Harga Minyak Dunia Jatuh Saat Pengeboran AS Meningkat
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia mengalami kejatuhan pada perdagangan, Senin (14/5/2018) dari posisi tertinggi pekan lalu seiring peningkatan aktivitas pengeboran minyak Amerika Serikat (AS). Sementara resistensi muncul di Eropa dan Asia terhadap sanksi AS terhadap eksportir minyak mentah utama Iran.
Namun seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah tetap mendekati posisi tertinggi lebih dari tiga tahun yang dicapai pekan lalu. Hal itu lantaran pasar memperkirakan ekspor minyak Iran bakal turun secara signifikan setelah sanksi Negeri Paman Sam -julukan AS- terakhir tahun ini.
Tercatat harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional berada di level USD76,79 per barel pada pukul 02.29 GMT, atau lebih rendah 33 sen yang setara 0,4% dari penutupan terakhir mereka. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di posisi USD70,51 per barel atau menyusut 19 sen setara 0,3%.
Brent dan WTI pekan lalu mencapai tertinggi sejak November 2014 di level USD78 dan USD71,89 per barel. "Sekitar satu juta barel minyak per hari kemungkinan akan hilang dari pasar minyak global jika sanksi AS terhadap Iran terjadi," kata Greg McKenna, Kepala Strategi Pasar di broker berjangka AxiTrader.
Sanksi baru terjadi di tengah pasar minyak yang tengah mengalami pengetatan karena rekor permintaan Asia dan pengendalian output sukarela yang ditujukan untuk menopang harga minyak yang dipimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ditambah dukungan dari sekelompok produsen non-OPEC termasuk Rusia.
Pasar juga tertahan oleh kenaikan pengeboran AS untuk produksi minyak baru. Aktivitas bor AS bertambah 10 rig minyak dalam seminggu hingga 11 Mei, sehingga jumlah total menjadi 844, dan menjadi yang tertinggi sejak Maret 2015, seperti disampaikan perusahaan jasa energi Baker Hughes di akhir pekan kemarin.
Namun seperti dilansir Reuters, harga minyak mentah tetap mendekati posisi tertinggi lebih dari tiga tahun yang dicapai pekan lalu. Hal itu lantaran pasar memperkirakan ekspor minyak Iran bakal turun secara signifikan setelah sanksi Negeri Paman Sam -julukan AS- terakhir tahun ini.
Tercatat harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan Internasional berada di level USD76,79 per barel pada pukul 02.29 GMT, atau lebih rendah 33 sen yang setara 0,4% dari penutupan terakhir mereka. Kontrak minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di posisi USD70,51 per barel atau menyusut 19 sen setara 0,3%.
Brent dan WTI pekan lalu mencapai tertinggi sejak November 2014 di level USD78 dan USD71,89 per barel. "Sekitar satu juta barel minyak per hari kemungkinan akan hilang dari pasar minyak global jika sanksi AS terhadap Iran terjadi," kata Greg McKenna, Kepala Strategi Pasar di broker berjangka AxiTrader.
Sanksi baru terjadi di tengah pasar minyak yang tengah mengalami pengetatan karena rekor permintaan Asia dan pengendalian output sukarela yang ditujukan untuk menopang harga minyak yang dipimpin Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Ditambah dukungan dari sekelompok produsen non-OPEC termasuk Rusia.
Pasar juga tertahan oleh kenaikan pengeboran AS untuk produksi minyak baru. Aktivitas bor AS bertambah 10 rig minyak dalam seminggu hingga 11 Mei, sehingga jumlah total menjadi 844, dan menjadi yang tertinggi sejak Maret 2015, seperti disampaikan perusahaan jasa energi Baker Hughes di akhir pekan kemarin.
(akr)