CEO Adidas: 10% Produk Adidas di Asia Adalah Palsu
A
A
A
BERLIN - Chief Executive Officer Adidas Kasper Rorsted mengatakan barang palsu tetap menjadi masalah besar bagi industri ritel global. Dan kebanyakan barang palsu, kata dia, banyak berada di Asia, termasuk produk Adidas.
Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman ini, menyatakan telah menghitung bahwa 10% dari produk Adidas yang dijual di Asia merupakan barang palsu, termasuk produk yang ada di toko dan online.
"Ini tidak hanya menjadi masalah di Asia juga masalah di pasar secara keseluruhan. Berdasarkan perhitungan kami hingga 10% produk Adidas di Asia adalah palsu," ujar Rorsted kepada CNBC, Kamis (3/5/2018).
Dan hal ini menjadi masalah besar bagi industri pakaian olahraga yang bermarkas di Herzogenaurach, Bavaria, Jerman.
Meski dilanda pemalsuan produk, Adidas melaporkan pada Kamis ini, laba bersih mereka meningkat di kuartal I 2018. Didorong oleh penjualan di Amerika Utara, China, dan secara online.
Mengutip Reuters, Kamis (3/5/2018), pertumbuhan penjualan di China merupakan yang terbesar, hingga 26%, disusul Amerika Utara sebanyak 21%, hanya 5% di Eropa Barat, sedangkan di Rusia, penjualan mereka menurun 16% imbas sanksi Uni Eropa terhadap Negeri Beruang Merah.
Pertumbuhan penjualan ini membuat Adidas menempati posisi juara penjualan pakaian olahraga di dunia. Saingan berat mereka, Nike mengalami penurunan penjualan sebesar 6% di Amerika Utara. Sementara Under Armor mengalami penjualan rata-rata di kuartal I 2018.
Atas penjualan tersebut, laba bersih Adidas naik 17% menjadi 542 juta euro (USD650 juta), melebihi perkiraan para analis yaitu sebesar 510 juta euro.
Adidas sendiri memiliki kehadiran yang kuat di pasar China. Dan lanjut Rorsted, pihaknya tidak khawatir soal kemungkinan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
"Sebagian besar manufaktur kami di China untuk melayani pasar China. Sedangkan manufaktur kami di Indonesia dan Vietnam untuk melayani pasar Amerika dan Eropa," terangnya.
Dan secara tahunan, penjualan Adidas meningkat 10% dibanding tahun lalu, didorong oleh penjualan di Amerika Utara dan Asia Pasifik. Tren athleisure, yaitu tren mode menggunakan pakaian olahraga dalam acara santai dan sosial menjadi penyebab.
Rorsted pun berharap tren athleisure ini terus berlangsung ke depannya. "Saya pikir tren menggunakan pakaian kasual terus berlanjut. Dan yang terpenting untuk mempertahankan ini, bagaimana kita melayani tren," katanya.
Perusahaan pakaian olahraga asal Jerman ini, menyatakan telah menghitung bahwa 10% dari produk Adidas yang dijual di Asia merupakan barang palsu, termasuk produk yang ada di toko dan online.
"Ini tidak hanya menjadi masalah di Asia juga masalah di pasar secara keseluruhan. Berdasarkan perhitungan kami hingga 10% produk Adidas di Asia adalah palsu," ujar Rorsted kepada CNBC, Kamis (3/5/2018).
Dan hal ini menjadi masalah besar bagi industri pakaian olahraga yang bermarkas di Herzogenaurach, Bavaria, Jerman.
Meski dilanda pemalsuan produk, Adidas melaporkan pada Kamis ini, laba bersih mereka meningkat di kuartal I 2018. Didorong oleh penjualan di Amerika Utara, China, dan secara online.
Mengutip Reuters, Kamis (3/5/2018), pertumbuhan penjualan di China merupakan yang terbesar, hingga 26%, disusul Amerika Utara sebanyak 21%, hanya 5% di Eropa Barat, sedangkan di Rusia, penjualan mereka menurun 16% imbas sanksi Uni Eropa terhadap Negeri Beruang Merah.
Pertumbuhan penjualan ini membuat Adidas menempati posisi juara penjualan pakaian olahraga di dunia. Saingan berat mereka, Nike mengalami penurunan penjualan sebesar 6% di Amerika Utara. Sementara Under Armor mengalami penjualan rata-rata di kuartal I 2018.
Atas penjualan tersebut, laba bersih Adidas naik 17% menjadi 542 juta euro (USD650 juta), melebihi perkiraan para analis yaitu sebesar 510 juta euro.
Adidas sendiri memiliki kehadiran yang kuat di pasar China. Dan lanjut Rorsted, pihaknya tidak khawatir soal kemungkinan perang dagang antara China dengan Amerika Serikat.
"Sebagian besar manufaktur kami di China untuk melayani pasar China. Sedangkan manufaktur kami di Indonesia dan Vietnam untuk melayani pasar Amerika dan Eropa," terangnya.
Dan secara tahunan, penjualan Adidas meningkat 10% dibanding tahun lalu, didorong oleh penjualan di Amerika Utara dan Asia Pasifik. Tren athleisure, yaitu tren mode menggunakan pakaian olahraga dalam acara santai dan sosial menjadi penyebab.
Rorsted pun berharap tren athleisure ini terus berlangsung ke depannya. "Saya pikir tren menggunakan pakaian kasual terus berlanjut. Dan yang terpenting untuk mempertahankan ini, bagaimana kita melayani tren," katanya.
(ven)