Bila Rupiah Terus Melemah, BI Akan Sesuaikan Bunga Acuan

Kamis, 26 April 2018 - 19:32 WIB
Bila Rupiah Terus Melemah, BI Akan Sesuaikan Bunga Acuan
Bila Rupiah Terus Melemah, BI Akan Sesuaikan Bunga Acuan
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyatakan siap melakukan penyesuaian suku bunga acuan (BI 7-day Repo Rate) apabila tekanan terhadap nilai tukar terus berlanjut serta berpotensi menghambat pencapaian sasaran inflasi dan menganggu stabilitas sistem keuangan.

"Kebijakan ini tentunya akan dilakukan secara berhati-hati, terukur, dan bersifat data dependence, mengacu pada perkembangan data terkini maupun perkiraan ke depan," tegas Gubernur BI Agus dalam konferensi pers di Gedung BI, Kamis (26/4/2018).

Seperti diketahui, nilai tukar rupiah beberapa waktu belakangan ini terus tertekan oleh dolar AS. Namun, rupiah tak sendirin, menurut Agus depresiasi yang dialami rupiah juga dialami oleh hampir semua mata uang dunia (broad based).

Hal itu disebabkan oleh menguatnya mata uang dolar AS (USD) sebagai dampak dari berlanjutnya kenaikan imbal hasil (yield) UST (suku bunga obligasi negara AS) hingga mencapai 3,03% (tertinggi sejak tahun 2013). Di dalam negeri, suku bunga acuan BI 7-day Repo Rate tercatat sebesar 4,25%, tak berubah sejak 22 September 2017.

Di bagian lain, depresiasi rupiah juga terkait faktor musiman permintan valas yang meningkat pada triwulan II antara lain untuk keperluan pembayaran utang luar negeri dan pembiayaan impor, dan dividen.

Agus menegaskan, fundamental ekonomi Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang kuat. Hal itu antara lain tercermin dari inflasi yang masih sesuai dengan kisaran 3,5+1%, defisit transaksi berjalan lebih rendah dari batas aman 3% produk domestik bruto (PDB), momentum pertumbuhan ekonomi yang berlanjut diikuti oleh struktur pertumbuhan yang lebih baik, dan stabilitas sistem keuangan yang tetap kuat.

Agus menambahkan, kepercayaan asing juga terus membaik tercermin pada peningkatan peringkat Indonesia oleh Moody’s, JCRA, dan R&I serta dimasukkannya obligasi negara ke dalam Bloomberg Global Bond Index.

Terlepas dari itu, BI mencatat sampai dengan Rabu (25/4), tekanan masih berlanjut, di mana rupiah terdepresiasi sebesar -0,23% atau -1,09% (mtd). Namun, depresiasi rupiah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan depresiasi mata uang negara Asia lain, termasuk Thailand THB (-1,14%, mtd), Malaysia MYR (-1,23%, mtd), Singapore SGD (-1,24%, mtd), Korea Selatan KRW (-1,58%, mtd), dan India INR (-2,57%, mtd).

Dengan memperhatikan perkembangan tersebut, kata dia, BI telah melakukan langkah-langkah stabilisasi baik di pasar valas maupun pasar SBN (dual intervention) untuk meminimalkan depresiasi yang terlalu cepat dan berlebihan.

Ke depan, untuk memperkuat upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dengan tetap mendorong mekanisme pasar, BI akan menempuh sejumlah langkah, di antaranya senantiasa berada di pasar untuk memastikan tersedianya likuiditas dalam jumlah yang memadai baik valas maupun rupiah.

"Kita memantau dengan seksama perkembangan perekonomian global dan dampaknya terhadap perekonomian domestik. Kita juga mempersiapkan second line of defense bersama dengan institusi eksternal terkait," ujarnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6244 seconds (0.1#10.140)