Dana Pinjaman China untuk Kereta Cepat, Cair Bulan Depan
A
A
A
JAKARTA - PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memastikan dana pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk proyek kereta cepat Jakarta-Bandung akan cair bulan depan.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Steve Kosasih menyebutkan, proses pinjaman sudah masuk ke tahap financial closure, sehingga semua pihak, baik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sudah sepakat.
"Pencairan CDB paling lambat Mei karena sudah financial closure. Seluruh pihak, KCIC dan PSBI sebagai peminjam, pemegang saham dan empat BUMN kita, WIKA, Jasa Marga, PTPN VIII dan KAI semua sudah oke, serta kementerian terkait," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Porsi pendanaan proyek senilai USD6,071 miliar atau sekitar Rp81,9 triliun (kurs Rp13.500/USD) ini berasal dari CDB sebesar 75%, anggota konsorsium China 10%, sisanya anggota konsorsium lokal.
"Lahan sudah selesai, tinggal tunggu, kita harap awal atau pertengahan bulan depan. Ini menghilangkan semua keraguan kereta cepat jadi atau enggak ya" katanya.
Steve menjelaskan, keterlambatan pendanaan proyek karena adanya risiko yang harus ditanggung oleh CDB, sehingga bank harus berhati-hati.
"Karena konsesinya 50 tahun, utangnya 40 tahun, 10 tahun pertama grace period (masa tenggang), hanya bayar bunga saja. Setelah itu cicil pinjaman dalam dolar dengan bunga 2% selama 40 tahun, sangat murah," katanya.
Sementara, pembayaran utang pokok sendiri baru mulai tahun ke 11 hingga tahun ke 40 dengan bunga 2%, di mana membuat risiko CDB cukup besar terhadap proyek kereta cepat.
"Kalau 40 tahun itu dibagi 5 tahun, artinya 8 kali ganti Presiden. Jadi bagi mereka, risikonya tinggi. Mereka sangat hati-hati dan konservatif. Juga sempat terjadi permintaan dokumen legal yang sangat ketat," pungkasnya.
Direktur Keuangan Wijaya Karya Steve Kosasih menyebutkan, proses pinjaman sudah masuk ke tahap financial closure, sehingga semua pihak, baik PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) dan PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sudah sepakat.
"Pencairan CDB paling lambat Mei karena sudah financial closure. Seluruh pihak, KCIC dan PSBI sebagai peminjam, pemegang saham dan empat BUMN kita, WIKA, Jasa Marga, PTPN VIII dan KAI semua sudah oke, serta kementerian terkait," ujarnya di Jakarta, Selasa (24/4/2018).
Porsi pendanaan proyek senilai USD6,071 miliar atau sekitar Rp81,9 triliun (kurs Rp13.500/USD) ini berasal dari CDB sebesar 75%, anggota konsorsium China 10%, sisanya anggota konsorsium lokal.
"Lahan sudah selesai, tinggal tunggu, kita harap awal atau pertengahan bulan depan. Ini menghilangkan semua keraguan kereta cepat jadi atau enggak ya" katanya.
Steve menjelaskan, keterlambatan pendanaan proyek karena adanya risiko yang harus ditanggung oleh CDB, sehingga bank harus berhati-hati.
"Karena konsesinya 50 tahun, utangnya 40 tahun, 10 tahun pertama grace period (masa tenggang), hanya bayar bunga saja. Setelah itu cicil pinjaman dalam dolar dengan bunga 2% selama 40 tahun, sangat murah," katanya.
Sementara, pembayaran utang pokok sendiri baru mulai tahun ke 11 hingga tahun ke 40 dengan bunga 2%, di mana membuat risiko CDB cukup besar terhadap proyek kereta cepat.
"Kalau 40 tahun itu dibagi 5 tahun, artinya 8 kali ganti Presiden. Jadi bagi mereka, risikonya tinggi. Mereka sangat hati-hati dan konservatif. Juga sempat terjadi permintaan dokumen legal yang sangat ketat," pungkasnya.
(ven)