Nilai Tukar Rupiah Sentuh Rp14.000/USD, BI Klaim Tak Separah 2013
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menanggapi santai pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) yang terus merosot belakangan ini. Meskipun sudah menembus ke level Rp14.000 per USD, namun BI menerangkan pergerakannya tidak separah waktu 2013.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini tengah terjadi kenaikan suku bunga di bank sentral Amerika Serikat (AS). Hal tersebut yang mengakibatkan adanya perubahan pergerakan modal di dunia.
"Tapi kalau menurut BI perubahan pergerakan modal di dunia ini volatilitas tidak seperti 2013 yang saat itu keras sekali," katanya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Pasalnya, pada 2013 merupakan pertama kalinya bank sentral AS berencana menaikkan suku bunga. Kemudian, pada 2015 rencana kenaikan suku bunga AS terealisasi. "Jadi 2013 diumumkan, 2015 naik suku bunganya. Jadi volatiltlias 2013 dan 2015 cukup tinggi," imbuh dia.
Namun, kata Mirza, pengaruh kenaikan suku bunga AS pada tahun ini terhadap volatilitas nilai tukar hanya akan bersifat sementara. Volatilitas pun tidak hanya dirasakan Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia.
"Menurut kami sih volatilitas sementara saja dan dialami oleh berbagai negara. Filipina, India juga ada volatilitas. Turki dan Brazil juga. Bahkan negara negara maju seprti Swedia, Norwegia, Australia juga melemah kurs nya," tandasnya.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, saat ini tengah terjadi kenaikan suku bunga di bank sentral Amerika Serikat (AS). Hal tersebut yang mengakibatkan adanya perubahan pergerakan modal di dunia.
"Tapi kalau menurut BI perubahan pergerakan modal di dunia ini volatilitas tidak seperti 2013 yang saat itu keras sekali," katanya di Gedung Kemenko bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (8/5/2018).
Pasalnya, pada 2013 merupakan pertama kalinya bank sentral AS berencana menaikkan suku bunga. Kemudian, pada 2015 rencana kenaikan suku bunga AS terealisasi. "Jadi 2013 diumumkan, 2015 naik suku bunganya. Jadi volatiltlias 2013 dan 2015 cukup tinggi," imbuh dia.
Namun, kata Mirza, pengaruh kenaikan suku bunga AS pada tahun ini terhadap volatilitas nilai tukar hanya akan bersifat sementara. Volatilitas pun tidak hanya dirasakan Indonesia, melainkan hampir seluruh negara di dunia.
"Menurut kami sih volatilitas sementara saja dan dialami oleh berbagai negara. Filipina, India juga ada volatilitas. Turki dan Brazil juga. Bahkan negara negara maju seprti Swedia, Norwegia, Australia juga melemah kurs nya," tandasnya.
(akr)