menjadi 194% di Maret 2018. Hal ini mengindikasikan bahwa kami secara terus menerus memitigasi potensi kerugian kredit secara berhati-hati," ungkap Direktur Utama PermataBank Ridha DM Wirakusumah dalam siaran pers, Selasa (24/4/2018).
Dia menambahkan, likuiditas PermataBank juga terus terjaga kuat dan optimal dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 89% dibandingkan dengan 75% pada periode yang sama tahun lalu. Bank juga terus memperbaiki struktur pendanaannya, tercermin dari rasio CASA yang lebih tinggi yaitu 49% dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 46%. Tumbuhnya CASA akan tetap menjadi prioritas untuk menjaga stabilitas likuiditas dan biaya dana.
Kecukupan modal juga terjaga dengan baik, tercermin dari meningkatnya rasio Common Equity Tier 1 (CET-1) dan capital adequacy ratio (CAR) masing-masing sebesar 15,1% dan 17,7%, dibanding 13,2% dan 17,0% pada periode yang sama tahun lalu.
"Hal ini disebabkan kinerja PermataBank yang semakin membaik dan telah berhasil diselesaikannya rights issue senilai Rp3 triliun di bulan Juni 2017," jelasnya.
Pada kuartal pertama ini, laba bersih setelah pajak PermataBank setelah normalisasi meningkat secara signifikan menjadi sebesar Rp164 miliar. Hal ini terutama dikontribusikan oleh penurunan biaya provisi yang cukup signifikan, yaitu sebesar 31% menjadi Rp465 miliar dari Rp670 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
"Intinya, mengawali tahun 2018 ini dapat kami sampaikan bahwa PermataBank telah kembali tumbuh secara positif, terutama di dalam penyaluran kredit setelah proses konsolidasi yang kami lakukan di tahun sebelumnya. Kami terus mengembangkan bisnis kami secara hati-hati untuk menciptakan nilai lebih bagi semua stakeholders," pungkas Ridha.
(fjo)